Dosen UNAIR: Big Data Berpotensi Mudahkan Aktifitas Kehidupan dari Segala Aspek

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi big data. (Sumber: canva.com)

UNAIR NEWS – Big data merupakan salah satu istilah yang sering diucapkan seiring berjalannya era revolusi industri 4.0. Tidak ada definisi pasti mengenai apa big data itu sebenarnya.

Muhammad Noor Fakhruzzaman, S.Kom., M.Sc., salah satu dosen pada Program Studi Teknologi Sains Data, Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin (FTMM) Universitas Airlangga (UNAIR) mengungkapkan bahwa menurutnya big data hanya sebuah buzzword. Buzzword itu sendiri adalah kata yang baru muncul atau yang sudah ada sebelumnya dan menjadi sangat populer untuk jangka waktu tertentu.

“Menurut saya, big data hanya buzzword dan tidak ada definisi pastinya,” ucap dosen yang akrab disapa Ruzza itu.

Lebih lanjut, Ruzza mengatakan jika big data benar-benar digunakan, maka akan berpotensi untuk kehidupan yang lebih terintegrasi atau lebih serasi antar satu dengan yang lainnya. Tidak hanya itu, penggunaan big data juga akan lebih memudahkan segala aspek kehidupan.

“Contoh sederhana, misalnya penggunaan big data pada smart city memungkinkan untuk menghemat energi listrik dan bahan bakar karena data cctv dijalan dapat dianalisis secara otomatis oleh artificial intelligence (kecerdasan buatan, Red) guna mendeteksi kemacetan,” terangnya pada Rabu (17/03/21).

Dalam mengolah big data, sambung Ruzza, faktor penting yang harus diperhatikan adalah sumber daya manusianya. Dia mengutarakan, budaya pengambilan keputusan berbasis data atau data-driven decision making juga penting untuk diterapkan. Hal ini dikarenakan, big data yang telah diolah tidak akan berguna jika pengambilan keputusan tidak didasari oleh data dan dilakukan sesuka hati.

Selain big data, istilah lain yang juga sering diperbincangkan adalah master data. Ruzza menjelaskan jika big data dan master data merupakan dua hal yang berbeda. Master data, tambahnya, adalah data utama atau data pusat dimana data tersebut belum tentu dapat digolongkan sebagai big data.

“Contoh master data adalah data kependudukan pusat, biasanya data tersebut telah terstruktur (rapi, Red) dan memiliki ukuran yang besar. Namun, bisa jadi data itu memiliki kekurangan dari segi velocity (kecepatan), variety (jenisnya), veracity (akurasi) atau value (nilainya) sehingga belum dapat dikategorikan sebagai big data,” jelasnya.

Menanggapi banyaknya masyarakat yang menggunakan istilah big data akhir-akhir ini, Ruzza berpendapat jika memang istilah tersebut sedang populer untuk dibicarakan karena terkait dengan era revolusi industri 4.0 itu sendiri. (*)

Penulis: Dita Aulia Rahma

Editor: Khefti Al Mawalia

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp