Korelasi Pencitraan DWI-MR antara Tumor Tulang Jinak, Kondrogenik Ganas, dan Tumor Non-Kondrogenik Ganas dengan Jenis Histopatologi

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Sumber: Halodoc

Pencitraan berbobot difusi (DWI) adalah teknik MR non-kontras yang mapan berdasarkan gerakan Brown dari molekul air (Costa et al., 2011; Wang et al., 2014) yang awalnya diterapkan pada neuroimaging dan saat ini merupakan teknik yang baik. membangun teknik MRI tubuh juga (Wang et al., 2014). DWI dapat dianggap sebagai proksi keganasan melalui deteksi seluleritas jaringan (Marini et al., 2007). Apparent Diffusion Coefficient (ADC) adalah nilai kuantitatif DWI dan telah terbukti berpotensi memainkan peran untuk membedakan tumor jaringan lunak dan tulang jinak dan ganas (Schnapauff et al., 2009; Koh et al., 2007) dan memprediksi agresivitas dan respons potensial sebelum memulai pengobatan (Ahlawat et al., 2015; Bley et al., 2009). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan DWI kuantitatif antara tumor tulang jinak, ganas kondrogenik dan nonkondrogenik ganas dengan temuan histopatologi.

Laporan Kasus

Dari 1 Oktober 2017 hingga 31 Desember 2019, 84 pasien dilibatkan (44 laki-laki dan 40 perempuan dengan rentang usia antara 10 hingga 73 tahun dan usia rata-rata ± 32,702 tahun). Kriteria inklusi adalah sebagai berikut: pasien tumor tulang dengan protokol MRI tumor tulang lengkap termasuk urutan DWI. Kriteria eksklusi adalah sebagai berikut: citra DWI non diagnostik dan pasien dengan kemoterapi atau radioterapi sebelumnya. Semua tumor tulang dikonfirmasi oleh patologi (50 biopsi bedah dan 34 biopsi inti perkutan atau biopsi jarum halus).

Metode dan Hasil

Semua pemeriksaan dilakukan pada MRI 3 Tesla (Siemens Magnetom Skyra, Siemens AG Jerman) menggunakan kumparan RF yang berbeda tergantung dari lokasi tumor. Bidang pandang (FOV), ketebalan irisan dan matriks disesuaikan dengan daerah tubuh yang berbeda.

Urutan berikut dilakukan pada setiap pasien; aksial, sagital dan koronal T1-weighted (repetition time (TR) 672-863 / echo time (TE) 9-20 ms), koronal short time inversion recovery (STIR) (TR 4000 / TE 82ms) dan axial T2-weighted fat saturasi (TR 4040 / TE 60 ms).

DWI dengan peta ADC dilakukan pada bidang aksial dengan nilai b 50 dan 800 s / mm2 sebelum pemberian media kontras intravena, menggunakan teknik spine echo, single shot echo planar. Parameter dimana TR (4430-6640 ms), TE (55-76 ms), FOV 200 – 325 mm2, ukuran matriks (voxel) 115 × 128, tebal 5-6 mm dengan celah interslice 1,5 mm dan rata-rata dari 1-2.

Analisis data dilakukan dengan menggunakan software statistik SPSS 23. Untuk analisis statistik, tumor tulang dibagi menjadi matriks kondroid jinak, ganas non-kondroid, dan ganas, menurut laporan patologi. Kami menerapkan analisis kurva operasi penerima (ROC) untuk menentukan nilai minimum dan rata-rata nilai ADC yang optimal untuk membedakan tumor jinak, tumor kondroid ganas, dan tumor non-kondroid ganas. Tes Mann-Whitney digunakan untuk mengevaluasi perbedaan nilai ADC antara tumor tulang. Chi-square digunakan untuk menilai korelasi antara nilai DWI tumor tulang dan ADC dengan tipe histopatologi. Kesepakatan antar pembaca dari kedua pengamat dihitung dengan uji kappa. Koefisien korelasi intraclass (ICC) dengan P> 0,75 dianggap sebagai kesepakatan yang sesuai.

Nilai ADC berkisar dari 0,82 × 10-3 mm /s hingga 2,88 x 10-3 mm2/s untuk tumor jinak, dari 0,78 × 10-3 mm2/s menjadi 1,67 × 10-3 mm2/s untuk tumor ganas non-kondroid, dan dari 1,22 × 10-3 mm2/s hingga 2,38 × 10-3 mm2/s untuk tumor kondroid ganas. Nilai rata-rata ADC 1,55 × 10-3 mm2/s untuk tumor jinak, 1,12 × 10-3 mm2/s untuk tumor ganas non-kondroid, dan 1,84 × 10-3 mm2/s untuk tumor kondroid ganas.

Studi kami menunjukkan bahwa nilai ADC rata-rata mendukung diskriminasi antara tumor kondrogenik jinak, ganas, dan tumor tulang non-kondrogenik ganas. Tumor tulang kondrogenik ganas menunjukkan nilai ADC rata-rata yang lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan tumor non-kondroid ganas dan tumor kondrogenik semacam itu harus dipertimbangkan secara terpisah dalam penilaian dengan nilai ADC.

Penulis: Rosy Setiawati

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2405844021005077

Setiawati R, Suarnata MS, Rahardjo P, Filippo DG, Guglielmi G. Correlation of quantitative diffusion weighted MR imaging between benign, malignant chondrogenic and malignant non-chondrogenic bone tumors with histopathologic type. Heliyon. 2021 Mar 8;7(3):e06402.https://doi.org/10.1016/j.heliyon.2021.e06402

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp