Penyebab Kecemasan Pekerja Saat Pandemi COVID-19 di Indonesia

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Nasional Kompas

Pandemi COVID-19 yang belum memperlihatkan tanda-tanda akan selesai memberikan beban psikososial tersendiri pada pekerja di Indonesia. Beban psikososial tersebut antara lain adalah karena adanya kemungkinan penurunan pendapatan dan diberhentikan dari pekerjaan. Beban psikososial tersebut kemudian dapat memunculkan kecemasan pada pekerja dan masyarakat.

Terlebih kondisi pandemi COVID-19 di Indonesia terus bertambah dari hari ke hari, serta belum terdapat indikasi bahwa pandemi akan segera selesai. Kondisi tersebut kemudian menyebabkan pemerintah harus terus melakukan upaya pencegahan dan pengendalian penyebaran COVID-19. 

Upaya pembatasan sosial tersebut diantaranya adalah dengan terus membatasi pergerakan sosial masyarakat baik melalui upaya pembatasan sosial berskala besar (PSBB), Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM),dan PPKM Mikro. Selain pembatasan kegiatan sosial, masyarakat juga tetap harus mematuhi protokol kesehatan berupa penggunaan masker, mencuci tangan dengan baik, dan menjaga jarak. Pembatasan sosial tersebut kemudian menyebabkan kondisi school from home dan work from home masih harus terus dilakukan. 

Kecemasan pada pekerja dan masyarakat dapat menjadi masalah bagi kesehatan masyarakat. Yaitu sebagaimana didefinisikan oleh WHO bahwa sehat adalah kondisi fisik, sosial, dan mental yang baik. Kecemasan masuk dalam kategori tidak sehat menurut pandangan WHO sehingga perlu mendapatkan perhatian terutama dalam kondisi COVID-19. 

Prediktor Kecemasan Pekerja Saat Pandemi COVID-19 di Indonesia

Penelitian yang dilakukan pada 6.053 responden pekerja di Indonesia menunjukkan bahwa pekerja yang memiliki beban psikososial, khususnya kecemasan, cenderung didominasi oleh pekerja pada kelompok usia 20-29 tahun dengan gender wanita. Sementara berdasarkan status perkawinan, beban psikososial berupa kecemasan tersebut cenderung dialami oleh kelompok pekerja yang telah menikah.

Usia sebagai  prediktor terjadinya kecemasan juga telah dibuktikan oleh beberapa penelitian terdahulu di berbagai negara. Orang yang lebih tua cenderung memiliki lebih banyak pengalaman hidup sehingga lebih mudah dalam melakukan coping. Begitu pula dengan pekerja senior, mereka cenderung memiliki mekanisme coping yang baik dalam menghadapi situasi yang penuh dengan ketidakmungkinan selama pandemi COVID-19. 

Sementara pada pekerja pria dan wanita, ditemukan bahwa pekerja wanita cenderung lebih rentan mengalami beban psikososial terutama kecemasan. Berdasarkan penelitian terdahulu, juga dilaporkan bahwa wanita cenderung berpotensi mengalami masalah kesehatan mental dalam bentuk depresi dan kecemasan dibandingkan kelompok pria. Hal tersebut karena, pekerja pria dirasa lebih dapat melakukan coping dalam menghadapi tekanan dan keadaan yang tidak pasti selama pandemi dibandingkan dengan pekerja wanita. 

Sementara pada bidang pendidikan, ditemukan bahwa pekerja dengan pendidikan yang lebih tinggi kemungkinan mengalami beban psikologis berupa kecemasan adalah lebih rendah dibanding pekerja dengan pendidikan lebih rendah, terutama dalam menghadapi pandemi COVID-19. Pendidikan yang lebih baik berbanding lurus dengan kemampuan pekerja dalam merespon situasi pandemi COVID-19. Mereka akan cenderung lebih mampu memahami informassi dan mencerna keadaan dengan lebih baik sehingga lebih siap dalam menghadapi situasi yang tidak menentu tersebut. selain itu, pada penelitian terdahulu juga diketahui bahwa pendidikan seringkali dianggap sebagai prediktor positif kinerja pada sektor kesehatan. 

Metode Penelitian

Penelitian tersebut dilakukan dengan survey online pada masyarakat yang sedang memiliki pekerjaan. Survey dilakukan selama delapan hari, dan berhasil mengumpulkan sebanyak 6.053 responden. Adapun kuesioner yang digunakan dalam survey adalah menggunakan penilaian kecemasan pada lima aspek. Yaitu aspek kehidupan sehari-hari berupa ekonomi, agama, pendidikan, pekerjaan, dan aspek sosial. 

Selain itu, kelompok responden juga dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu berdasarkan usia, gender, status pernikahan, dan pendidikan. Kelompok usia dibagi menjadi mereka yang berusia kurang dari 19 tahun, 20-29 tahun, 30-39 tahun, 40-49 tahun, dan lebih dari 50 tahun. Kelompok gender dibagi menjadi pria dan wanita. Kelompok status pernikahan dibagi menjadi lajang, menikah, dan cerai/janda/duda. Kelompok pendidikan dibagi menjadi pendidikan tinggi, pendidikan menengah ke bawah dan pendidikan tinggi. 

Data yang terkumpul kemudian diolah menggunakan aplikasi SPSS versi 22. Pada tahap pertama, data akan dioleh dengan menggunakan uji bivaria chi-square. Kemudian, dilanjutkan dengan uji multivariat pada tahap akhir menggunakan uji regresi binary logistik untuk menentukan prediktor dari kecemasan diantara para pekerja selama pandemi COVID-19. 

Penulis : Hario Megatsari, S.KM., M.Kes

Sumber : Megatsari, H. et al., 2021. Predictors of Psychosocial Burden among Workers During the COVID-19 Pandemic Period in Indonesia. Medico-legal Update, 21(1), pp. 292-297.

(PDF) Predictors of Psychosocial Burden among Workers during the COVID-19 Pandemic Period in Indonesia (researchgate.net)

Predictors of Psychosocial Burden among Workers During the COVID-19 Pandemic Period in Indonesia | Medico Legal Update (ijop.net)

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp