Update Perkembangan Virus Avian Influenza H5N1 dan H9N5 Tahun 2003-2021 di Indonesia

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Gambaran update Virus Avian Influenza dan akibat yang ditimbulkan (Foto: SS Zoom)

UNAIR NEWS – Avian Influenza (AI) disebut juga flu burung, fowl pest, fowl plaque atau avian flu merupakan penyakit zoonosis yang disebabkan oleh kelompok virus influenza A dari famili Orthomyxoviridae dan terjadi dalam 2 bentuk yaitu Highly Pathogenic Avian Influenza (HPAI) atau fowl plaque dan Low Pathogenic Avian Influenza (LPAI).

Penyakit ini terdaftar sebagai penyakit list A pada Old Classification of Diseases notifiable to the Office International des Epizooties (OIE) Manual. Penyakit ini dideskripsikan pertama kali di Italia sekitar tahun 1878. Sedangkan H5N1 pertama kali dideteksi di China pada tahun 1996.

Dalam acara webinar perunggasan yang digagas oleh IKA-UA komisariat Fakultas Kedokteran Hewan pada minggu (21/03/2021), Dr. Drh. NLP Indi Dharmayanti, M.Si., Kepala Balai Besar Penelitian Veteriner Balitbangtan-Kementerian Pertanian menyampaikan bahwa dinamika virus AI khususnya di Indonesia, berhasil diisolasi pertama kali dari itik, burung pelikan dan bebek pada tahun 1983, dengan prevalensi 6,76-100% pada itik.

“Penelitian terhadap wabah bulan September-Oktober 2003 yang dilakukan BBLITVET yaitu berdasarkan gambaran klinis, epedemiologis, pasca mati dan histopatologi. Wabah tersebut mengarah ke penyakit yang fatal, infeksius, menular dengan angka morbiditas dan mortalitas mencapai 100% yang disebabkan oleh flu burung H5N1 yang bersifat patogenik (HPAI),” papar dokter Indi.

Lebih lanjut, Alumnus FKH UNAIR angkatan 1990 itu menyampaikan bahwa secara molekuler telah teridentifikasi virus avian influenza H5NI HPAI yang telah menimbulkan wabah pada tahun 2003 hingga awal tahun 2004. Kemudian, terangnya, wabah avian influenza gelombang kedua di Indonesia yang terjadi sekitar akhir bulan Oktober 2004-Maret 2005 yang menyerang Pulau Jawa dan terinfeksinya beberapa daerah di Provinsi Sulawesi Selatan yang sebelumnya merupakan daerah bebas avian influenza.

“Mutasi virus AI di Indonesia dibuktikan dengan adanya penemuan antigenic drift protein hemagglutinin virus influenza H5N1 tahun 2003-2006. Temuan tersebut mengindikasikan sebagian besar virus tahun 2004-2006 menunjukkan perubahan epitop A dan B jika dibandingkan dengan virus tahun 2003,” tandas dokter Indi.

Mutasi tertinggi, tambahnya, telah terjadi pada dua virus H5N1 di Jawa Barat tahun 2006 sebesar 4,88%. Beberapa virus tahun 2006 menunjukkan multiple basic asam amino dengan subtitusi asam amino Arginin (R) menjadi Serin (S) pada posisi -6 (HA1) pada cleavage site gen HA.

Pada Tahun 2010, Virus AI yang diisolasi dari unggas yang divaksinasi AI mengalami antigenic drift yang cukup ekstensif jika dibandingkan dengan virus AI yang diisolasi dari ayam yang tidak divaksin AI. Subtitusi terjadi pada level gen HA, NA, M1 dan NS1. Pada Tahun 2011, Publikasi yang menunjukkan bahwa virus Pessel/BPPVRII/07 yang ditemukan disekitar kasus H5N1 pada manusia, dianggap sebagai virus reassortant pertama di Indonesia.

“Setelah laporan tingginya kasus kematian pada itik di Pulau Jawa pada September 2012, analisis sekuens menunjukkan semua gen terkluster pada clade virus 2.3.2.1 yang membuktikan adanya introduksi clade H5N1 eksotik masuk ke Indonesia,” ujar dokter Indi

Beliau menerangkan pada tahun 2014, dilaporkan telah teridentifikasi virus subtipe H3 dan H10 di Indonesia. Tahun 2016-2017 Virus AI subtipe H5N1 dapat dideteksi pada sampel usap kloaka unggas yang dikoleksi tahun 2016 di Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Brebes, dan Kota serang. Virus subtipe H5N1 berhasil diidentifikasi pada sampel unggas air yang diperoleh dari kasus AI di Kabupaten Lamongan tahun 2016. 

“Tahun 2018, dilaporkan virus reassortant dari sampel surveilen lapang November 2012 di Jawa Timur. Merupakan virus reassortant antara virus HPAI  H5N1 clade 2.1.3.2a dan virus LPAI. Virus Reassortant Tahun 2020. Analisis genetik menunjukkan bahwa isolate Solo-21/2020 adalah virus AI H9N2 yang mengalami reassortant dengan gen PB2 virus H5N1,” pungkasnya. (*)

Penulis: Muhammad Suryadiningrat

Editor: Nuri Hermawan

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp