Protein Cairan Sperma Sapi Simental Menyuburkan Sperma Beku Kambing Kacang

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Hobi Ternak

Kambing Kacang adalah jenis kambing asli Indonesia yang banyak dipelihara masyarakat di daerah pedesaan. Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia (nomor 2840 / Kpts / LB.430 / 8/2012) menetapkan bahwa kambing kacang merupakan salah satu kambing lokal Indonesia, sebagai sumber daya genetik ternak yang wajib dilindungi dan dilestarikan. Pengembangbiakan kambing Kacang dengan teknik inseminasi buatan diharapkan dapat mempercepat peningkatan populasi sekaligus melestarikannya. Teknik kawin suntik atau inseminasi buatan telah  berkembang di Indonesia terutama pada sapi. Peternak sapi dapat dengan mudah memperoleh layanan inseminasi buatan dari Inseminator yang sudah menjangkau pedesaan. Para inseminator dapat melayani permintaan kawin suntik menggunakan sperma beku pejantan unggul berbagai bangsa sapi. Pemantauan hasil kawin suntik pun telah dapat dilakukan secara daring menggunakan suatu system terpadu dalam iSIKHNAS (sistem informasi kesehatan hewan Indonesia). Sampai sejauh itu perkembangan inseminasi buatan dengan sperma beku pada sapi.  Namun, ketersediaan sperma beku kambing masih sangat terbatas. Permasalahan semen beku adalah rendahnya kualitas semen setelah pembekuan yang ditandai dengan daya hidup yang sangat rendah. Sekitar 60% sperma kambing mati setelah dibekukan. Sedangkan persentase motilitas (spermatozoa yang dapat bergerak atau berenang maju) hanya sekitar 38%. Padahal, angka motilitas minimum yang ditetapkan dalam Standar Nasional Indonesia untuk sperma kambing adalah 40%. 

Kualitas sperma beku kambing rendah karena membrane plasma sperma kambing sangat sensitive terhadap oksidasi oleh radikal bebas, yaitu yang disebut reactive oxygen species (ROS). Termasuk paling sensitive diantara sperma hewan ternak yang lain. Hal ini disebabkan justru oleh cairan plasma spermatozoa kambing itu sendiri. Sedangkan pada sperma sapi diketahui mengandung protein-protein yang dapat meningkatkan kesuburan sperma.  Para peneliti dari FKH Unair telah melakukan penelitian tentang itu. Mereka adalah Prof. Dr. Suherni Susilowati, drh., M.Kes.,  Indah Norma Triana,drh., M.Si., Dr. Trilas Sardjito, drh., M.Si., Dr. Tri Wahyu Suprayogi, drh., M.si., Prof. Dr. Wurlina, drh., MS., dan Prof. Dr. Imam Mustofa, drh. M.Kes. Para peneliti ini mengidentifikasi cairan plasma sperma pejantan unggul sapi Simental yang biasa diambil spermanya untuk membuat sperma beku di Unit Semen Beku Teachin Farm FKH Uniar. Mereka menemukan ada delapan protein yang ada dalam ejakulat sapi Simental tersebut. Salah satu protein yang ada didalamnya adalah Insulin Like Growth Factor –I Complex. Protein ini bersifat sebagai antioksidan yang mampu memutus reaksi rantai reduksi dan oksidasi. Lebih lagi protein ini mempunyai reseptor pada permukaan membrane sehingga diharapkan dapat mengatasi kelemahan yang terdapat pada sperma kambing Kacang.

Penelitian ini menunjukkan hasil yang menggembirakan. Tanpa penambahan antioksidan apapun 59,55% sel-sel sperma mati setelah pembekuan, hanya 40,45% sperma yang hidup. Dengan penambahan 2.5 mg protein / mL bahan pengencer dapat menurunkan angka kematian sperma hingga 32,45%. Berarti terdapat 67.55% sel sperma hidup. Persentase motilitas sperma juga sangat tinggi, yaitu 64%, jauh diatas standar yang dipersyaratkan SNI sebesar 40%. Penambahan protein sebesar 2,5 mg/ml bahan pengencer tersebut adalah dosis optimal. Penambahan dosis yang lebih tinggi, yaitu 5 mg justru menurunkan kualitas sperma kambing. Hal ini disebabkan karena secara fisiologis sperma kambing juga membutuhkan ROS dalam dosis rendah.  Dengan dosis protein (bertindak sebagai antioksidan) yang lebih tinggi menyebabkan ROS untuk kebutuhan fisiologis sel sperma kurang memadai. Akibat kualitas sperma justru menurun. 

Selanjutnya sperma beku hasil penelitian ini diinseminasikan pada kambing betina yang sudah disinkronisasi birahi sebelumnya. Hasilnya juga menggembirakan. Pada kambing betina yang diinseminasi sperma beku tanpa penambahan protein persentase induk kambing yang bunting sampai melahirkan adalah 66.67%. Sedangkan inseminasi menggunakan sperma beku yang ditambahkan 2,5 g/ml bahan pengencer  menghasilkan angka 94.73%. Pada induk kambing yang diinseminasi dengan sperma beku yang ditambahkan 5 g/ml bahan pengencer menghasilkan kebuntingan sampai dengan kelahiran sebesar 88.24%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penambahan 2,5 mg protein dari cairan sperma sapi Simental per mili liter behan pengencer adalah terbaik untuk meningkatkan kesuburan sperma kambing Kacang. 

Penulis: Prof. Dr. Imam Mustofa, drh., M.Kes. (Corresponding author)

Berikut link jurnal terkait tulisan di atas: https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0011224020302789?via%3Dihub. Disarikan dari artikel: Suherni Susilowati, Indah Norma Triana, Trilas Sardjito, Tri Wahyu Suprayogi, Wurlina Wurlina, Imam Mustofa. Effect of Simmental bull seminal plasma protein in egg yolk-citrate extender on Kacang buck semen fertility. Cryobiology. 2021.

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).