Bersaing Dengan Vaksin Tetangga

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh CNN Indonesia

Pandemi Covid-19 belum mereda. Harapan paling besar sekarang terletak pada vaksin. Ada lebih dari 300 calon vaksin dari berbagai negara di dunia, termasuk 6 dari Indonesia. Ketika perjalanan vaksin kita masih cukup panjang, beberapa tetangga di ASEAN juga mempunyai calon. Kebanyakan milik mereka bahkan lebih maju dari pada vaksin kita.

Di Singapura, kandidat terkuat adalah vaksin mRNA yang merupakan kerja sama NUS dengan perusahaan Arcturus dari Amerika Serikat. Vaksin ini telah menjalani uji coba fase 2 di Singapore General Hospital dan saat ini sedang berusaha menyelesaikan fase 3 nya. Sekalipun berbasis mRNA, karena lokasi dekat dengan negara kita, diharapkan harga vaksin akan lebih murah dibandingkan vaksin mRNA yang sudah lebih dahulu hadir. Vaksin ini mengandung kadar 7,5 mikrogram, seperempat dari vaksin Pfizer, dan berpotensi untuk hanya sekali disuntikkan. Hal ini tentu menguntungkan. Pemerintah Singapura mengucurkan dana 45 juta dolar untuk pembuatan vaksin termaksud.

Kandidat vaksin Vietnam berbasis protein.  Saat ini vaksin tersebut sedang menjalani persiapan uji klinik fase 3 pula. Pemerntah Vietnam mengharapkan keberhasilan dalam waktu yang tidak terlalu lama. Paling realistis pertangahan tahun 2021 mereka sudah akan mendapatkan hasil Jika pun mundur, tidak akan melewati tahun ini. Nanocovax, nama vaksin yang mengacu pada Nanogen, nama perusahaannya, bahkan mengincar Indonesia sebagai salah satu negara tujuan uji klinik. Vietnam praktis bekerja tanpa banyak publikasi. Hingga saat ini negara tersebut merupakan salah satu negara terbaik di dunia dalam hal pengendalian Covid-19.

Di depan Vietnam sebenarnya ada Thailand yang lebih dahulu melakukan uji pada hewan dan bersiap pada manusia sejak Oktober 2020. Universitas Chulalongkorn bekerja sama dengan University of Pennsylvania untuk mengerjakan vaksin berbasis mRNA tersebut. Pof. Drew Weismann menghendaki vaksin dibuat di negara berkembang supaya harga bisa dibuat lebih murah. Sayang sekali perusahaan Amerika yang sedianya memasok vaksin untuk uji klinik tidak dapat menyanggupi permintaan Thailand sehingga uji klinik terpaksa mundur dan baru akan dimulai trimester kedua tahun 2021. Seluruhnya ada 6 kandidat vaksin dari negeri gajah putih ini, dengan 2 motor utama, Mahidol dan Chulalongkorn University.

Sebenanarnya mempunyai banyak kandidat untuk negara sekecil Thailand merugikan dari aspek pendanaan dan tersebarnya para ahli. Hal ini diungkapkan oleh beberapa anggota tim dari berbagai kelompok vaksin. Salah satu tim bahkan sudah memutuskan mundur dan menggabungkan diri ke tim lain.

Dengan tiga negara berlari sedikit di depan kita, tentu upaya vaksin merah putih tidak boleh dihentikan. Kebutuhan dalam negeri yang besar serta kelangsungan penyediaan merupakan pendorong dibuatnya vaksin kita oleh kita sendiri. Sekalipun jalan masih agak Panjang, diyakini keberhasilan pada akhirnya akan bisa diperoleh jua. Semoga kita berhasil membuat vaksin Covid-19 bangsa kita sendiri.

Penulis: Dominicus Husada

Artikel tayang pada Kolom Opini Jawa Pos pada 23 Desember 2020

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).