“Urbanisasi” Cuan dan Tingginya Pendidikan Sekolah Masih Menjadi Faktor Utama

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Radio Idola Semarang

Dampak urbanisasi terhadap pertumbuhan ekonomi telah banyak diteliti dalam beberapa dekade terakhir. Sejumlah penelitian menemukan bahwa urbanisasi mendorong pertumbuhan ekonomi. Sedangkan, beberapa penelitian lain menyebut bahwa urbanisasi berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini menginvestigasi hubungan antara urbanisasi dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia dengan beberapa argumen fundamental. Pertama, Indonesia memiliki jumlah lahan perkotaan terbesar kedua di Asia Timur, setelah Cina. Antara tahun 2000 dan 2010, jumlah lahan kota di Indonesia meningkat dari sekitar 8.900 kilometer persegi menjadi 10.000, atau 1,1% setiap tahun. Ini adalah peningkatan terbesar dalam jumlah absolut lahan perkotaan setelah Cina.Kedua, pada tahun 2017 Indonesia telah mencapai tingkat urbanisasi menengah dengan tingkat urbanisasi hampir 55%. Tingkat urbanisasi di Indonesia lebih tinggi daripada negara-negara Asia Timur dan Pasifik berkembang lainnya, seperti Filipina, Thailand, dan Vietnam. Meskipun masih lebih rendahdibanding negara di kawasan Amerika selatan,misalnya Brazil.

Ketiga, tingkat urbanisasi di Indonesia meningkat cepat dengan rata-rata 2,5% selama 1970-2018. Pertumbuhan tingkat urbanisasi tertinggi terjadi pada 1980-an dan 1990-an dengan tingkat pertumbuhan rata-rata sekitar 3,2%.Kondisi inilebih tinggi daripada di negara-negara berkembang di Asia Timur dan Pasifik dan di Cina selama periode yang sama.Kondisi tersebut memiliki istilahmega-urbanization yang menunjukkan peluang untuk pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran. Namun demikian, penggambaran ini mungkin kurang tepat karena benefit bagi Indonesia dalam peningkatan PDB per kapita relatif kecil dibandingkan dengan negara-negara berkembang di Asia Timur dan Pasifik dan Cina. Barangkali istilah yang tepat dengan kondisi ini adalah overurbanization karena peningkatan tingkat urbanisasi justru menurunkan PDB per kapita. Penelitian ini mencoba menegaskan kembali hubungan antara urbanisasi dan pertumbuhan ekonomi. Secara umum diterima bahwa pertumbuhan ekonomi mendorong ekspansi industri modern dan meningkatkan populasi perkotaan; pada gilirannya, urbanisasi juga mendorong pertumbuhan ekonomi sampai batas tertentu. Ini mengindikasikan hubungan kausalitas antara urbanisasi dan pertumbuhan ekonomi dimana dapat terjadi searah atau bahkan dua arah..

Kajian ini juga mempertimbangkan kaitan antara urbanisasi dan pendidikan. Sebab, realita bahwa terdapat hubungan kausalitas, dimana pendidikan berpengaruh pada tingkat urbanisasi banyak ditemukan pada penelitian sebelumnya. Selain itu, pendidikan juga memainkan peran penting terjadinya urbanisasi desa ke kota, dimana ditemukan secara empiris bahwa kota-kota yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan menarik pelajar untuk tinggal di kota tersebut bahkan hingga dengan tujuan menetap di kota dengan alasan infrastruktur. Guna membuktikan terkait hubungan urbanisasi, faktor fundamental ekonomi seperti pertumbuhan perkapita, dan pendidikan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan bahan analisis data skunder dalam bentuk Time Series (serial waktu) periode dari tahun 1990-2018.Model yang digunakan adalah VECM, atau dapat dianggap model VAR dengan kedala kointegrasi. Keuntungan dalam menggunkan metode VAR/VECM adalah meodel yang sederhana, tidak perlu khawatir menentukan variabel endogen dan variabel eksogen. Peramalan yang dihasilkan dalam metode beberapa kasus ditemkan lebih baik daripada yang dihasilkan persamaan simultan yang kompleks.

Poin hasil penelitiannya, bahwa dari hasil estimasi Grenger Causality yang telah di lakukan menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi yang diproksi dari pertumbuhan GDP Perkapita, menjadi faktor pendorong tingkat perkembangan urbanisasi di Indonesia. Artinya variabel Pertumbuhan GDP Perkapita menjadi nilai (+) atau penarik dalam teoripush and pullurbanisasi, atau dengan kata lain besaran pendapatan/uang yang terus naik (cuan) masih menjadi faktor utama. Hal ini juga berarti, bahwa saat ada hubungan positif antara urbanisasi dan pertumbuhan GDP perkapita, maka semakin banyak penduduk yang tinggal di perkotaan.

Selanutnya, hasil kedua dalam penelitian ini, variabel pendidikan juga memberikan pengaruh terhadap tingkat urbanisasi di Indonesia. Artinya sejalan dengan teori push and pull urbanisasi, bahwa masuknya pergerakan penduduk dari pedesaan berpindah ke perkotaan yang melebihi peluang kerja di perkotaan, sehingga mengharuskan terdapat penjatahan (kuota) dalam pemilihan karyawan baru. Para pengusaha cenderung menggunakan pencapaian pendidikan atau jumlah tahun yang di gunakan dalam menyelesaikan pendidikan setiap individu. Selain karena menjadi krteria seleksi, tingkat pendidikan juga menunjukkan strata penghasilan bagi setiap orang. World Bank mencatat bahwa di Indonesia akses pendidikan masih belum merata, pada umumnya daerah perkotaan memiliki akses pendidikan yang lebih mudah. Realisasi Potensial Urbanisasi di Indonesia memberikan cotoh kota Jakarta sebagai ibu kota sekaligus megapolitan di Indonesia dimana penduduk yang tinggal di Jakarta hampir semuanya mempunyai akses pendidikan yang mudah. Faktor tersebut dapat mempengaruhi keputusan seseorang untuk melakukan perpindahan dari desa ke kota karena kebutuhan pendidikan. Pendidikan yang lebih tinggi dan prospektif akan menarik minat penduduk pedesaan untuk melakukan urbanisasi dengan harapan dapat mengembangkan produktivitasnya. Pertumbuhan ekonomi di daerah perkotaan “megapolitan” yang berbasis sektor industri dan jasa akan mengakibatkan pertumbuhan di sektor pendidikan pula, hal ini di sebabkan pertumbuhan sektor industri akan mempengaruhi jurusan-jurusan teknis di perguruan tinggi. Demikian dengan pertumbuhan di sektor jasa akan juga mempengaruhi jurusan seperti bisnis dan pariwisata yang cenderung di pilih oleh wanita.

Berdasarkan estimasi dan pembahasan, maka diperoleh kesimpulan bahwa pertumbuhan ekonomi dan pendidikan terhadap urbanisasi memiliki kausalitas paling kuat dalam model VECM. Hal itu menunjukkan bahwa PDB per kapita dan pendidikan masih menjadi faktor penarik untuk urbanisasi di Indonesia. Sedangkan pertumbuhan ekonomi dan pendidikan dalam model VECM berpengaruh signifikan terhadap urbanisasi dalam jangka panjang dan jangka pendek. Saran yang dapat digunakan berkaitan dengan implikasi kebijakan. (1) membentuk urbanisasi berbasis wilayah, dimana kota-kota yang berada dalam satu wilayah dapat terintegrasi satu sama lain, agar mendapatkan dampak ekonomi aglomerasi; (2) pendidikan terbukti berpengaruh positif terhadap urbanisasi, maka dari itu pemerintah perlu memperhatikan akses pendidikan yang lebih mudah dan kualitas pendidikan yang lebih merata di berbagai wilayah di Indonesia, dan; (3) disisi lain, setelah pendidikan merata di seluruh wilayah. Pemerintah perlu memperhatikan akses dan infrastruktur transportasi, ini dapat sangat berpengaruh dalam mobilitas pasar tenaga kerja dalam suatu wilayah, dan dapat juga mempengaruhi produktivitas tenaga kerja.

Penulis: Tri Haryanto, Angga Erlando, dan Yoga Utomo

Informasi detail dari  artikel  ini dapat dilihat pada tulisan kami di: 

https://www.jafeb.org/journal/viewFullTextArchive.do

The Journal of Asian Finance, Economics and Business

Volume 8 Issue 5 / Pages.561-572 / 2021 / 2288-4637(pISSN) / 2288-4645(eISSN)

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp