Melihat Kondisi Start Up di UNAIR

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Tentant Start Up di Inkubator Bisnis & Teknologi, BPBRIN UNAIR. (Foto : Istimewa)

UNAIR NEWSUniversitas Airlangga (UNAIR) memberikan perhatian kepada start up rintisan mahasiswa. Terdapat berbagai bentuk dukungan yang diberikan oleh UNAIR, salah satunya adalah dengan didirikannya inkubator bisnis pada akhir 2017 dan awal 2018.

Dr. Achsania Hendratmi, SE yang akrab disapa Achsania, dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UNAIR yang juga menjabat sebagai ketua bidang inkubator bisnis dan teknologi BPBRIN UNAIR menjelaskan bahwa total start up di inkubator bisnis dan teknologi BPBRIN UNAIR sejak tahun 2017 hingga 2020 sudah mencapai 111 start up. Sebelumnya, pada tahun 2017 jumlah start up yang bergabung di inkubator bisnis & teknologi tersebut hanya ada tiga.

“Pada tahun 2018 total start up di inkubator bisnis & teknologi mengalami kenaikan menjadi total 34 start up, yang kemudian menjadi 86 di tahun 2019,” lanjutnya.

Bidang fokus start up yang paling banyak adalah di bidang digital yaitu mencapai 54%. Dari 54% start up digital tersebut, 17% di antaranya berfokus pada isu kesehatan.

Adapun fakultas terbanyak yang bergabung di inkubator bisnis dan teknologi berasal dari FEB, yaitu sebanyak 32 start up. Angka tersebut kemudian diikuti oleh FST, yaitu sebanyak 24 start up.

“Beberapa start up yang bergabung antara lain adalah Alinamed, Telasin, Legalhub, Kelola.Net, Varises Indonesia, Berbisnis, Midcare, Kakidiabet Indonesia, dan Smart Water,” terang Achsania.

Tujuan dari pendirian inkubator bisnis dan teknologi BPBRIN itu sendiri adalah untuk membantu start up UNAIR berkembang. Setelah masa inkubasi, diharapkan start up tersebut mampu menjalankan usahanya dengan stabil, mampu bersaing, dan menjadi start up yang tangguh dan mandiri.

Menurut Achsania, lembaga inkubator bisnis teknologi berperan sangat penting karena pada umumnya perusahaan pemula sangat rentan terhadap kegagalan atau kebangkrutan di fase awal pendirian. Kegagalan tersebut dapat disebabkan karena kekurangan modal, kesulitan implementasi teknologi, manajemen bisnis yang belum baik, dan minimnya pengalaman di dunia bisnis.

Proses inkubasi yang diberikan oleh inkubator tersebut antara lain berupa pendampingan, bimbingan, pelatihan, fasilitasi pengembangan produk dan akses ke lembaga keuangan dan pemasaran. Semua fasilitas tersebut diharapkan mampu meningkatkan bisnis dan daya saing produk usaha start up binaan.

“Oleh karena itu, melalui proses inkubasi yang diberikan kepada para perusahaan pemula tersebut, diharapkan mereka mampu meningkatkan bisnis dan akhirnya dapat meningkatkan daya saing produk dan usaha mereka,” pungkasnya. (*)

Penulis : Galuh Mega Kurnia

Editor : Binti Q. Masruroh

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp