Gagas VR EDUSA, Tiga Mahasiswa UNAIR Raih Juara 1 LKTI Nasional

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
(Dari kiri ke kanan) Nilna Maulida, Husnul Khotimah, dan Widyah Puspitasari saat selesai presentasi video pada perlombaan LKTIN IDEA#4 pada Sabtu (17/4). (Foto: SS Zoom)

UNAIR NEWS – Kabar gembira kembali datang dari ksatria Airlangga. Pasalnya, tiga mahasiswa UNAIR kembali menorehkan prestasi membanggakan. Mereka adalah Husnul Khotimah, mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) 2018, Nilna Maulida, mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya (FIB) 2018, dan Widyah Puspitasari, mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi (FST) 2018.

Tercatat, tim yang dikomandoi oleh Husnul Khotimah itu, baru saja memenangkan lomba bertajuk LKTIN IDEA#4 yang dihelat oleh Universitas Negeri Jakarta pada Sabtu (17/4). Dengan mengangkat permasalahan pembelajaran seks preventif pada anak tunagrahita, mereka mencetuskan gagasan VR EDUSA (Virtual Reality Seksual Abuse).

Menyapa lewat pesan whatsapp messenger pada Selasa (20/4), Widyah, salah satu anggota tim memaparkan terdapat dua alasan mengapa diangkatnya gagasan ini. Pertama, dikarenakan peningkatan kasus kekerasan seksual pada anak sangat tinggi. Kedua, karena memang tema dari LKTI ini tentang pendidikan, maka mereka mencoba membuat media pembelajaran yang sesuai dengan kemajuan teknologi.

“Jadi yang melatarbelakangi gagasan ini karena peningkatan kasus kekerasan seksual pada anak sangat tinggi sekali, dan dari tahun ke tahun semakin meningkat, itu yang pertama. Yang kedua, kenapa tujuannya mengarah ke anak tunagrahita, karena anak tuna grahita rawan akan kekerasan seksual dan sangat membutuhkan metode pembelajaran khusus terutama terkait pencegahan kekerasan seksual,” tandasnya.

Mengenai cara kerja dari VR EDUSA ini, sambungnya (red: Widyah), ketika smartphone diletakkan di virtual reality terdapat beberapa fitur. Pada mulanya, menyuguhkan materi-materi terkait pendidikan seksual anatomi fisiologi tubuh anak, kesehatan reproduksi, dan kekerasan seksual. Selain itu terdapat fitur game yang akan mengarahkan user apabila si pengguna sedang berada dalam keadaan berbahaya seperti berteriak, meminta tolong dan lain-lain.

“Memang cara kerjanya sederhana, karena tujuannya memang diarahkan untuk anak-anak tuna grahita. Jadi game, materi atau apapun itu disusun sederhana dengan menggunakan video interaktif agar mudah dipahami,” ungkapnya.

Dalam sambungan lain, Husnul – sapaan akrabnya- melalui gagasan ini diharapkan tidak berhenti pada perencanaan konsep dan pembuatan mockup melainkan terus dikembangkan lebih lanjut.

“Melalui gagasan ini, diharapkan tidak berhenti pada perencanaan konsep dan pembuatan mockup saja, tetapi bisa terus berlanjut ke tahap berikutnya dengan bantuan dan sinergitas dari semua pihak, baik pemerintah, akademisi, dan yayasan SLB,” jelas Husnul.

Lewat sambungan telepon, Nilna berpesan kepada mahasiswa lain agar tetap produktif di tengah pandemi caranya yaitu dengan tulisan.

“Ditengah keadaan yang seperti ini, peran akademisi khususnya para generasi bangsa tentu perlu untuk memberikan sumbangsih berupa pemikiran dan gagasan dalam menyelesaikan masalah bangsa. Salah Satu perubahan kita lakukan adalah melalui tulisan dan gagasan,” tutupnya. (*)

Penulis: Dimas Bagus Aditya

Editor: Nuri Hermawan

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp