Keunggulan dan Tantangan Departemen BTKV FK UNAIR

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Kegiatan Pengembangan Bedah Jantung Pertama di Pulau Kalimantan. (Foto: Istimewa)

UNAIR NEWS – Departemen Ilmu Bedah Toraks, Kardiak & Vaskular (BTKV) merupakan salah satu Departemen yang berada dalam naungan Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (UNAIR). BTKV sendiri terbentuk tanggal 21 Desember 2018, sesuai SK Rektor UNAIR No.1785/UN3 /2018 yang dinyatakan sebagai pengembangan terpisah dari Departemen Ilmu Bedah FK UNAIR. 

Keunggulan Departemen BTKV sendiri adalah melakukan penyelenggaraan operasi yang sifatnya khusus yaitu pembedahan jantung, paru dan pembuluh darah. Dan nantinya, peserta didik akan menjadi lulusan yang kompeten melakukan praktek spesialisasinya. Mengingat minimnya jumlah ahli BTKV di Indonesia, rupanya hal itu turut menjadi keunggulan tersendiri bagi Departemen. 

“Sampai saat ini masih langka dan minim jumlah ahlinya di Indonesia, padahal banyak pelayanan yang membutuhkan,” terang dr. Heroe Soebroto, Sp.B., Sp.BTKV(K), selaku Ketua Departemen BTKV.

Hal tersebut turut ditunjang melalui kegiatan tahunan Departmen yaitu penyelenggaraan sharing knowledge dan surgery dengan lecturer atau surgeon dari center-center yang sudah established guna peningkatkan pelayanan serta pendidikan. 

Selain itu, kerjasama turut juga dilakukan, baik dengan institusi dalam negeri seperti RSUP Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, FK Universitas Indonesia Jakarta, hingga RS Angkatan Laut Dr. Ramelan Surabaya. Institusi luar negeri seperti Institut Jantung Negara (JN) Kuala Lumpur, Malaysia, Seoul National University Bundang dan Hopital Republic of Korea. 

Rencana besar Departemen adalah dengan memiliki 4 Divisi yaitu Toraks, Kardiak Dewasa, Kardiak Kongenital dan Vaskular, masing-masing bisa berkembang, baik dalam pelayanan maupun pendidikan, sehingga Departemen BTKV dapat menjadi pusat layanan dan pendidikan terdepan di Indonesia. 

Meski begitu, saat ini Departemen memiliki tantangan yang perlu dihadapi yaitu keterbatasan sumber daya baik dalam sarana prasarana, sumber daya manusia serta local/ goverment insurance yang membatasi gerak atau membuat tata laksana tidak bisa semestinya. Namun, mereka sudah memiliki rencana dalam mengatasinya.

“Cara menghadapinya dengan meningkatkan jumlah staff untuk setiap divisi sehingga meningkatkan jumlah pelayanan dan pendidikan,” tutur dosen yang akrab di sapa dr. Heroe itu.

Terdapat pula beberapa alumni yang sukses dibidangnya seperti Laksma TNI IDG Nalendra Jaya Iswara, dr., Sp.B., Sp.BTKV(K) sebagai Mantan Direktur RS AL yang kini sebagai Direktur RS Lapangan Indrapura, Ivan Joalsen, dr. SPBTKV yang sukses mengembangkan pelayanan BTKV di Samrinda Balikpapan dan sekitarnya yang semula tidak ada, Prof. Dr. med. Puruhito, dr., Sp.B., Sp.BTKV(K) Mantan Rektor Universitas Airlangga, serta Prof. Dr. med. Paul Tahalele, dr., Sp.B., Sp.BTKV(K) sebagai mantan ketua perhimpunan beberapa organisasi kesehatan yang kini sebagai Ketua Perhimpunan BTKV sekaligus Dekan FK Universitas Widya Mataram Yogyakarta. (*)

Penulis : Rista Novianti

Editor  : Nuri Hermawan

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp