Gigi sebagai Bahan Pertumbuhan Tulang

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh pixabay

Penyakit gigi dan mulut masih merupakan masalah karena prevalensinya masih tinggi. Hal ini,  tidak seimbang dengan kemajuan teknologi di bidang kedokteran gigi. Hasil survei kesehatan  rumah tangga (SKRT) menyebutkan bahwa penyakit gigi dan mulut menduduki peringkat  keenam yang dikeluhkan masyarakat. Menurut data Departemen Kesehatan, disebutkan bahwa  prevalensi penyakit periodontal mencapai angka 42,8%. WHO juga menyebutkan bahwa  penyakit gigi dan mulut menduduki peringkat keempat penyakit termahal dalam pengobatan. 

Penyakit periodontal cenderung merata dijumpai pada penduduk Indonesia. Penyakit  periodontal bersifat ireversibel sehingga jika tidak dilakukan penanganan yang optimal maka penderita mempunyai potensi gangguan seumur hidup. Penyakit ini cenderung tidak  menimbulkan rasa sakit sehingga penderita tidak menyadari dan umumnya ditemukan dalam  kondisi yang sudah lanjut. Tahapan penyakit yang sudah lanjut ini sering menimbulkan  masalah sistemik dengan memicu gangguan fungsi beberapa organ tubuh, antara lain pankreas,  jantung dan ginjal sehingga berakibat fatal. Oleh karena itu, penanganan penyakit periodontal yang efektif dan efisien perlu dipikirkan. 

Penyakit periodontal merupakan penyakit ynag merusak jaringan penyangga gigi, yaitu: gusi,  sementum yang melapisi akar gigi, ligamen periodontal, serta tulang alveolar tempat gigi  tertanam. Penyakit ini umumnya disebabkan oleh bakteri yang dikenal dengan sebutan  periodontopathogen. Semakin banyak bakteri yang menumpuk di sekitar gigi, semakin mudah  terjadi kerusakan periodontal. Kerusakan periodontal mengakibatkan kegoyangan gigi, bahkan  gigi terlepas. 

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kerusakan jaringan periodontal, antara lain dengan menggunakan obat-obatan. Namun bila kerusakan jaringan periodontal sudah  mengakibatkan kegoyangan, maka cara yang ditempuh adalah dengan melakukan tindakan  bedah. Tujuan pembedahan ini adalah untuk membersihkan jaringan periodontal yang  mengalami kerusakan, sehingga diperoleh lingkungan yang sehat yang dapat memberi  kesempatan pertumbuhan jaringan periodontal yang baru dan sehat. 

Kerusakan pada jaringan periodontal tergolong kerusakan yang sulit untuk kembali seperti  semula. Oleh karena itu, pembedahan jaringan periodontal untuk tujuan regenerasi, umumnya  dilakukan dengan penambahan bahan yang dapat membantu mempercepat perbaikan jaringan  periodontal, terutama tulang penyangganya. Bahan yang umum digunakan untuk memperbaiki  tulang penyangga adalah bone graft (cangkok tulang). Bone graft yang banyak digunakan  adalah dari tulang sapi yang telah diproses sedemikian rupa, sehingga aman diberikan. 

Seiring dengan kemajuan teknologi, saat ini dikembangkan bahan cangkok tulang yang berasal  dari gigi manusia. Gigi yang digunakan adalah gigi sehat, diambil bagian dentin dan  sementumnya. Gigi (tooth graft) untuk membentuk tulang ini diperoleh dari pencabutan gigi  bungsu yang tumbuhnya miring sehingga harus dicabut, maupun dapat pula berasal dari gigi  geraham kecil yang dicabut untuk keperluan memberi tempat pada saat perawatan meratakan  gigi. Gigi-gigi tersebut selanjutnya dibuat dalam bentuk serbuk kemudian diproses untuk  menghilangkan berbagai dampak yang tidak diinginkan.

Tooth graft dipilih karena memiliki kualitas yang baik, tidak mudah terdegradasi, serta dapat  diterima pada jaringan periodontal tanpa ada reaksi penolakan. Bahan yang diperoleh dari gigi  setelah melalui proses tersebut, mengandung hidroksiapatit. Hidroksiapatit ini merupakan  komponen utama tulang penyangga gigi, sehingga terdapat kesesuaian antara tooth graft yang  akan diberikan pada jaringan periodontal dalam hal ini tulang, dengan komponen tulang  penyanga gigi. Hidroksiapatit memiliki kapasitas osteoinduktif dan osteokonduktif, yang  kedua sifat ini akan membuat kecepatan regenerasi tulang alveolar meningkat, salah satunya  dengan melihat indikator terjadinya osteoblastogenesis yaitu melalui ekspresi protein  osteoprotegerin (OPG) dan Receptor Activator Nuclear Factor Kappa β Ligand (RANKL). Kedua protein ini diekspresikan oleh osteoblast akibat adanya stimulus. Dalam hal ini  stimulusnya berasal dari tooth graft yang mengandung hidroksiapatit. 

Hasil dari penelitian pada soket gigi tikus Wistar yang gigi depannya dicabut menunjukkan  adanya perbedaan yang signifikan antara tikus kelompok yang diberi tooth graft dengan yang  tidak diberi. Pengamatan dilakukan selama 2 minggu dengan melihat indikator OPG dan  RANKL. Tikus Wistar yang diberi tooth graft menunjukkan peningkatan OPG dan RANKL.  Hal ini menunjukkan adanya potensi tooth graft sebagai bone augmentation untuk tujuan  regenerasi tulang alveolar pada penyakit periodontal. 

Penulis: Agung Krismariono 

Informasi detail dari tulisan ini dapat dilihat pada: 

OPG and RANKL Expression after Application of Hydroxyapatite Tooth Graft https://aip.scitation.org/action/doSearch?SeriesKey=apc&AllField=OPG+and+RANKL+Exp ression+after+Application+of+Hydroxyapatite+Tooth+Graft&ConceptID=

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).