FEB Tuang Ide Tingkatkan Literasi Halal melalui Digitalisasi

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

UNAIR NEWS – Muslim menjadi segmen konsumen yang tumbuh cepat di dunia, tak terkecuali di Indonesia. Mayoritas penduduk Indonesia yang Muslim menjadikan produk dan layanan halal memiliki potensi ekonomi yang besar dengan melibatkan teknologi.

Mendiskusikan potensi itu, Departemen Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga (UNAIR) mengadakan webinar secara daring pada Kamis (22/4/2021). Tema yang diusung yaitu Boosting Halal Industry Through Information Technology.

Hadir sebagai pembicara dalam webinar itu yaitu Hastining Bagya Astuti (Vice President Customer Journey & Eksperience Telkomsel) dan Ririn Tri Ratnasari (Head of Center for Halal Industry Digitalization FEB), dengan moderator Sulistya Rusgianto yang merupakan dosen FEB UNAIR.

Dalam webinar itu, Hastining sharing pengalaman perihal bagaimana Telkomsel menjadi perusahaan yang terus mengikuti perkembangan teknologi.

“Telkomsel sendiri mengedepankan digitalisasi, para partner kita juga sedang mengambil peran dan bertumbuh bersama untuk result yang lebih baik,” ucap Hastining.

Hastining mengungkapkan, bagian dari mengikuti perkembangan zaman itu salah satunya dengan terus meng-upgrade program yang dimiliki. Salah satrunya adalah The NextDev yang hadir dengan konsep pengembangan aplikasi smart city sebagai jembatan antara developer dengan pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan kota.

Ada pula Telkomsel Emergency Response & Recovery Activity (TERRA) sebagai pemulihan layanan telekomunikasi akibat bencana.

Dari sisi layanan digital telkomsel, FEB juga memiliki sumbangsih literasi halal melalui digitalisasi. Ririn selaku pembicara kedua, menyampaikan bahwa kesadaran masyarakat sudah muncul sejak dulu, namun intentions to consume yang masih belum dimunculkan.

Awareness-nya sudah ada dari awal, sekarang tugas kita ya meningkatkan  intension consumsion. Misal saja vaksin, masyarakat Indonesia benar-benar make sure kehalalannya hingga akhirnya mendapat keputusan MUI,” tuturnya.

Saat ini, pengembangan halal tidak hanya gencar pada produk Food and beverage (Fnb). Namun, faktanya sudah mencakup area lain. Misalnya keuangan halal, travel halal, fashion halal, farmasi halal, dan mosmetik halal. Terbukti, brand kosmetik Wardah dibanggakan menjadi produk ekspor luar negeri dan mendapat penghargaan dari World Halal Council.

Ririn menambahkan bahwa negara mayoritas non-muslim juga cenderung menciptakan sesuatu yang halal.  China sebagai supplier Muslim fashion terbesar. Senada dengan hal itu, Australia juga sebagai supplier daging halal terbesar.

Menutup webinar, Sulistya selaku moderator menyampaikan bahwa dalam pengembangan industri halal dibutuhkan sinergitas antara pemerintah, lembaga pelindung konsumen, pemilik usaha, dan akademisi, serta masyarakat. Di samping permasalahan literasi, ada pulafaktor kepercayaan masyarakat yang harus diperhatikan.

“Harapannya kita bisa integrasi dan kolaborasi ide dengan Telkomsel. Awal tadi disinggung bahwa Telkomsel memajukan filantropi, FEB juga demikian. Oleh karena itu selain menggencarkan literasi halal, kita juga membangun kepercayaan ke masyarakat, make sure dana yang dititipkan sampai ke sasaran,” pungkasnya. (*)

Penulis : Viradyah Lulut Santosa

Editor : Binti Q. Masruroh

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp