Diabetes Mellitus (DM) disebabkan oleh berbagai macam sebab, tetapi antara lain ada 2 penyebab penting dimana seseorang mempunyai bakat keturunan/genetik, dan faktor pencetus lingkungan. Diabetes bisa menyebabkan berbagai macam komplikasi kronis yang dipengaruhi oleh faktor genetik. Komplikasi jangka panjang bisa mengenai mata, ginjal dan kardiovaskuler yang menjadi penyebab morbiditas dan mortalitas.
Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular yang terkait dengan morbiditas dan mortalitas, yang penyebarannya di seluruh dunia. Usaha untuk memberantas penyakit TBC telah dilakukan secara luas, tetapi jumlah penyakit masih besar, terutama pada orang miskin dan tersebar luas diseluruh dunia.
Interaksi antara DM dan TBC telah dikenal luas sejak zaman romawi kuno. Situasi banyak berubah saat ini dengan kemajuan ilmu pengetahuan dibidang pengobatan DM dan TBC. Kajian meta-analisis menunjukan bahwa pasien DM mempunyai risiko infeksi TBC lebih tinggi 2 sampai 3 kali lipat. Pasien TBC sejumlah 15% terkait dengan penyakit DM, bahkan kebanyakan pasien DM disertai dengan TBC yang tidak terdeteksi, dan sering TBC baru ditemukan sudah tahap lanjut,
Muncul pertanyaan apakah peningkatan risiko infeksi TBC ada dasar biologis, jawabannya adalah ya. Secara umum pasien DM (Diabetisi) menyandang risiko terkena infeksi yang lebih tinggi, tertama yang gula darahnya terkontrol jelek. DM dengan kontrol glikemik jelek mempunyai efek mekanisme immunologi yang menurun, sehingga lebih rentan terhadap infeksi.
Keterlibatan komponen kerentanan genetik manusia untuk seseorang menjadi berisiko terinfeksi, dan penyakit menjadi progresif menjadi penting untuk diungkap. Ada pola individual yang sejak awal resisten terhadap infeksi, ada individual setelah ternfeksi kemudian penyakitnya menjadi progresif. Fenomena variasi perjalanan penyakit sangat penting untuk diungkapkan, apakah ada variasi genotipik ataupun fenotipik.
Telah dilaporkan berbagai variasi polimorfisme genetik terhadap kerentanan infeksi TBC paru. Faktor genetic yang terkait dengan patogenesis adalah bersifat poligenik, dan ini penting untuk identifikasi petanda kerentanan infeksi terhadap TBC. Secara umum ada perbedaan variasi genetik antar etnis dan geografis. Faktor genetik sangat penting untuk dikenali mengingat membuka peluang untuk menunjang pendekatan baru untuk bisa memperpendek lama pengobatan TBC.
Peran vitamin D Receptor Gene Polymrophism Fok1 dan status vitamin D (25-OH)D pada DM dengan TBC paru.
Vitamin D telah diketahui berperan penting dalam berbagai fungsi metabolisme tubuh manusia, antara lain aktifasi macrophage melalui aktivasi vitamin D receptor. Macrophage yang sehat diperlukan tubuh untuk bisa mengatasi infeksi.
Peran vitamin D Receptor Gene Polymrophism Fok1 dan status vitamin D (25-OH)D inilah diungkapkan pada pada penelitian ini, dan terungkap bahwa pada kelompok DMT2 yang terinfeksi TBC tidak menunjukkan perbedaan dengan kelompok DM yang tidak terinfeksi TBC. Masih diperlukan riset lanjutan untuk mengungkap variasi genetik yang menyandi aktivasi macrophage pada pasien DM.
Penulis: Agung Pranoto
Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di Indian Journal of Public Health Research and Development