Paparan Merkuri dari Ikan di Kawasan Pantai Kenjeran, Surabaya

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

Salah satu sumber pangan berprotein tinggi yang melimpah di Indonesia adalah ikan. Namun, seiring berkembangnya industrialisasi dan aktivitas manusia (pertanian, perkebunan) yang menyebabkan penurunan kualitas lingkungan yang diikuti oleh ketidakseimbangan ekologi telah menciptakan masalah kesehatan masyarakat yang utama terkait dengan keamanan konsumsi ikan di daerah pertambangan dan industrialisasi.

Masalah keamanan pangan menjadi sorotan karena lebih sering terjadi dan dapat memiliki dampak kesehatan jangka pendek dan jangka panjang serta memberikan beban kesehatan yang signifikan pada penduduk. Salah satu contohnya adalah kontaminasi logam berat pada ikan (ikan air tawar dan ikan air asin). Konsumsi ikan yang tercemar dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada berbagai kelompok umur.

Kontaminasi logam berat dapat menyebabkan gangguan kesehatan melalui berbagai cara seperti bioakumulasi dan biomagnifikasi dalam rantai makanan (konsumsi ikan yang terkontaminasi), konsumsi air yang terkontaminasi, dan penggunaan air permukaan untuk mencuci dan mandi setiap hari. Konsumsi ikan dan makanan laut dari laut yang tercemar adalah pintu masuk utama paparan logam berat pada manusia. Kontaminasi logam berat pada manusia telah lama dipelajari untuk konsekuensi kesehatan yang terkait. Kontaminasi merkuri diindikasikan sebagai agen penyebab beberapa gangguan termasuk imunologi, neurologis, reproduksi, motorik, nefrologi, dan jantung. Beberapa kelainan genetik seperti Alzheimer, Parkinson, Autisme, Lupus, dan Amyotrophic lateral sclerosis juga ditemukan berhubungan dengan paparan logam berat. Penelitian lain meneliti efek metil merkuri pada anak-anak pada usia 10 tahun yang menghasilkan hubungan yang signifikan dengan perilaku neurotoksisitas perkembangan yang buruk. Ada penelitian yang melaporkan hubungan yang signifikan antara merkuri darah dengan inflamasi sistemik pada anak usia 9-11 tahun.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur dan mengidentifikasi kontaminasi merkuri pada ikan (ikan air tawar dan ikan air asin) dan untuk melihat tingkat pengetahuan penjual ikan mengenai kontaminasi merkuri pada ikan, untuk mengetahui potensi kontaminasi merkuri yang terjadi akibat konsumsi produk perikanan. Setting studi ini berada di daerah pesisir Kenjeran, Surabaya, Indonesia. Dipilihnya perairan pantai Kenjeran karena merupakan pusat perairan dan perikanan di kota tersebut. Dengan perkembangan industri di Surabaya yang berkembang pesat, peningkatan jumlah industri tersebut akan selalu diiringi dengan banyaknya permasalahan lingkungan yang diakibatkan oleh kegiatan industri tersebut.

Penelitian ini menggunakan 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Ikan air asin dianggap sebagai kelompok perlakuan dan ikan air tawar sebagai kelompok kontrol. Dari kedua kelompok tersebut akan ditentukan kadar merkuri. Setelah dilakukan survey, terdapat 8 pasar tradisional di kawasan pantai Kenjeran Surabaya yang akan dijadikan populasi dan sampel dalam penelitian ini. Dari 8 pasar tersebut, dipilih 7 penjual ikan mentah secara acak. Dari masing-masing penjual diambil 2 ekor ikan. Ikan air asin sebagai kelompok perlakuan dan ikan air tawar sebagai kelompok kontrol. Tidak hanya melihat kadar merkuri pada ikan, namun juga dilakukan penelitian terhadap pengetahuan penjual ikan tentang kontaminasi merkuri pada ikan yang dijual.

Berdasarkan penelitian sebelumnya tentang paparan merkuri pada ikan mentah, ditemukan bahwa konsentrasi paparan merkuri pada ikan dan kerang di kawasan Pantai Kenjeran Surabaya masih lebih tinggi (0,898 ppm) dari batas normal yang diizinkan oleh WHO / FAO (0,5 – 0,8 ppm). Penelitian lain menemukan rata-rata kandungan merkuri (Hg) pada teripang teripang dari pantai Kenjeran di Surabaya adalah 0,099 ppm; pada ukuran sedang yaitu 0.112 ppm; dan ukuran besar 0,106. Nilai tersebut masih memenuhi standar SNI 2009, yaitu 1 ppm. Pada produk olahan ikan seperti kerupuk teripang yang dijual oleh nelayan Kenjeran konsentrasi Hg yang diperoleh pada kerupuk teripang mentah adalah 0,058; 0,0149; 0,108 ppb dan pada kerupuk teripang masak 0,078; 0,074; 0,061 ppb, masih di bawah ambang batas Standar Nasional Indonesia.

Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memberikan informasi dan edukasi kepada para penjual mengenai pencemaran merkuri dan mendapatkan peta sebaran pencemaran merkuri di perairan wilayah Kenjeran Surabaya.

Penulis: Trias Mahmudiono, SKM., MPH., GCAS., Ph.D

Informasi detail dari penelitian ini dapat dilihat pada artikel kami di:

Trias Mahmudiono, Aprilia Durotun Nasikhah, Clara Cahyaning Wishesa, Diah Indriani, Stefania Widya Setyaningtyas (2020). Mercury Exposure From Fish In The Kenjeran Beach Area, Surabaya: Research Protocol. Systematic Reviews in Pharmacy.

https://10.31838/srp.2020.8.60

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp