FPK UNAIR Kenalkan Produk Olahan Hasil Ikan Masyarakat Mamuju

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
TIMFPK UNAIR memberikan pelatihan kepada masyarakat Sulbar. (Foto: Tim FPK UNAIR)
TIMFPK UNAIR memberikan pelatihan kepada masyarakat Sulbar. (Foto: Tim FPK UNAIR)

UNAIR NEWS –Mamuju dan Majene, Sulawesi Barat, mengalami bencana gempa bumi dalam dua hari secara berturut-turut pada pertengahan bulan Januari 2021. Pengungsi membutuhkan bantuan nasional serta bantuan moral untuk bisa bangkit.

Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga (FPK UNAIR) yang tergabung dalam aliansi “BAKTI RSTKA untuk Mamuju dan Majene” mulai bergerak untuk mengadakan Pengabdian Masyarakat Nasional di Sulawesi Barat. Tim pengmas yang diketuai Eka Saputra, S.Pi., M.Si. bersama dengan Wakil Dekan III Dr. Eng. Sapto Andriyono, S.Pi., M.T., dan Wahyu Isroni, S.Pi., M.P  dosen Departemen Akuakultur. Serta tiga mahasiswa FPK UNAIR, Muhammad Arief angkatan 2018, Ade Chandra dan Lalu Aldy Kurnia Aji angkatan 2019.

Pada Hari kedua Sabtu (6/2/2021), tim Relawan FPK mengadakan pengmas dengan mengusung “Peningkatan Nilai Tambah Produk Perikanan Untuk Pemulihan Ekonomi Masyarakat Pesisr Sulawesi Barat Pasca Bencana Alam”. Tepatnya digelar di lokasi pengungsian masyarakat terdampak bencana Kecamatan Malunda, Kabupaten Majene, Sulawesi Barat.

Pelaksanaan pengmas yang difasilitasi RSTKA berlangsung kurang lebih 6 jam, pukul 11.00 WITA berakhir pada pukul 17.30 WITA. Masyarakat pengungsi yang mengikuti rata-rata warga dari pengungsian kurang lebih 20 orang.

“Kegiatan ini memberikan pelatihan olahan produk berbasis hasil perikanan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan konsumsi makan ikan selain juga sebagai kegiatan trauma healing bagi para warga yang sedang terkena bencana gempa bumi Mamuju, Sulawesi Barat,” ungkap Eka Saputra, M.Si.

Dosen Departemen Kelautan itu mengatakan pelatihan olahan tersebut menjadi salah satu hiburan ketika mengungsi. Para pengungsi sangat senang dengan kedatangan tim.

“Alhamdulillah masyarakat sangat antusias, mereka senang dan mendapatkan ilmu baru bahwa makanan yang sering dijumpai di televisi bisa dibuat didapur rumah mereka,” Pungkasnya.

Masyarakat pengungsi bersama tim FPK membuat olahan-olahan hasil perikanan seperti nugget, kerupuk ikan, amplang, tepungtulang, kerupuk kulit ikan, fish stik, dan otak-otak. Bahan ikan yang digunakan adalah ikan Tongkol dengan nama ilmiah (Eutynnus pelamis)

Eka beserta tim baru tahu bahwa anak-anak di sana banyak yang tidak suka makan ikan dalam bentuk utuh. Karena itu, penganalan produk olahan ikan oleh tim dinilai mampu memberikan presepsi lain pada ikan.

“Potensi perikanan di Mamuju sangat besar sehingga harus dimanfaatkan dan diolah oleh masyarakat Mamuju. Semoga segera bangkit dan pulih dari bencana,” katanya. (*)

Penulis: Dimar Herfano

Editor: Feri Fenoria

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).