Penyakit gigi dan mulut masih merupakan masalah karena prevalensinya masih tinggi. Hal ini, tidak seimbang dengan kemajuan teknologi di bidang kedokteran gigi. Hasil survei kesehatan rumah tangga (SKRT) menyebutkan bahwa penyakit gigi dan mulut menduduki peringkat keenam yang dikeluhkan masyarakat. Menurut data Departemen Kesehatan, disebutkan bahwa prevalensi penyakit periodontal mencapai angka 42,8%. WHO juga menyebutkan bahwa penyakit gigi dan mulut menduduki peringkat keempat penyakit termahal dalam pengobatan.
Penyakit periodontal cenderung merata dijumpai pada penduduk Indonesia. Penyakit periodontal bersifat ireversibel sehingga jika tidak dilakukan penanganan yang optimal maka penderita mempunyai potensi gangguan seumur hidup. Penyakit ini cenderung tidak menimbulkan rasa sakit sehingga penderita tidak menyadari dan umumnya ditemukan dalam kondisi yang sudah lanjut. Tahapan penyakit yang sudah lanjut ini sering menimbulkan masalah sistemik dengan memicu gangguan fungsi beberapa organ tubuh, antara lain pankreas, jantung dan ginjal sehingga berakibat fatal. Oleh karena itu, penanganan penyakit periodontal yang efektif dan efisien perlu dipikirkan.
Penyakit periodontal merupakan penyakit ynag merusak jaringan penyangga gigi, yaitu: gusi, sementum yang melapisi akar gigi, ligamen periodontal, serta tulang alveolar tempat gigi tertanam. Penyakit ini umumnya disebabkan oleh bakteri yang dikenal dengan sebutan periodontopathogen. Semakin banyak bakteri yang menumpuk di sekitar gigi, semakin mudah terjadi kerusakan periodontal. Kerusakan periodontal mengakibatkan kegoyangan gigi, bahkan gigi terlepas.
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kerusakan jaringan periodontal, antara lain dengan menggunakan obat-obatan. Namun bila kerusakan jaringan periodontal sudah mengakibatkan kegoyangan, maka cara yang ditempuh adalah dengan melakukan tindakan bedah. Tujuan pembedahan ini adalah untuk membersihkan jaringan periodontal yang mengalami kerusakan, sehingga diperoleh lingkungan yang sehat yang dapat memberi kesempatan pertumbuhan jaringan periodontal yang baru dan sehat.
Kerusakan pada jaringan periodontal tergolong kerusakan yang sulit untuk kembali seperti semula. Oleh karena itu, pembedahan jaringan periodontal untuk tujuan regenerasi, umumnya dilakukan dengan penambahan bahan yang dapat membantu mempercepat perbaikan jaringan periodontal, terutama tulang penyangganya. Bahan yang umum digunakan untuk memperbaiki tulang penyangga adalah bone graft (cangkok tulang). Bone graft yang banyak digunakan adalah dari tulang sapi yang telah diproses sedemikian rupa, sehingga aman diberikan.
Seiring dengan kemajuan teknologi, saat ini dikembangkan bahan cangkok tulang yang berasal dari gigi manusia. Gigi yang digunakan adalah gigi sehat, diambil bagian dentin dan sementumnya. Gigi (tooth graft) untuk membentuk tulang ini diperoleh dari pencabutan gigi bungsu yang tumbuhnya miring sehingga harus dicabut, maupun dapat pula berasal dari gigi geraham kecil yang dicabut untuk keperluan memberi tempat pada saat perawatan meratakan gigi. Gigi-gigi tersebut selanjutnya dibuat dalam bentuk serbuk kemudian diproses untuk menghilangkan berbagai dampak yang tidak diinginkan.
Tooth graft dipilih karena memiliki kualitas yang baik, tidak mudah terdegradasi, serta dapat diterima pada jaringan periodontal tanpa ada reaksi penolakan. Bahan yang diperoleh dari gigi setelah melalui proses tersebut, mengandung hidroksiapatit. Hidroksiapatit ini merupakan komponen utama tulang penyangga gigi, sehingga terdapat kesesuaian antara tooth graft yang akan diberikan pada jaringan periodontal dalam hal ini tulang, dengan komponen tulang penyanga gigi. Hidroksiapatit memiliki kapasitas osteoinduktif dan osteokonduktif, yang kedua sifat ini akan membuat kecepatan regenerasi tulang alveolar meningkat, salah satunya dengan melihat indikator terjadinya osteoblastogenesis yaitu melalui ekspresi protein osteoprotegerin (OPG) dan Receptor Activator Nuclear Factor Kappa β Ligand (RANKL). Kedua protein ini diekspresikan oleh osteoblast akibat adanya stimulus. Dalam hal ini stimulusnya berasal dari tooth graft yang mengandung hidroksiapatit.
Hasil dari penelitian pada soket gigi tikus Wistar yang gigi depannya dicabut menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara tikus kelompok yang diberi tooth graft dengan yang tidak diberi. Pengamatan dilakukan selama 2 minggu dengan melihat indikator OPG dan RANKL. Tikus Wistar yang diberi tooth graft menunjukkan peningkatan OPG dan RANKL. Hal ini menunjukkan adanya potensi tooth graft sebagai bone augmentation untuk tujuan regenerasi tulang alveolar pada penyakit periodontal.
Penulis: Agung Krismariono
Informasi detail dari tulisan ini dapat dilihat pada:
OPG and RANKL Expression after Application of Hydroxyapatite Tooth Graft https://aip.scitation.org/action/doSearch?SeriesKey=apc&AllField=OPG+and+RANKL+Exp ression+after+Application+of+Hydroxyapatite+Tooth+Graft&ConceptID=