Korelasi Musim dengan Angka Kejadian Preeklampsia di Jawa Timur

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Sumber: Rumah Sakit UNS

Besarnya angka kematian ibu masih menjadi perhatian khusus di banyak negara berkembang, seperti Indonesia. Upaya penurunan angka kematian ibu di Indonesia dilakukan secara masif. Menelusuri penyebab tertinggi kematian ibu, maka kita akan menemukan sederet penyebab klinis yang paling banyak mendasari, diantaranya yaitu preeclampsia, atau sering disebut dengan keracunan dalam kehamilan. Di Jawa Timur, kematian ibu akibat preeklampsia mencapai sepertiga dari jumlah total kematian. Besarnya angka ini membuat banyak pihak untuk melakukan penelusuran lebih lanjut terkait preeclampsia, termasuk tim peneliti dari Universitas Airlangga.

Pengaruh kondisi lingkungan seperti suhu, kelembaban udara, dan musim dalam setahun terhadap kejadian penyakit telah dikenali sejak zaman dahulu dan hal ini memicu timbulnya banyak penyakit. Dalam beberapa tahun terakhir, pengamatan tentang pengaruh kondisi lingkungan/ musim pada kejadian preeklamsia telah banyak didokumentasikan. Meskipun ini masih diperdebatkan, tinjauan sistematis terbaru pada subjek menemukan bukti konsisten dari variasi musiman dalam kejadian gangguan hipertensi dalam kehamilan di daerah tropis dan non-tropis.

Pada kajian ini, peneliti melakukan investigasi lebih mendalam terkait hubungan antara musim di Indonesia (musim hujan dan kemarau) dengan kejadian Preeklamsia (Preeklamsia, Preeklamsia Berat, Hipertensi Kronis dengan Preeklamsia Berat dan Eklamsia). Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr. Soetomo sebagai rumah sakit rujukan tersier di Indonesia bagian timur. Penelitian ini dilakukan selama periode Januari 2017 sampai Desember 2018 dengan menggunakan data rekam medis seluruh kehamilan dengan preeklamsia, preeklamsia berat, hipertensi kronik dengan preeklamsia berat dan eklamsia berat. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 2887 responden, 51,4%  berasal dari musim hujan dan  48,6% berasal dari musim kemarau. Walaupun terdapat perbedaan, namun secara  statistik  disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara musim dengan kejadian preeklamsia pada kasus persalinan.

Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk meneliti kasus-kasus preeklamsia yang lebih luas, termasuk dimana tempat tinggal pasien. Dengan mengetahui tempat tinggal pasien maka diperoleh informasi tentang bagaimana kelembaban atau perkiraan suhu suatu wilayah dapat mempengaruhi prevalensi preeklamsia bila dikaitkan dengan faktor musiman; dan faktor risiko lain yang dapat mempengaruhi validitas hasil penelitian ini. Data terkait curah hujan juga dapat dipertimbangkan untuk mengetahui jumlah kasus preeklamsia pada bulan-bulan dengan curah hujan tertinggi, apakah meningkat atau tetap, dan dapat dikaitkan dengan hasil uji silang antara musim dan preeklamsia. Dengan dilakukannya penelitian lebih mendalam ke depan diharapkan dapat menghasilkan data yang dapat bermanfaat dalam pencegahan dan penatalaksanaan preeklamsia yang lebih baik pada setiap musim di Indonesia, sehingga angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi dapat ditekan.

Penulis: Monika Lijuwardi, Budi Prasetyo, Muhammad Ardian Cahya Laksana, Rizki Pranadyan, Hanifa Erlin Dharmayanti, Pandu Hanindito Habibie, Erni Rosita Dewi

Untuk informasi lebih lanjut bisa melalui link berikut:

https://medicopublication.com/index.php/ijfmt/article/view/12133

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp