Melihat Masa Depan sebagai Kesempatan Bukan Kecemasan

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Afif Kurniawan, M.Psi., Psikolog pada gelaran webinar bertajuk A Peek Into The Future: Facing Uncertainty, Sabtu (1/5/2021). (Dok. Pribadi)

UNAIR NEWS – Airlangga Safe Space (ASAP) menyelenggarakan webinar bertajuk A Peek Into The Future: Facing Uncertainty pada Sabtu (1/5/2021). Platform kesehatan mental yang berada di bawah naungan Departemen Branding Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) Fakultas Psikologi Universitas Airlangga (UNAIR) ini menghadirkan Afif Kurniawan, M.Psi., Psikolog sebagai narasumber gelaran webinar tersebut.

Pada webinar ini, Afif banyak menjelaskan mengenai bagaimana menghadapi kekhawatiran terkait ketidakpastian di masa depan, yang mana hal ini banyak dialami oleh para mahasiswa. “Manusia mempunyai kecenderungan untuk memaknai secara negatif apa yang kita alami,” terang dosen Fakultas Psikologi Universitas Airlangga (UNAIR) ini.

Hal ini, lanjutnya, disebabkan karena terdapat berbagai perasaan, seperti afektif, kecemasan, kekhawatiran, keraguan, sehingga banyak orang merasa dirinya masih jauh dari kata sukses. Menurut Afif, perasaan-perasaan seperti demikian sebenarnya dapat diubah. Ini dapat dilakukan dengan mengubah perspektif akan masa depan.

“Perspektif sederhana akan kecenderungan manusia untuk melihat masa depan cuman ada dua opsi, gagal dan berhasil. Padahal cara kita menatap masa depan seharusnya adalah (dengan melihatnya sebagai, Red) step-step yang harus kita lalui sampai kita berhasil,” terang Psikolog Klinis di Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA) ini.

Afif menyatakan bahwa manusia memiliki keragaman dalam memaknai masa depan dan ada banyak respon-respon fisik maupun psikis yang menyertai. “Kalau ditanyai kalian nanti di usia 25 tahun akan bagaimana, bisa jadi akan muncul pikiran-pikiran ragu, cemas, dan takut,” jelasnya.

“Kalau kita mempunyai kekhawatiran terhadap masa depan, maka cara pandang kita harus kita ubah lalu kita tentukan responnya,” lanjut Afif.

Ia menjelaskan bahwa bagaimana cara pandang dan respon seseorang akan permasalahan yang dialami akan sangat menentukan kesiapan untuk menghadapi masa depan.

“Kalau mindset kita terkait masa depan itu samar, ubah menjadi opportunity. Ini adalah keterampilan dan jika berbicara tentang keterampilan berarti juga butuh waktu sehingga ini tidak bisa langsung kita kuasai tapi setidaknya kita coba dari hal sederhana,” lanjutnya.

Dosen yang menjabat sebagai Ketua Bidang 1 HIMPSI (Himpunan Psikologi Indonesia) Wilayah Jawa Timur ini juga menjelaskan bahwa orang sukses memandang kegagalan sebagai pengalaman di mana ia dapat belajar sesuatu yang baru dan agar mereka tidak melakukan hal yang sama di masa mendatang.

“Mereka juga tidak memaknainya sebagai kesulitan, namun sebagai tantangan,” pungas Afif di akhir sesi webinar. (*)

Penulis: Agnes Ikandani

Editor: Binti Quryatul

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp