Perbandingan Kadar 25-Hydroxyvitamin D {25(Oh)D} Pada Penderita Sindroma Koroner Akut

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh SehatQ

Defisiensi vitamin D dihubungkan dengan terjadinya penyakit kardiovaskular salah satunya sindroma koroner akut (SKA). Beberapa penelitian memberikan hasil bervariasi, sehingga kadar 25(OH)D dapat menyebabkan sindroma koroner akut masih kontrovesi. Penelitian analitik observasional rancangan cross sectional. Sampel dikumpulkan April-September 2019 dari instalasi gawat darurat dan ruang rawat inap pusat pelayanan jantung terpadu RSUD Dr Soetomo Surabaya, terdiri dari penderita sindroma koroner akut 70 orang {STEMI,NSTEMI,unstable angina (UA)} kemudian diukur kadar 25(OH)D dan dinilai perbedaan kadar 25(OH)D antar kelompok. Pemeriksaan 25(OH)D menggunakan metode antibody competitive chemiluminescence immunoassay.

Vitamin D (calciferol) merupakan prohormon larut lemak yang disintesis di kulit dari 7-dehydrocholesterol melalui aktivasi sinar ultraviolet (UV). Vitamin D mengalami bioaktivasi di hati dan ginjal selanjutnya dimetabolisme menjadi bentuk aktif 1,25-dihydroxyvitamin D(calcitriol). Calcitriol mempunyai berbagai peran biologis diantaranya regulasi mineral, metabolisme tulang, proliferasi jaringan, dan beberapa efek pada sistem kadiovaskular dan sistem imun. Terdapat hubungan yang signifikan antara penurunan kadar vitamin D serum dan penyakit kardiovaskular. Hal ini dikaitkan dengan risiko terjadinya penyakit kardiovaskular, diantaranya adalah hipertensi, diabetes, dan stroke. Defisiensi vitamin D dapat dianggap sebagai faktor risiko terjadinya penyakit kardiovaskular.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti ingin membandingkan kadar vitamin D pada penderita sindroma koroner akut dan orang sehat di RSUD Dr Soetomo Surabaya. Penelitian bersifat analisis analitik observational dengan rancangan cross sectional. Sampel penelitian terdiri dari 4 kelompok, yaitu 70 pasien sindroma koroner akut (STEMI,NSTEMI,UA) dan 30 orang sehat. Kriteria inklusi penderita sindroma koroner akut adalah penderita usia dewasa dengan keluhan nyeri dada dan didiagnosis STEMI, NSTEMI, UA oleh dokter kardiologi dibawah supervisi DPJP dengan didukung pemeriksaan EKG yang dibaca oleh dokter kardiologi dibawah supervisi DPJP dan pemeriksaan troponin serta bersedia mengikuti penelitian dengan menandatangani informed consent. 

Kriteria inklusi orang sehat orang sehat usia dewasa (disesuaikan dengan usia penderita SKA) yang tidak mempunyai keluhan dan tidak menderita penyakit berdasarkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik. Bersedia mengikuti penelitian dengan menandatangani informed consent.  Kriteria eksklusi adalah penderita yang mengkonsumsi suplemen vitamin D, penderita dengan gagal ginjal, dan penderita dengan penyakit hati. Sampel kelompok sindroma koroner akut adalah  penderita usia dewasa dengan keluhan nyeri dada dan didiagnosis STEMI, NSTEMI, UA oleh dokter kardiologi dibawah supervisi DPJP yang datang ke IGD RSUD Dr. Soetomo Surabaya dengan didukung pemeriksaan EKG yang dibaca oleh dokter kardiologi dibawah supervisi DPJP dan pemeriksaan troponin. 

Sampel kelompok sehat adalah semua orang sehat usia dewasa (disesuaikan dengan usia populasi sakit) tanpa keluhan dan penyakit berdasarkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik. Semua kelompok penderita sindroma koroner akut dan orang sehat yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi diperiksa kadar vitamin D dengan menggunakan competitive antibody method chemiluminescence immunoassay Advia Centaur xpt. Pengumpulan subyek penelitian dilakukan selama bulan Juni-Agustus 2019 yang datang ke instalasi gawat darurat dan ruang rawat inap pusat pelayanan jantung terpadu RSUD Dr Soetomo Surabaya yang telah disetujui dan dinyatakan penelitian ini laik etik. Data karakteristik dilakukan uji normalitas dengan shapiro wilk yang menunjukkan distribusi data tidak normal. 

Hasil analisis statistik menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna antara kadar 25(OH)D pada STEMI dan orang sehat (p ≤ 0,0001), NSTEMI dan orang sehat secara statistik terdapat perbedaan yang bermakna (p ≤ 0,0001),  Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara kadar 25(OH)D pada Unstable angina (UA) dan orang sehat dengan nilai p = 0,925. Terdapat perbedaan yang bermakna antara kadar 25(OH)D pada STEMI dan NSTEMI dengan nilai p = 0,008. Kelompok STEMI dan UA menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna dengan nilai p ≤ 0,0001. Kadar 25(OH)D pada NSTEMI dan UA menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna dengan nilai p = 0,003. Kurva Box-Plot kadar 25(OH)D pada tiap subyek penelitian menunjukkan nilai median pada kelompok STEMI lebih tinggi dibandingkan kelompok yang lain.

Keterbatasan penelitian ini , Tidak memperhitungkan asupan makanan yang mengandung vitamin D, lamanya terpapar sinar matahari yang dapat menyebabkan bias pada penelitian ini. Populasi penelitian hanya pada satu wilayah geografis mengakibatkan status vitamin D dapat berubah dengan berbagai faktor, seperti musim, letak geografis, dan paparan sinar matahari. Disimpulkan bahwa, terdapat perbedaan kadar 25(OH)D pada penderita sindroma koroner akut dengan STEMI dan orang sehat. Terdapat perbedaan kadar 25(OH)D pada penderita sindroma koroner akut dengan NSTEMI dan orang sehat. Tidak terdapat perbedaan kadar 25(OH)D pada penderita sindroma koroner akut dengan Unstable angina (UA) dan orang sehat. Terdapat perbedaan kadar 25(OH)D pada penderita sindroma koroner akut STEMI, NSTEMI, dan UA, sehingga saran agar dilakukan penelitian lebih lanjut dengan memperhitungkan asupan makanan yang mengandung vitamin D, lamanya terpapar sinar matahari yang dapat menyebabkan bias pada penelitian ini serta memperhitungkan pengambilan subyek penelitian pada berbagai wilayah geografis. 

Penulis: Ferdy Royland Marpaung

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

https://www.indonesianjournalofclinicalpathology.org/index.php/patologi/article/view/1560

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).