Prediksi Harga Gula di Pasar Internasional dengan Pendekatan Estimator Deret Fourier

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Suara Mojokerto

Industri dan perdagangan gula dunia diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar dengan dampak jangka panjang, ditandai dengan penghapusan subsidi pertanian yang disepakati pada tahun 2013. Oleh karena itu, harga gula di pasar Internasional akan naik dan dapat mempengaruhi perekonomian negara. Pemerintah harus membuat regulasi untuk menjaga harga gula bagi negaranya. Oleh karena itu, pemerintah perlu memprediksi harga gula di pasar internasional untuk membuat regulasi.

Harga gula di pasar internasional dapat diperkirakan dan diprediksi dengan pendekatan regresi nonparametrik menggunakan estimator deret Fourier yang dapat menganalisis data secara berkala. Variabel responnya adalah harga gula putih internasional dan variabel prediktornya adalah urutan bulan.

Gula merupakan salah satu komoditi besar di dunia. Salah satu negara penghasil gula terbesar adalah Indonesia. Industri gula di Indonesia pada awalnya muncul di Indonesia pada tahun 1830an, yaitu masa diterapkannya tanam paksa. Negara indonesia memiliki jumlah pabrik gula yang cukup banyak. Pada awal abad 20 Daerah dengan pabrik gula paling banyak adalah karesidenan Surabaya, yaitu 35 pabrik gula. Sementara itu, di Yogyakarta sendiri memiliki 17 pabrik gula seperti PG Sewugalur, PG Maguwo, PG Medari, dll. Kurang lebih ada di 185 pabrik gula pada waktu itu.

Memasuki awal abad ke 21, industri dan perdagangan gula dunia diperkirakan akan mengalami perubahan yang cukup fundamental dengan dampak bersifat jangka panjang. Keberhasilan Hongkong Ministerial Meeting di Hongkong pada 13-18 Desember 2005 dalam kerangka Doha Development Round yang menyepakati penghapusan subsidi pertanian pada tahun 2013, merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada industri gula dunia. Rencana reformasi kebijakan industri gula pada tahun 2007 di Eropa Barat dan Amerika sebagai dua pemain besar, diperkirakan akan mengurangi produksi gula dunia sehingga mendorong kenaikan harga gula pada masa mendatang.

Indonesia bisa memanfaatkan momentum ini, karena Indonesia merupakan salah satu produsen gula terbesar di dunia. Berdasarkan data dari APTRI, persediaan gula konsumsi (GKP) tahun 2018 sangat berlebih, yaitu sekitar 6,2 juta ton. Sementara itu, kebutuhan GKP tahun ini adalah 2,7 – 2,8 juta ton, sehingga diperkirakan ada kelebihan gula 3,5 juta ton. Oleh karena itu, harga gula di pasar Internasional akan naik dan dapat mempengaruhi perekonomian negara. Pemerintah harus membuat regulasi untuk menjaga harga gula bagi negaranya. Oleh karena itu, pemerintah perlu memprediksi harga gula di pasar internasional untuk membuat regulasi.

Data terkait harga gula di pasar internasional dipublikasikan setiap bulan, sehingga dapat dikatakan data tersebut berupa data runtun waktu. Analisis data harga gula di pasar internasional dapat dilakukan dengan berbagai metode analisis runtun waktu, contohnya ARIMA. Selain itu, analisis data runtun waktu juga dapat dilakukan dengan pendekatan regresi nonparametrik menggunakan deret Fourier.

Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis data harga gula di pasar internasional menggunakan estimator deret Fourier. Data yang digunakan untuk membuat model regresi (data insample) adalah data bulan Januari 2014 hingga Februari 2018, sedangkan data yang digunakan untuk membandingkan prediksi dengan data riil (data outsample) adalah data bulan Maret hingga Agustus 2018. Variabel responnya adalah harga gula di pasar internasional dan variabel prediktornya adalah urutan bulan.

Langkah analisis yang pertama yaitu mencari ? optimal dengan nilai GCV minimum. Dari hasil perhitungan GCV didapatkan ? optimal adalah 7 dengan nilai GCV sebesar 0,0003403. Selanjutnya, model deret Fourier dibuat berdasarkan data insample dengan ? sebesar 7. Dari hasil analisis tersebut didapatkan model deret Fourier dengan nilai RMSE sebesar 0.015989374 dan MAPE sebesar 3,71%. Setelah didapatkan model, langkah selanjutnya yaitu membuat prediksi 6 langkah ke depan untuk dibandingkan dengan data outsample. Perbandingan data prediksi dan data outsample menghasilkan nilai RMSE sebesar 0.0514862 dan MAPE sebesar 18,9%. Jika data insample dan data outsample digabungkan, maka dihasilkan nilai RMSE sebesar 0.0226337 dan MAPE sebesar 5,34%.

Berdasarkan nilai MAPE yang didapat dari analisis data di atas, yaitu sebesar 5,34%, hal ini menunjukkan bahwa estimator deret Fourier dapat memprediksi harga gula di pasar internasional secara akurat. Dengan demikian, metode ini dapat dijadikan acuan bagi pemerintah untuk mengembangkan regulasi terkait komoditas gula di Indonesia.

Penulis: Dr. Nur Chamidah, M.Si

Informasi detil dari penelitian ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

https://aip.scitation.org/doi/abs/10.1063/5.0042287 Nur Chamidah, Selvira D. Febriana, Renaldy A. Ariyanto, Reiza Sahalwaly, 2021, Fourier Series Estimator for Predicting International Market Price of White Sugar,  AIP Conference Proceedings 2329, 060035. https://doi.org/10.1063/5.0042287

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp