Peran Minyak Cengkeh sebagai Obat Anestesi Transportasi Abalon

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh SehatQ

Abalone merupakan salah satu komoditas penting di dunia. Hal ini dikarenakan abalon memiki rasa yang enak dan kandungan gizinya tinggi. Abalon juga tidak hanya dikonsumsi oleh manusia tetapi juga dijual sebagai perhiasan dan furniture. Oleh karena itu, aktivitas budidaya abalon mulai banyak dilakukan di Indonesia. Namun, aktifitas budidaya abalon masih banyak kendala yang dihadapi oleh petani lokal. Salah satu masalah utama adalah tingginya angka kematian pada saat proses transportasi. Di Indonesia, lokasi indukan abalon sebagai penghasil benih biasanya jauh dari lokasi tempat pembenihan, demikian juga lokasi pembesaran dan pasar. Proses transportasi merupakan bagian penting pada aktivitas budidaya. Proses transportasi yang buruk dapat menyebabkan getaran, kejutan dan bising yang menyebabkan abalon stres, lecet, bahkan kematian. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya untuk meminimaisir stres saat proses transportasi sehingga tingkat kelangsungan hidup menjadi tinggi. Salah satu cara untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan menggunakan obat anestesi pada abalon. Anestesi adalah pemberian bahan kimia atau obat penenang yang diberikan sehingga dapat mengurangi stress. Salah satu bahan alami yang umum digunakan adalah minyak cengkeh (Sygnium aromaticum). Minyak cengkeh mengandung 70-90% eugenol, senyawa fenolik yang dapat digunakan untuk anestesi. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi khasiat minyak cengkih sebagai anestesi pada abalon.

Penelitian ini menggunakan benih abalon (Haliotis squamata) berukuran 4-4,65 cm dan bobot 12-14 g sebanyak 300 ekor. Benih abalon yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari aktivitas budidaya di Desa Musi, Gerokgak, Singaraja, Bali. Abalon yang digunakan dalam penelitian ini harus dipuasakan terlebih dahulu sebelum dianestesi untuk mengurangi feses, stres dan kematian ketika dilakukan transportasi. Kepadatan tebar yang digunakan adalah 20 ekor abalon per perlakuan dan ditempatkan dalam keranjang berukuran 39x30x7 cm. Konsentrasi yang digunakan dalam perlakuan penelitian ini adalah A (0,5 ml/L), B (0,7 ml/L), C (0,9 ml/L) dan D (1,1 ml/L) dengan ulangan masing-masing 3 kali. Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai Mei 2014 di Desa Musi, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Bali. Minyak cengkeh diambil dari Laboratorium Produksi Ikan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya dalam bentuk cair. Pemberian minyak cengkeh diberikan dengan cara direndam. Parameter yang diukur pada penelitian ini adalah efektivitas anduksi, kelulushidupan dan kualitas air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelulushidupan benih abalon terbaik diperoleh pada perlakuan dengan konsentrasi 1,1 ml/L (Perlakuan D). Pada perlakuan tersebut juga menunjukkan waktu induksi tercepat dengan waktu 96,67 detik. Laju konsumsi oksigen terendah pada penelitian ini adalah perlakuan D dengan konsentrasi 1,1 ml/L. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan minyak cengkeh dengan konsentrasi 1,1 ml/L dapat meningkatkan performa aktivitas transportasi pada abalon.

Penulis: Muhammad Browijoyo Santanumurti, S.Pi., M.Sc.

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

https://vetmedmosul.com/pdf_167610_4460cda4f96a39f8b9fdc3973f28f656.html

Fanni, N., Shaleh, F., & Santanumurti, M. (2021). The role of clove (Sygnium aromaticum) oil as anaesthetics compound for abalone (Haliotis squamata). Iraqi Journal of Veterinary Sciences35(2), 335-342; http://www.doi.org/10.33899/ijvs.2020.126824.1396

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp