Isolasi dan Identifikasi Metabolit Sekunder Sponge Callyspongia sp. serta Aktivitasnya sebagai Antibakteri.

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh IDN Times

Spons laut Callyspongia sp. adalah salah potensi laut sebagai sumber untuk menemukan dan mengembangkan antibakteri baru. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi Callypsongia sp. dan menguji aktivitasnya sebagai antibakteri. Spons merupakan salah satu komponen biota penyusun terumbu karang yang tersebar cukup luas. Ada 15.000 spesies spons di seluruh dunia, dan sekitar 45% senyawa bioaktif ditemukan di spons. Spons merupakan hasil alam laut yang berpotensi sebagai sumber penemuan obat baru. Banyak aktivitas farmakologis dilaporkan dalam spons, termasuk sitotoksik, inhibitor kinase, antibakteri, antivirus, antihiperlipidemik, antiproliferatif, imunomodulator, dan anti-inflamasi. Penemuan obat baru dari sumber laut dimulai pada pertengahan 1970 dan melaporkan sekitar 2500 metabolit baru ditemukan.

Callyspongia sp. merupakan spons yang terdapat hampir di seluruh laut Indonesia sehingga mudah didapatkan. Ini mengandung berbagai metabolit sekunder yang dapat digunakan sebagai sumber obat. Ini dilaporkan memiliki aktivitas antikanker, antioksidan, imunomodulator, anti-inflamasi, antimikroba dan antiparasit. Penyakit menular merupakan masalah yang signifikan secara global; salah satunya adalah infeksi bakteri. Untuk mengobati infeksi bakteri, diperlukan antibiotik. Namun, resistensi antibiotik merupakan masalah besar lain yang terjadi.

Oleh karena itu, sangat penting untuk menemukan dan mengembangkan antibiotik baru atau agen antibakteri dari produk alami. Spons laut menyediakan banyak senyawa biologis yang bertindak sebagai antibakteri. Salah satu langkah untuk menemukan obat baru tersebut adalah dengan mengisolasi metabolit sekunder dalam hasil alam laut. Metode isolasi merupakan suatu teknik memisahkan suatu komponen dari campuran yang lebih kompleks. Dasar dari teknik pemisahan ini adalah perbandingan sifat-sifat partisi komponen terhadap adsorben. Proses isolasi yang harus dilakukan untuk mendapatkan senyawa murni meliputi ekstraksi, fraksinasi, dan pemurnian. 

Spektrum 13C-NMR dari isolat C1 menunjukkan 27 karbon dengan 2 sinyal. Analisi Analisis 13C-NMR juga didukung oleh adanya sinyal 1H-NMR. Analisis 1H-NMR pada isolat C1 menunjukkan 46 proton, 4 di antaranya memiliki pergeseran kimia yang cukup besar pada 5,3; 5,1; 4,7; dan 3,4 ppm. Spektrum 1H-NMR menunjukkan penumpukan proton dengan integrasi ekstensif. Dari data 1H dan 13C-NMR tersebut dapat diperkirakan bahwa rumus molekul untuk isolat C1 adalah C27H46O yang mirip dengan kolesterol. 

Senyawa C2 diperoleh sebagai padatan kuning. Senyawa ini menunjukkan bintik hitam pada sinar UV 254, bintik tidak terlihat pada cahaya 366 nm dan setelah derivatisasi menggunakan serium sulfat dilanjutkan dengan pemanasan. Berdasarkan analisis 13C-NMR isolat C2 terdapat 10 karbon pada strukturnya. Data 1H-NMR menunjukkan 10 proton. Berdasarkan data 1H dan 13C-NMR, dapat diperkirakan rumus molekul untuk isolat C2 adalah C12H10

Berdasarkan uji aktivitas antibakteri ekstrak etil asetat Callyspongia sp. tidak menunjukkan aktivitas antibakteri dengan nilai MIC lebih dari 512 µg / mL terhadap semua bakteri yang digunakan. Secara simultan isolat C1 dan isolat C2 memberikan nilai MIC lebih dari 256 µg / mL, kecuali S. enterica masing-masing 128 dan 256 µg / mL. Berdasarkan penelitian lain menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat memberikan aktivitas antibakteri paling rendah terhadap bakteri, hal ini dapat menjadi penyebab ekstrak etil asetat Callyspongia sp. tidak memberikan potensi antibakteri. Flavonoid, tanin, dan fenolat yang terkandung dalam ekstrak etil asetat paling rendah dibandingkan dengan ekstrak metanol atau etanol. Flavonoid, tanin, dan senyawa fenolik merupakan agen bioaktif yang memiliki banyak potensi, salah satunya sebagai antibakteri dengan berbagai mekanisme.

Callyspongia sp. yang telah dimaserasi dengan menggunakan pelarut etil asetat (3×24 jam), kemudian diisolasi dengan kromatografi cair vakum (KCV) dan KR (kromatografi radial), dan ditentukan strukturnya dengan 1H dan 13C-NMR. Untuk aktivitas antibakteri diuji dengan metode mikrodilusi. Ekstrak etil asetat Callyspongia sp. menghasilkan 2 senyawa yaitu isolat C1 (kolesterol) dan isolat C2 (alkaloid tidak diketahui dengan karbonil dari gugus aldehida). Ekstrak Callyspongia sp. tidak menunjukkan sifat antibakteri terhadap B. subtilis, S. mutans, E. coli, dan S. enterica. Sedangkan isolat C1 dan C2 hanya menunjukkan sifat antibakteri terhadap S. enterica berdasarkan uji MIC.



Penulis: Adryan Fristiohady, Agung W Mahatva Yodha, Baru Sadarun, La Ode Muhammad Julian Purnama, Abdul Arif Rachmat H , Muhammad Hajrul Malaka, Rini Hamsidi, Wahyuni, Idin Sahidin

Artikel Jurnal dan link:

Isolation and Identification of Secondary Metabolite from Marine Sponge Callyspongia sp. and its Antibacterial Potency Link : https://biointerfaceresearch.com/wp-content/uploads/2020/10/20695837113.1008210088.pdf

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).