Belajar dari Tiongkok dalam Mengembangkan Proyek BRI

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

UNAIR NEWS – Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga (UNAIR) gelar peluncuran buku sekaligus diskusi bertajuk “China’s Millenium Transformation, The Belt and Road Intiative,” pada Senin (19/04/2021). Buku tersebut mengulas mengenai strategi China untuk meningkatkan konektivitas regional melalui belt and road intiative (BRI) dengan hadirnya transportasi darat dan laut sehubungan dengan kerja sama antar bangsa. BRI merupakan hasil rumusan strategi dari presiden China saat ini, Xi Jinping.

Kegiatan itu menghadirkan pembicara, yakni Prof. Da Hsuan Feng selaku penulis buku. Selain itu, sebagai pengulas hadir Adik Dwi Putranto selaku Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN), dr. Muhammad Miftahussurur, M. Kes selaku Wakil Rektor Internasionalisasi, Digitalisasi, dan Informasi Universitas Airlangga, dan Dimas Oky Nugroho, S. IP., M. Phil., Ph. D yang merupakan Staf Ahli Kementerian Koordinasi Bidang Ekonomi Republik Indonesia.

Berdasarkan isi buku tersebut, bahwa terdapat tiga langkah yang harus diambil dalam kerja sama antar bangsa. Ketiganya yakni supercontinent, neo-renaissance, dan cultural communication. Tiga hal tersebut sekaligus memiliki dampak abadi bagi kemanusiaan melalui kerja sama antarbangsa.

Supercontinent merupakan pemahaman bahwa berbagai bangsa seharusnya dapat saling bekerja sama satu sama lain. Namun demikian, tentunya dalam kerja sama didapati adanya perbedaan-perbedaan lahir karena jarak geografis. Guna mengatasi hal itu, dalam buku diusulkan strategi komunikasi melalui transportasi darat (belt) dan transportasi laut (road) yang kemudian menjadi penghubung utama wilayah-wilayah di dunia dalam bekerja sama.

Sesuai dengan namanya, neo-renaissance mengacu pada abad pembaharuan dalam sejarah Eropa. Neo-renaissance sebagai gerakan para intelektual yang saling bekerja sama dalam membangun ilmu pengetahuan. Selanjutnya, ilmu-ilmu pengetahuan tersebut diajarkan kepada generasi penerus agar dapat berkontribusi pada pembangunan umat manusia sesuai zamannya.

Terkait cultural communication atau budaya komunikasi, menurutnya, yakni pentingnya keterbukaan antarbangsa guna menciptakan iklim saling memahami. Hal itu menjadi penting untuk mencapai proses kerja sama yang lebih baik dan lebih lancar.

“Komunikasi sangat penting, sehingga budaya komunikasi membutuhkan peningkatan kesesuaian antarbangsa. Tidak hanya bagi pemerintah China dengan Indonesia, juga pemerintah di Asia Tenggara. Hal itu berdasarkan pada kebutuhan yang sama dan dapat dicapai melalui pendidikan dan secara spesifik adalah kooperasi universitas di Indonesia serta China,” terang Dimas Oky Nugroho dalam Bahasa Inggris.

Selain tiga hal di atas, buku tersebut juga memaparkan bahwa kerja sama antarbangsa tercipta melalui koneksi internet. Dengan demikian, maka jaringan bisnis tetap terjalin ke seluruh penjuru. Terlebih China dengan BRInya, memiliki kekuatan lebih untuk mendorong perusahaan-perusahaan bisnis.

UNAIR sebagai universitas terbaik di Indonesia berkomitmen mendorong sivitas akademika untuk berkontribusi kepada masyarakat luas.

Penulis: Fauzia Gadis Widyanti

Editor: Khefti Al Mawalia

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp