Menilik Hubungan Spesialisasi Auditor dan Biaya Audit pada Perusahaan yang Terkoneksi Militer

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Kompasiana.com

Auditor dengan spesialisasi industri menjadi pembahasan yang cukup menarik perhatian. Faktanya, 80 persen perusahaan memandang bahwa keahlian atau spesialisasi industri sebagai faktor penting dalam memilih auditor (Cahan, 2011). Pernyataan ini sesuai dengan signaling theory yang menekankan pentingnya memberikan sinyal kepada pasar untuk menciptakan kesan yang baik. Umumnya, perusahaan memilih untuk menyewa auditor spesialis industri berdasarkan keinginan untuk memberi sinyal kepada investor tentang peningkatan kualitas pelaporan keuangan mereka. Cahan, Jeter, dan Naiker (2011) menemukan bahwa auditor spesialis industri yang memperoleh pangsa pasar dengan mengaudit sebagian kecil klien dalam suatu industri menggunakan strategi diferensiasi produk, menawarkan kualitas yang lebih tinggi, dan mengenakan biaya audit yang lebih tinggi.

Sejumlah studi menemukan bahwa banyak perusahaan Indonesia memiliki hubungan politik, dimana hubungan antara perusahaan dan partai politik atau militer tersebut memiliki pengaruh penting terhadap kinerja perusahaan (Gul, 2006). Hubungan politik ini terjalin karena adanya kebutuhan dan keinginan satu pihak untuk memanfaatkan pihak lain. Manfaat khusus yang dinikmati kedua belah pihak akan lebih optimal di negara berkembang dengan lingkungan politik yang kurang stabil (Harymawan dan Nowland, 2016). Dari sudut pandang berbeda, Benmelech dan Frydman (2015) melihat bahwa dewan militer bisa membawa keuntungan bagi suatu perusahaan. Personel yang berada di lingkungan militer memiliki kemungkinan untuk memperoleh pengalaman kepemimpinan melalui pelatihan militer dan lebih baik dalam membuat keputusan di bawah tekanan atau dalam krisis. 

Almira Zuniga Setiadi dan Iman Harymawan telah melakukan penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara auditor dengan spesialisasi industri, military koneksi militer, dan biaya audit. Penelitian ini melibatkan 790 observasi dari 227 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010 – 2017. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis regresi Ordinary Least Square dengan bantuan software STATA 14.0.  Ide penelitian ini berdasarkan pada audit pricing theory yang menjelaskan faktor-faktor penentu dari biaya audit (Simunic, 1980). Teori ini memberikan kerangka konseptual umum yang digunakan oleh auditor untuk menentukan biaya – biaya audit sebagai jasa audit profesional yang diberikan kepada perusahaan. Biaya audit mewakili perkiraan biaya dari seluruh proses audit yang diperlukan untuk memberikan opini audit mengenai kualitas pelaporan keuangan perusahaan. Misalnya, sumber daya yang dibutuhkan selama perikatan audit, remunerasi auditor, dan potensi kerugian karena masalah hukum dan kerusakan reputasi. Teori ini juga menekankan bahwa biaya audit ditentukan dari sisi penawaran (kualitas auditor) maupun sisi permintaan (kualitas auditee). Penelitian ini berusaha untuk menguji audit pricing theory dengan menggunakan auditor spesialis industri sebagai representasi dari sisi penawaran biaya audit dan sisi permintaan diwakili oleh kehadiran dewan yang terhubung secara militer, karena gaya kepemimpinan mereka sedikit banyak mempengaruhi mekanisme tata kelola perusahaan. Khususnya, di Indonesia terdapat peraturan khusus yang mengatur tentang biaya audit. Peraturan tersebut diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Publik Indonesia tentang penetapan biaya audit (KEP 024 IAPI VII 2008).

Hasil penelitian menemukan bahwa auditor dengan spesialisasi industri berhubungan positif dan signifikan dengan biaya audit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa auditor mempersepsikan spesialisasinya sebagai diferensiasi produk yang dapat meningkatkan kualitas audit yang diberikan, sehingga mendorong biaya audit yang lebih tinggi. Di sisi lain, penelitian ini gagal membuktikan hubungan negatif antara koneksi militer dengan biaya audit. Hal ini karena risiko inheren yang tinggi dari perusahaan-perusahaan yang memiliki koneksi militer dikompensasi dengan kecenderungannya untuk berperilaku etis. Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa auditor spesialis akan mengenakan biaya audit yang lebih tinggi ketika klien mereka adalah perusahaan yang memiliki koneksi militer. 

Sebagai analisis tambahan, penelitian ini menemukan bahwa dalam sampel auditor non-spesialis, perusahaan yang memiliki hubungan militer dikenakan biaya audit yang lebih rendah. Hal ini dikarenakan auditor spesialis cenderung memiliki kapabilitas penilaian risiko yang lebih baik, sehingga tidak mudah meyakini bahwa suatu perusahaan akan memiliki mekanisme tata kelola yang lebih baik hanya berdasarkan dewan yang berhubungan dengan militer. Di sisi lain, auditor non-spesialis mungkin menganggap bahwa perusahaan yang terkait dengan militer memiliki mekanisme tata kelola yang lebih baik, sehingga menghasilkan biaya audit yang lebih rendah.

Penulis: Iman Harymawan, Ph.D. (CityU of HK)

Link terkait tulisan di atas: Financial Reporting Quality and Investment Efficiency: Evidence from Indonesian Stock Market. https://www.lpem.org/repec/lpe/efijnl/202009.pdf

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp