Ketahanan dan Keragaman Pangan dengan Syarat Konsumsi Minimum Sepuluh Gram

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Kompas.com

Ketahanan pangan didefinisikan sebagai situasi yang terjadi ketika semua orang, setiap saat, memiliki akses fisik, sosial dan ekonomi ke pangan yang cukup, aman dan bergizi yang memenuhi kebutuhan makanan dan preferensi pangan untuk kehidupan yang aktif dan sehat. Ketahanan pangan terutama terkait dengan dua pilar; ketersediaan dan aksesibilitas. Konsep ketersediaan pangan menjelaskan tentang jumlah pangan yang mencukupi sedangkan aksesibilitas pangan menjelaskan tentang kecukupan sumber daya untuk memperoleh pangan bergizi. Jika ketersediaan pangan tidak mencukupi dan kurangnya akses pangan dapat menyebabkan kerawanan pangan.

Pengukuran ketahanan pangan dapat dilakukan melalui beberapa indikator yang bergantung pada tujuan penilaian. Untuk mendapatkan data rinci tentang akses makanan rumah tangga atau asupan makanan individu dapat memakan waktu dan mahal. Dengan menggunakan Dietary Diversity Scale (DDS) dapat dilakukan dengan berbiaya rendah yang cepat, ramah pengguna dan mudah dilakukan. Dietary Diversity Scale (DDS) adalah ukuran kualitatif konsumsi pangan yang mencerminkan akses rumah tangga ke berbagai jenis pangan, dan juga merupakan proksi untuk kecukupan gizi dari pola makan rumah tangga (HDDS), individu (IDDS), atau wanita (WDDS).

DDS mewakili jumlah makanan atau kelompok makanan berbeda yang dikonsumsi selama makanan periode tertentu. Ini adalah ukuran estimasi untuk akses makanan rumah tangga. Frekuensi konsumsi yang diukur adalah 7 hari terakhir sebelum survei. Dietary Diversity Score (DDS) dihitung dengan menjumlahkan semua makanan atau kelompok makanan yang mereka konsumsi dan membandingkannya dengan cut-off point. Namun, masih belum ada standar internasional untuk mengkategorikan cut-off point DDS. Peningkatan keragaman pangan dikaitkan dengan status sosial ekonomi dan ketahanan pangan rumah tangga.

Untuk sampel dalam penelitian ini dipilih anak usia 2 sampai 5 tahun. Sebanyak 55 anak, 30 dari Desa Wonokasian dan 25 dari Desa Kalanganyar, termasuk ibu/pengasuh mereka. Desa Wonokasian memiliki potensi pertanian dengan berbagai hasil bumi. Sedangkan Desa Kalanganyar terkenal dengan tambak ikan terluas di Kabupaten Sidoarjo.

Dua pengukuran IDDS yang berbeda menggunakan dan tanpa konsumsi minimum 10 gram menunjukkan hasil yang berbeda. Dengan menggunakan minimal 10 gram meningkatkan pengukuran sensitivitas IDDS. Hasil ini sejalan dengan literatur, yang menunjukkan bahwa indeks ini dapat ditingkatkan dengan menerapkan ukuran porsi minimum. Aturan minimum ini digunakan untuk mengecualikan makanan yang kurang gizi yang digunakan sebagai bumbu atau garnish dari skor total.

Keanekaragaman pangan dalam penelitian ini diukur menggunakan Individual Dietary Diversity Score (IDDS) dengan 9 kelompok pangan. Keragaman makanan diukur dua kali menggunakan prosedur yang berbeda. Pengukuran pertama diukur dengan food recall 2×24 jam tanpa minimal konsumsi makanan. Sedangkan pada pengukuran kedua diukur dengan menggunakan minimal makanan yang dikonsumsi yaitu 10 gram. Responden dinilai akan mengkonsumsi makanan jika mengkonsumsi minimal 10 gram. Pada pengukuran pertama, kedua kelompok memiliki hasil keragaman pangan rata-rata. Pada pengukuran kedua, keragaman pangan anak pada kelompok pertanian terlihat dibawah sedangkan pada kelompok tambak terlihat cukup.

Sepuluh gram minimum dalam DDS membantu menghilangkan makanan dalam jumlah kecil yang tidak signifikan. Karena DDS menghitung jumlah asupan dari setiap kelompok makanan. Hal ini dapat menyebabkan nilai gizi yang lebih rendah dari asupan gizi yang sebenarnya. Dalam mendeteksi asupan kurang, skor 10 gram memiliki sensitivitas lebih tinggi tetapi spesifisitas lebih rendah. Sedangkan pada asupan berlebih, skor 10 gram memiliki sensitivitas lebih rendah tetapi spesifisitas lebih tinggi.

Pengukuran IDDS antara dua metode dengan menerapkan asupan minimal 10 gram untuk semua kelompok pangan dan metode lainnya tanpa minimal 10 gram menunjukkan hasil yang berbeda nyata. Penggunaan minimal 10 gram terbukti memperkuat hubungan antara keragaman pangan dan kecukupan. Selain itu, skor Dietary Diversity Score (DDS) dengan syarat minimal 10 gram dapat memperbaiki hasil skor DDS karena menghilangkan makanan yang kurang bergizi. Disarankan bagi praktik ilmiah dan peneliti selanjutnya yang mengukur keragaman pangan sebaiknya menggunakan asupan minimal 10 gram pada asupan pangan tertentu.

Penulis: Trias Mahmudiono, SKM., MPH., GCAS., Ph.D

Informasi detail dari penelitian ini dapat dilihat pada artikel kami di:

Trias Mahmudiono, Dwi Putri Pangesti Suro Andadari, Calista Segalita (2020). Difference in the association of food security and dietary diversity with and without imposed ten grams minimum consumption. Journal of Public Health Research.

https://10.4081/jphr.2020.1736

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp