Pembelajaran Daring dalam Masa Pandemi Covid-19

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh BDK Jakarta

Dewasa ini media dan sistem pembelajaran mulai bergeser dari konvensional ke pembelajaran terkini yang memanfaatkan bantuan teknologi. Sekolah-sekolah dan guru berupaya memasukkan media pembelajaran digital untuk menciptakan suasana belajar yang lebih efektif dan aplikatif. Pada saat sekarang ini, transformasi digital merebak ke hampir semua ruang dan bidang, termasuk bidang pendidikan. Media pembelajaran secara daring menciptakan ruang-ruang komunitas di antara siswa yang bukan hanya semata-mata untuk pendidikan, tetapi juga hiburan karena mengeksplorasi literasi digital siswa (Tan, 2013). Melalui media sosial dan berbagai platform, siswa dan guru memiliki kesempatan mengoptimalkan proses belajar. Studi terdahulu menyebutkan bahwa pembelajaran secara daring terfokus pada pemahaman siswa mengenai kerja kolaboratif cara membangun makna, menegosiasikan bersama, dan saling memahami (mendukung) dalam proses belajar jarak jauh (Littleton & Whitelock, 2005; Friedman & Friedman, 2020; Yukawa, 2006).

Studi Donelly (2006) menyebutkan bahwa e-learning merupakan media interaksi pembelajaran tatap muka dengan cara baru untuk menciptakan area diskusi secara virtual. Melalui e-learning, guru dan siswa dapat memangkas hambatan tempat dan waktu dalam masalah kendala belajar. Pembelajaran juga dapat dilakukan dengan memanfaatkan semua media sosial, baik seperti Facebook, Youtube, Twitter, Instagram, Blogger, dan Quora bagi para siswa. Pembelajaran secara daring juga menawarkan kemudahan mendapatkan jejaring dan peluang berbagi pengetahuan tetapi menimbulkan efek negatif pemborosan waktu bagi peserta belajar (Salmon et al. 2015; Hollis & Was, 2016; Brownson, 2014). Aspek positif dalam pembelajaran daring memungkinkan siswa dengan keterbatasan waktu dan jarak geografis untuk memperoleh pendidikan. Sementara itu aspek negatifnya adalah adanya perbedaan dalam bersaing, karena komunikasi elektronik tidak alami dalam menciptakan ruang belajar sehingga menentukan kualitas pendidikan (Kock et al, 2017).

Pembelajaran secara daring digunakan untuk memaksimalkan proses belajar meski dilakukan tanpa tatap muka secara langsung dalam satu tempat. Pembelajaran semacam ini adalah alternatif untuk mengakomodasi bentuk pertemuan belajar yang berlangsung secara tradisional. Pembelajaran secara daring dirasakan cukup efektif karena membantu guru membangun kelas virtual sesuai dengan kondisi pembelajaran di kelas (Putranti, 2013). Biasanya, guru-guru di negara-negara maju mengoptimalkan penggunaan platform digital kekinian untuk mengikuti perkembangan platform yang dipakai siswa, dan untuk menciptakan ruang belajar yang nyaman. Media pembelajaran tersebut berfokus pada bagaimana ruang bersama dapat digunakan untuk mengkomunikasikan gagasan dan menghasilkan konten khusus pembelajaran sehingga dapat meningkatkan keterampilan siswa dan guru (Wheeler & Wheeler, 2009; Moore et al, 2011; Hansch et al, 2015).

Pembelajaran daring merupakan metode pembelajaran baru yang seiring berjalannya waktu menjadi alternatif bagi pembelajaran yang telah berlangsung secara konvensional. Studi ini bertujuan untuk mengetahui proses pembelajaran daring serta kendala yang dialami mahasiswa. Dengan latar belakang pandemi wabah Covid-19, studi ini berusaha mengungkap bagaimana konstruksi sosial yang dimiliki mahasiswa pada pembelajaran daring yang baru-baru ini diberlakukan dan bagaimana pula jalannya sistem pembelajaran daring yang ditetapkan oleh pemerintah.

Hasil dari studi ini menunjukkan bahwa tidak semua mahasiswa menyukai pembelajaran daring, di antaranya menyatakan ketidaksetujuannya dan menganggap bahwa pembelajaran daring berlangsung kurang efektif bagi mereka. Faktor sosial, ekonomi, dan budaya menjadi indikator penting bahwa pembelajaran daring belum mampu diterapkan di sejumlah wilayah di Indonesia. Masyarakat pedalaman pedesaan belum siap menyambut metode pembelajaran terbaru dan masih merasa lebih nyaman menggunakan cara-cara konvensional. Pembelajaran daring di wilayah pedesaan yang terpencil tidak hanya terkendala pada masalah teknis dan fasilitas, tetapi juga sumber daya manusia perlu didorong untuk menerima model pembelajaran terbaru. Mahasiswa menganggap model pembelajaran ini masih belum menguntungkan bagi mahasiswa karena beberapa kendala, diantaranya wilayah geografis mahasiswa yang berada di pedalaman sehingga sulit untuk mengakses internet. Mereka juga harus membeli kuota internet, di mana akses internet di beberapa aplikasi memerlukan kuota yang besar, sehingga hal ini menjadi penghambat bagi mereka, terlebih pada mereka yang berasal dari keluarga ekonomi menengah ke bawah. Selain itu, tinggal di rumah membuat mereka lebih banyak mengerjakan pekerjaan rumah dan membantu orang tua bekerja, sehingga terkadang tugas-tugas mereka menjadi terbengkalai. Dalam hal ini, keluarga membawa pengaruh terhadap proses belajar mahasiswa. Oleh karena itu, ketersediaan sarana dan prasarana penunjang serta akses internet di kalangan masyarakat pedesaan dan sosialisasi akan pentingnya pembelajaran daring mutlak diperlukan.

Penulis: Dr. Siti Mas’udah

Link artikel: https://www.scopus.com/inward/record.uri?eid=2-s2.0-85092648896&doi=10.26803%2fijlter.19.8.13&partnerID=40&md5=7fd6283aecff2ba3029e338f211783e2

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).