COVID-19 dan Manifestasinya pada Saluran Cerna

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi saluran cerna. (Sumber: Lifestyle Sindonews)

Coronavirus disease 2019 (COVID-19) merupakan penyakit yang disebabkan oleh severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2), dan masuk dalam genus betacoronavirus. Betacoronavirus adalah virus RNA yang berantai tunggal dan memiliki envelope. Virus ini dapat menginfeksi hewan liar hingga manusia serta dapat mengakibatkan wabah. Coronavirus pada manusia pertama kali ditemukan pada tahun 1960-an dengan gejala common cold. Virus ini juga menjadi  penyebab penyakit SARS pada tahun 2003 dan penyakit middle east respiratory syndrome (MERS) pada tahun 2016. COVID-19 pertama kali dilaporkan di Wuhan China pada Desember 2019 yang kemudian menyebar ke negara-negara lainnya dan menimbulkan masalah kesehatan global. World health organization (WHO) telah menetapkan COVID-19 sebagai pandemi pada bulan maret tahun 2020. Infeksi yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 ini telah menginfeksi hampir 6,2 juta orang dan menyebabkan kematian sebanyak hampir 400 ribu orang di seluruh dunia. Indonesia merupakan salah satu negara yang terinfeksi COVID-19 tertinggi. Besarnya jumlah pasien yang terinfeksi, waktu penyebaran yang cepat dan tingginya angka kematian dalam rentang waktu yang singkat tidak hanya menimbulkan masalah dalam sistem kesehatan namun juga berefek buruk terhadap ekonomi dunia.

COVID-19 memberikan gambaran klinis pada sistem pernapasan seperti sesak nafas, batuk dan demam. Manifestasi sistem pernapasan pasien yang terinfeksi COVID-19 memiliki gambaran yang sangat bervariasi, mulai dari gejala yang sifatnya ringan, sedang dan berat hingga menimbulkan hipoxia berat. Gejala yang paling sering dari infeksi virus SARS-CoV-2 ini adalah demam dan gangguan saluran napas seperti batuk dan sesak. Meskipun virus SARS-CoV-2 lebih banyak menyerang saluran napas, sekitar 11,4% pasien COVID-19 ditemukan gangguan pada sistem saluran cerna. Adanya manifestasi selain dari sistem pernapasan diduga karena virus SARS-CoV-2 masuk ke dalam sel melalui reseptor angiotensin converting enzyme 2 (ACE2). Reseptor ini berada hampir di seluruh tubuh termasuk sel epitel esophageal serta enterosit pada ileum dan kolon sehingga infeksi COVID-19 ini dapat menimbulkan manifestasi pada saluran cerna.

Gangguan sistem pernapasan dan demam pada pasien COVID-19 sekitar 50,5% yang disertai gangguan pada saluran cerna. Kewaspadaan terhadap pasien yang menunjukkan gejala extrapulmonal sangat penting dilakukan karena beberapa pasien COVID-19 dapat tidak disertai dengan gejala pernapasan sehingga pasien dapat tidak terdiagnosis dan terlambat mendapatkan penangangan yang tepat. Pasien dengan gejala saluran cerna dikaitkan dengan durasi penyakit yang lebih lama, namun dalam pengamatan jangka pendek pasien dengan gejala saluran cerna kecenderungan untuk dirawat di ruang intensif berkurang serta angka mortalitas lebih rendah. Beberapa studi terakhir membuktikan adanya penemuan reseptor ACE2 pada sel epitel rongga mulut, hal ini memungkinkan rongga mulut dapat menjadi cara penularan virus SARS-CoV-2, selain itu dari hasil pemeriksaan pada feses juga ditemukan adanya virus. Penemuan ini menunjukkan adanya kemungkinan penyebaran virus SARS-CoV-2 dapat melalui fekal-oral, sehingga perlu adanya tindakan dan pencegahan untuk menghindari terjadinya penularan.

Berdasarkan dari gambaran di atas, peneliti dari dari Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran, RSUD Dr. Soetomo, Universitas Airlangga berhasil mempublikasikan hasil penelitiannya di salah satu jurnal Internasional terkemuka, yaitu New Armenian Medical Journal. Penelitian tersebut membahas mengenai manifestasi COVID-19 pada saluran cerna yang merupakan salah satu  manifestasi extrapulmonal dari COVID-19 serta keterkaitan dengan penyakit saluran cerna yang telah ada sebelumnya yakni Inflammatory bowel disease (IBD).

Salah satu kesimpulan penting yang dapat diambil berdasarkan penelitian ini adalah manifestasi pada saluran cerna yaitu berupa penurunan nafsu makan, diare, muntah dan nyeri perut. Keluhan pada saluran cerna dapat muncul terlebih dahulu ataupun bersamaan dengan keluhan pada salura napas, bahkan beberapa pasien hanya memberikan gejala pada saluran cerna saja tanpa disertai oleh gangguan saluran napas. Pasien dengan gejala saluran cerna memiliki derajat penyakit yang lebih berat jika dibandingkan dengan kelompok pasien tanpa gejala saluran cerna dan lebih banyak yang mengalami demam tinggi.

Penulis: Titong Sugihartono, Nur Arafah, Yoshio Yamaoka, Muhammad Miftahussurur

Informasi detail dari penelitian ini dapat dilihat pada artikel kami di New Armenian Medical Journal. Berikut link jurnalnya,

https://ysmu.am/website/documentation/files/e30f728c.pdf

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).