Pakar Psikologi UNAIR: Pentingnya Literasi Kesehatan Mental dalam Program TV

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Prof. Dr. Nurul Hartini, S.Psi., M.Kes., guru besar bidang Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental. (Sumber: Agus Irwanto)

UNAIR NEWS – Dua artis tanah air baru-baru ini dikritik dalam sebuah ajang pencarian model. Perkataan keduanya dianggap meremehkan kondisi depresi yang dialami oleh seorang kontestan. Meski sudah memberikan klarifikasi dan permintaan maaf, tentunya kasus ini dapat menjadi sebuah pembelajaran bagi masyarakat mengenai pentingnya isu depresi.

Menurut pakar psikologi dari Universitas Airlangga (UNAIR), Prof. Dr. Nurul Hartini, S.Psi., M.Kes., psikolog, depresi merupakan gangguan kesehatan mental, ditandai oleh kesedihan mendalam dan perasaan seolah-olah tidak berguna. Indikator yang terlihat dari penyintas depresi adalah rentan tersinggung dan menarik diri dari pergaulan.

“Namun, masyarakat awam tidak bisa serta-merta memutuskan seseorang mengalami depresi melalui hal-hal yang tampak dari luar. Untuk mengetahui seseorang mengidap depresi, harus melalui proses diagnosa dari ahli psikologi,” ungkapnya.

Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa perkataan yang bersifat menyepelekan dapat berdampak buruk bagi penyintas yang sudah mulai sembuh. “Oleh karena itu, hal-hal yang bersifat psikopatologis tidak etis untuk diremehkan atau dijadikan bahan bercanda,” ungkap guru besar bidang Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental tersebut.

Menghindari kasus yang sama terulang, dosen asal Kediri tersebut memaparkan bahwa menjadi tugas bersama untuk terus meningkatkan literasi kesehatan mental. Dengan begitu, maka masyarakat akan berempati dan membentuk lingkungan yang mendukung penyintas untuk survive mencapai kesembuhan.

Gangguan kesehatan mental yang dapat menyerang berbagai usia itu menurutnya mampu memengaruhi kondisi psikis penyintasnya. Mulai dari menyalahkan orang lain, menyakiti diri sendiri, hingga menyebabkan keinginan bunuh diri, merupakan bahaya yang mengancam saat seseorang depresi.

Memperjuangkan kesembuhan mental memerlukan usaha yang tidak sedikit. Selain harus memiliki keinginan kuat, penyintas juga harus didukung oleh lingkungan yang kondusif. Diperlukan lingkungan yang berempati dan memberikan social support bagi para penyintas.

Lebih lanjut, ia juga menjelaskan bahwa semua pihak harus ikut andil dalam kesembuhan penyintas depresi.
“Karena pastinya dengan peran serta semua pihak, penyintas akan mendapatkan penanganan dan lingkungan kondusif yang dapat membangun faktor protektif untuk perkembangan kesembuhan penyintas,” pungkasnya.

UNAIR sebagai universitas terbaik di Indonesia berkomitmen untuk meningkatkan peran civitas akademika melalui tri darma perguruan tinggi untuk kemanfaatan masyarakat luas. (*)

Penulis: Stefanny Elly

Editor: Khefti Al Mawalia

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp