Perawatan Paliatif Meningkatkan Kualitas Hidup Pasien

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Prof. Amel Dawod saat Mengisi Kuliah Perawatan Paliatif via Zoom Meeting. (Foto: Adelya Salsabila Putri)

UNAIR NEWS – Untuk mewujudkan kerja sama antara Universitas Airlangga dengan College of Nursing, King Saud bin Abdul Aziz University, Riyadh, Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga  (FKp UNAIR) menggelar kuliah tamu yang diisi oleh Profesor Amel Dawod Kamel Gouda. Kuliah tamu yang digelar via Zoom Meeting tersebut membahas tentang Intregrative Support and Interprofesional Collaboration in Palliative Care.

Acara yang diadakan pada Minggu (9/5/2021) tersebut dihadiri oleh 160 mahasiswa dari program studi S-1 Keperawatan semester 6. Dalam acara tersebut, Prof. Amel menyatakan bahwa perawatan paliatif adalah perawatan pada seorang pasien dengan penyakit yang tidak dapat disembuhkan. Sehingga, pendekatan yang dilakukan adalah memaksimalkan kualitas hidup pasien serta mengurangi gejala yang mengganggu, mengurangi nyeri dengan memperhatikan aspek emosional, psikososial, dan ekonomis, serta spiritual untuk memenuhi kebutuhan akan perbaikan kualitas hidup seorang pasien sebelum datangnya ajal.

“Perawatan ini juga menyediakan sistem pendukung untuk menolong keluarga pasien menghadapi kematian dari anggota keluarga yang dicintai sampai pada proses perkabungan,” ungkapnya.

Tujuan utama dari perawatan paliatif adalah untuk meredakan rasa sakit dan nyeri serta mengurangi penderitaan yang pasien rasakan. Fokus perawatan paliatif adalah memastikan agar pasien dapat hidup senyaman mungkin sesuai keinginan mereka.

“Perawatan paliatif berguna untuk mengurangi  penderitaan  pasien, meningkatkan  kualitas hidupnya, dan juga memberikan support kepada keluarganya. Jadi, tujuan utama perawatan paliatif bukan untuk menyembuhkan penyakitnya, tetapi meningkatkan kualitas hidupnya,” tutur Prof. Amel.

Prinsip-prinsip perawatan paliatif adalah menghargai setiap kehidupan, menganggap kematian sebagai proses yang normal, tidak mempercepat atau menunda kematian, serta menghargai keinginan pasien dalam mengambil keputusan. Persetujuan dari pasien dan atau keluarganya adalah hal yang mutlak dilakukan sebelum perawatan dimulai. 

“Meski pada akhirnya pasien meninggal dunia, yang terpenting sebelum meninggal dia sudah siap secara psikologis dan spiritual, serta tidak stres menghadapi penyakit yang dideritanya,” ungkapnya.

Bukan hanya itu, Prof. Amel selanjutnya juga menekankan tenaga kesehatan yang berorientasi  pada asuhan paliatif harus memliki sikap empati, menganggap pasien sebagai seorang individu yang unik, mempertimbangkan budaya pasien seperti faktor etnis, ras, agama, dan faktor budaya lainnya yang bisa memengaruhi penderitaan pasien. 

Pada akhir perkuliahan, Prof. Amel mengingatkan bahwa pendekatan kesehatan terpadu yang bersifat aktif dan menyeluruh sangat penting dilakukan oleh seluruh tenaga kesehatan.

“Pendekatan multidisiplin yang terintegrasi antara dokter, perawat, fisioterapis, petugas sosial medis, psikolog, ahli gizi, rohaniawan, relawan, serta profesi lain sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas hidup pasien,” pungkasnya. (*)

Sebagai universitas terbaik di Indonesia, UNAIR mendukung SDM yang dimiliki untuk mengembangkan diri agar dapat berkontribusi untuk masyarakat.

Penulis: Adelya Salsabila Putri

Editor: Khefti Al Mawalia

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp