Virtual Tour Strategi Pengembangan Wisata Cagar Budaya di Tengah Pandemi

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Teknologi Virtual Tour Sebagai Upaya Pengembangan Wisata Cagar Budaya di Tengah Pandemi. (Ilustrasi oleh VT Surabaya)

UNAIR NEWS – Bencana tak terduga bernama Covid-19 telah meluluhlantakkan perekonomian dunia. Sejalan dengan itu, pengembangan wisata perlu digalakkan agar dapat bertahan ditengah pandemi. Salah Satu wisata yang cukup terpuruk akibat pandemi adalah wisata cagar budaya.

Senada dengan itu, Ikhsan Rosyid Mujahidul Anwari, S.S., M.A., selaku Dosen Ilmu Sejarah, Universitas Airlangga menyampaikan perspektifnya terkait dengan strategi pengembangan wisata cagar budaya di tengah pandemi.

“Pada masa pandemi sekarang ini, bagaimana pemberlakuan protokol kesehatan, karena rata-rata area objek wisata sejarah dan cagar budaya tidak terlalu luas, sehingga pembatasan jumlah pengunjung harus benar-benar diperhatikan,” bebernya.

Lebih lanjut, sambungnya, meskipun memang wisata sejarah dan cagar budaya tergolong sempit, namun masih banyak lokasi wisata sejarah yang minim dukungan akan penerapan protokol kesehatan.

“Masih banyak lokasi wisata sejarah yang minim pendukung penerapan promkes seperti tempat cuci tangan, area terbuka, toilet, dan sarana kesehatan. Sehingga masih ada beberapa daerah yang lokasi wisata termasuk wisata sejarah masih tutup, seperti di Kota dan Kabupaten Kediri, namun di daerah lain sudah bisa dikunjungi,” tambah Ikhsan saat dihubungi via whatsapp messenger pada Kamis (22/4).

Terkait dengan prospek wisata cagar budaya di tengah pandemi, menurut Ikhsan, dalam konteks rekreasi, wisata sejarah tidaklah berbeda dengan wisata-wisata lainnya. Sehingga baik adanya pandemi ataupun tidak ya sama saja. Hanya yang membedakan terkait dengan objeknya saja.

Usulkan Penggunaan Media Visual pada Wisata Cagar Budaya

Ikhsan mengungkapkan perlu adanya media untuk mendekatkan objek wisata ke masyarakat. Menurutnya, salah satu media yang bisa digunakan adalah teknologi visual.

“Sekarang sudah mulai marak penggunaan aplikasi untuk virtual tour, namun ya membutuhkan supporting SDM, sumber daya keuangan, sumber daya teknologi dan komunikasi. Sehingga objek-objek dalam wisata sejarah tetap bisa dinikmati secara virtual, baik menggunakan aplikasi ataupun video,” ungkapnya.

“Tentu saja kalau mau buka menerima kunjungan secara offline, pengelola, dan pengunjung wajib mematuhi protokol kesehatan secara ketat. Bahkan bisa saja ada model mengisi antrian kunjungan secara online untuk menghindari kerumunan,” lanjut Ikhsan.

Gagas Event pada Wisata Cagar Budaya

Dalam kesempatan itu juga, Ikhsan memberikan alternatif solusi agar wisata cagar budaya membuat kegiatan atau event yang menarik agar dapat berkunjung secara daring.

“Agar wisata cagar budaya tetap hidup ditengah pandemi, maka wisata sejarah dapat membuat kegiatan atau event-event yang menarik untuk berkunjung secara daring. Kalau toh ada event offline, dibuat dengan penerapan protokol kesehatan,” tambahnya.

Melalui strategi yang dicanangkan itu, Ikhsan berharap model pengembangan dari virtual tour dapat mengedukasi masyarakat di semua elemen, sehingga tetap memiliki pangsa pasar yang luas.

“Wisata sejarah merupakan wisata edukatif sehingga mampu menjadi pembelajaran bagi masyarakat di semua elemen, sehingga tetap memiliki pangsa pasar yang luas. Hanya saja kondisi pembelajaran sekarang berbasiskan daring, maka wisata-wisata cagar budaya juga turut mempersiapkan diri dengan model dari teknologi visual. Tingga dikemas saja bagaimana agar tetap menarik dan menjadi sumber pengetahuan, selain juga tentu sumber pendapatan,” pungkasnya (*)

Penulis : Dimas Bagus Aditya

Editor: Nuri Hermawan

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp