Hubungan antara Durasi dan Intensitas Latihan pada Tingkat Phosphocreatine (PCr)

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

Setiap orang harus sehat untuk menjaga kebugaran jasmani agar dapat menjalankan aktivitas sehari-hari. Kesehatan dapat diupayakan dengan berbagai cara, salah satunya dengan berolahraga. Olah raga merupakan aktivitas fisik yang terencana, terstruktur, dan berkesinambungan dengan melibatkan gerakan tubuh yang teratur dan berulang untuk meningkatkan kebugaran dan prestasi fisik. Latihan bermanfaat untuk menjaga dan meningkatkan mobilitas serta kemandirian untuk beraktivitas dalam kehidupan bio-psiko-sosiologis manusia.

Latihan dengan durasi lebih lama (2-3 menit) yang mengandalkan metabolisme oksidatif, seperti berenang dan lari jarak jauh, diklasifikasikan sebagai aktivitas aerobik. Banyak aktivitas olahraga membutuhkan kombinasi metabolisme anaerobik dan aerobik. Dalam olahraga stop and go, sekitar 60% -70% energi berasal dari penyimpanan ATP dari phosphocreatine (PCr) dan glikolisis anaerobik, 30% sisanya dari proses oksidatif.

Penelitian ini menggunakan metode studi pustaka. Strategi pencarian artikel dilakukan dengan menggunakan artikel jurnal internasional atau nasional yang dicari melalui Google Scholar dan PubMed. Artikel yang dipilih adalah artikel dengan kriteria inklusi menggunakan metode penelitian Eksperimen. Kriteria eksklusi dalam tinjauan pustaka ini adalah artikel yang tidak berhubungan dengan topik pengaruh durasi dan intensitas latihan pada tingkat phosphocreatine (PCr).

Phosphocreatine (PCr) adalah senyawa berenergi tinggi yang memiliki ikatan fosfat berenergi tinggi yang dapat dihidrolisis menjadi energi dan dapat menahan ATP. Pada aktivitas fisik atau olahraga berat seperti sprint, PCr pada otot rangka memberikan kontribusi yang besar untuk 10 detik pertama. Penyimpanan PCr akan cepat habis, tetapi dalam beberapa detik pertama latihan, PCr menyediakan penyangga yang signifikan sebelum aspek metabolisme lainnya diaktifkan.

Dalam olahraga, berbagai macam metabolisme akan menghasilkan berbagai jenis produk limbah, salah satunya adalah kreatinin. Kreatinin adalah molekul limbah kimia yang dihasilkan dari metabolisme otot. Kreatinin dihasilkan dari kreatin, molekul yang penting untuk produksi energi di otot. Kadar kreatinin ditentukan oleh jumlah massa otot (laju katabolisme protein), di samping bagaimana aktivitas metabolisme tubuh kita, misalnya, meningkat saat kita sakit (panas / infeksi). Kreatinin diproduksi selama kontraksi otot rangka melalui pemecahan kreatinin fosfat.

Otot menggunakan fosfokreatin selama beberapa detik pertama kontraksi otot yang intens, seperti selama angkat beban atau lari cepat. Tidak seperti kontraksi aerobik, yang menggunakan oksigen untuk menghasilkan energi, fosfokreatin memicu energi tanpa oksigen atau bersifat anaerobik. Selama latihan, aktivitas fisik, atau olahraga, kadar PCr menurun, dan asidosis intraseluler dini telah terjadi. Perubahan ini berkontribusi pada penurunan kapasitas pelatihan terkait durasi latihan.

Pernyataan Hall dan Trojian bahwa creatine monohydrate dapat meningkatkan kinerja otot dalam durasi yang singkat, dan latihan ketahanan intensitas tinggi akan mengandalkan pengangkutan phosphocreatine menjadi adenosine triphosphate sehingga peningkatan level total creatine dalam sel akan memungkinkan sintesis fosfokreatin yang lebih cepat. Meningkatkan tingkat kreatin dalam tubuh dapat menunda kelelahan karena kreatin dapat disintesis ulang dan dikirim kembali ke tempat penggunaan ATP lebih cepat. Kelelahan selama latihan intensitas tinggi jangka pendek berkaitan dengan ketersediaan PCr karena PCr dapat meregenerasi ATP dengan kecepatan sangat tinggi, dan konsentrasinya di otot terbatas.

Dari ulasan di atas dapat disimpulkan bahwa PCr memiliki hubungan yang signifikan dengan durasi dan intensitas latihan. PCr memiliki hubungan yang signifikan dengan durasi dan intensitas latihan. PCr merupakan penyumbang energi terbesar dalam 10 detik pertama latihan pada latihan intensitas berat dimana fosfokreatin memicu energi tanpa oksigen atau anaerob, sehingga dengan peningkatan kapasitas kreatin fosfat, kinerja latihan intensitas sangat tinggi dapat ditingkatkan.

Penulis: Trias Mahmudiono, SKM., MPH., GCAS., Ph.D

Informasi detail dari penelitian ini dapat dilihat pada artikel kami di:

Aprilia Durotun Nasikhah, Roy Januardi Irawan, Trias Mahmudiono (2021). The Relation between Exercise Duration and Intensity on Phosphocreatine (PCr) Level: an Article Review. Indian Journal of Forensic Medicine & Toxicology.

https://doi.org/10.37506/ijfmt.v15i1.13520

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp