Teknik Pemijahan Ikan Tuna Sirip Kuning (Thunnus albacares) pada Keramba Jaring Apung

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Sumber: Maritimedia

Ikan tuna adalah ikan laut perenang cepat (mencapai 77-80 km/jam). Ikan tuna memiliki daging berwarna putih, daging ikan ini berwarna merah muda sampai merah tua. Ikan tuna memiliki tubuh fusiforme, memanjang, bentuk kepala kecil, dan bagian ekor Panjang. Ikan tuna termasuk dalam keluarga Scombroidae, tubuhnya seperti torpedo. Ikan tuna mempunyai dua sirip punggung, sirip depan yang biasanya pendek dan terpisah dari sirip belakang. Ikan tuna mempunyai jari-jari sirip tambahan (finlet) di belakang sirip punggung dan sirip dubur. Sirip dada ikan tuna terletak agak ke atas, sirip perut kecil, sirip ekor bercagak agak kedalam dengan jari-jari penyokong menutup seluruh ujung hipural. Tubuh ikan tuna tertutup oleh sisik-sisik kecil, berwarna biru tua dan agak gelap pada bagian atas tubuhnya, sebagain besar memiliki sirip tambahan yang berwarna kuning cerah dengan pinggiran berwarna gelap.

Ikan tuna sirip kuning memijah pada musim semi dan musim panas di belahan bumi utara. Ikan ini dapat memijah sepanjang tahun di daerah khatulistiwa dengan posisi 10o LU-15o LU dan 120o BT-180obt. Pemijahan terjadi di Samudara Pasifik dalam bulan Juli sampai November. Ukuran pertama kali matang gonad tuna sirip kuning di Samudera Pasifik adalah panjang 91-100 cm dan berat 14-20 kg. Ikan tuna sirip kuning di bak budidaya pertama kali matang gonad (memijah) berukuran 20 kg. Tuna sirip kuning di perairan dunia, yaitu di perairan tropis dan subtropis. Penyebaran Ikan tuna sirip kuning (yellowfin tuna) ini sangat luas tersebar di tiga samudera, yaitu Atlantik, Pasifik, dan Samudera Hindia. Tuna sirip kuning tersebar luas di seluruh samudera Hindia antara 10o LS – 30o LS.

Daerah penyebaran tuna di Indonesia meliputi perairan barat dan selat Sumatera, perairan selatan Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Laut Flores, Laut Banda, Laut Sulawesi, dan perairan utara Papua. Penyebaran tuna dipengaruhi oleh suhu dan kedalaman renang (Swimming layer). Induk ikan tuna sirip kuning dapat bertelur selama mendapat asupan makan yang sehari-hari yang memadai dan suhu air lebih dari 23,30. Suhu air menjadi faktor utama dan waktu pemijahan. Ikan tuna sirip kuning dapat memijah diperkirakan berumur 1,3-2,8 tahun. Pada suhu di bawah 25 °C, telur menetas setelah 28 jam, sedangkan pada 29 °C, inkubasi berlangsung hanya 18 jam. Telur Fertil berdiameter 950-1000 mikron dengan 220 mikron globul minyak. Untuk ikan sub-dewasa memiliki berat 2-6 kilogram, membutuhkan lebih lanjut enam sampai delapan bulan untuk mencapai kematangan gonad.

Ikan tuna sirip kuning memakan beberapa jenis ikan kecil, cumi-cumi, udang, dan kepiting. Ikan tuna sirip kuning adalah pemburu yang handal, dengan matanya yang besar maupun dengan indra penciuman dalam mencari mangsa. Kapasitas maksimum isi perut pada ikan ekor kuning dapat mencapai 7% dari berat tubuhnya. Ikan tuna setiap hari dapat mencerna makanan 15% dari berat tubuh. Induk ikan diberi makan setiap hari pada ransum tetap berdasarkan berat dan suhu air. Rentang ransum harian dari sekitar 5 persen untuk ikan yang lebih kecil dalam air hangat, untuk 1 persen untuk ikan yang lebih besar di dalam air dingin. Induk ikan tuna diberi rasio yang sama dari cumi-cumi dan ikan sarden. Ikan sarden dan cumi-cumi lebih berkontribusi nutrisi penting untuk memastikan kualitas telur yang optimal. Vitamin dan mineral premix juga ditambahkan ke makanan 0,5-1,5 persen dari berat makanan. Makanan dilemparkan dari beberapa tempat di sekitar tangki untuk mencegah tabrakan antara ikan aktif makan.

Metode akuakultur dengan keramba jaring apung (KJA) merupakan teknik akuakultur yang paling produktif. Keuntungan yang dimiliki metode KJA, yaitu tinggi padat penebaran, jumlah dan mutu air selalu memadai, tidak diperlukan pengolahan tanah, memudahkan pengendalian gangguan predator (pemangsa), memudahkan pemanenan, serta hasil panen tidak berbau lumpur. KJA yang digunakan berbentuk lingkaran berdiameter 48,8 m dan dengan kedalam jaring 8 m dari permukaan air terletak di daerah lepas pantai dengan kedalaman air antara 30-40 m.

Teknik penangkapan dilakukan diperairan lepas pantai bali bagian utara (10-15 mil dari pantai) dengan menggunakan pancing ulur dan umpan buatan. Ukuran ikan yang menjadi target adalah berbobot 0,5-1,0 kg. Ikan tuna yang tertangkap dimasukan dalam palka kapal, ikan disuplai air laut secara kontinyu dan ditransportasikan ke daerah pemeliharaan tuna. Kulit tuna hanya setebal satu sel, sehingga kulit rentan terhadap kerusakan. Oleh karena itu mengaitkan tuna lebih baik diangkat dengan serok plastik langsung ke dalam bak penampungan. Penggunaan serok yang terbuat dari jaring atau yang dilapisi dengan terpal plastik, ketika ikan bergerak aktif menyebabkan banyak sekali sisik-sisik halus yang lepas yang berakibat terhadap tingkat stress ikan dan memudahkan bakteri berkembang.

Penanganan pengambilan tuna dengan menggunakan seser terpal yang dilapisi karet atau kulit sintetis, tidak ditemukan sisik-sisik lepas sehingga ikan tidak mengalami stress yang tinggi. Penggunaan erubazu yang berfungsi sebagai anti bakterial sebesar 50 mg/L, sejak tahun 2010 ditingkatkan menjadi 100 mg/L juga diduga berpengaruh positif terhadap kecepatan ikan sembuh dari luka-luka yang diderita baik oleh pancing maupun selama transportasi. Selama pemeliharaan, ikan tuna di beri pakan berupa ikan rucah hidup maupun mati. Ikan rucah yang diberikan, seperti tembang, teri, ekor kuning, selar, dan kembung. Jumlah pakan yang diberikan adalah 8-15% bobot boimassa ikan dan diberikan sebanyak 2 kali sehari, pagi dan sore hari. Ikan tuna sirip kuning adalah spesies oceanic yang ditemui dibawah dan diatas termokline, pada suhu 17-31oc, pada kedalaman 0-400 m dan pada salinitas 32-35 ppt. Oksigen terlarut pada air yang ideal adalah 5-7ppm. Jika kurang dari itu maka resiko kematian dari ikan semakin tinggi. Kehidupan di air lebih berat dibandingkan dengan di darat. Ikan tuna sirip kuning hanya mengambil oksigen sekitar 20-24%, sedangkan sisanya akan dikeluarkan lewat pernafasan. (*)

Penulis: Luthfiana Aprilianita Sari, Rizky Yanuar Rahmadan

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1755-1315/679/1/012029

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp