Pemeriksaan Sitologi Aspiratif untuk Mendeteksi Kanker Paru

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Sumber: Halodoc

Kanker paru merupakan penyakit yang jumlahnya terus meningkat. Penyakit ini sering ditemukan pada perokok oleh karena rokok mengandung bahan karsinogenik. Gejala kanker paru sama sekali tidak khas, dapat berupa batuk terus menerus yang kadang memberat dan kadang membaik dan disertai dengan batuk darah, sesak nafas serta berat badan menurun. Gejala2 tersebut dapat dijumpai juga pada tuberkulosis paru maupun infeksi jamur pada paru. Pada foto rontgen, kanker paru juga tidak memberikan gambaran yang karakteristik.

Diagnosis pasti kanker paru didapatkan dengan mengambil sel atau jaringan tumor yang dikenal dengan nama biopsi. Biopsi pada paru dikerjakan dengan memasukkan jarum biopsi dengan tuntunan fluoroskopi atau CT scan dan mengambil sedikit jaringan paru. Teknik ini termasuk teknik yang bersifat invasif serta traumatik.

Sebagai alternatif dapat dikerjakan biopsi aspirasi jarum halus dengan memasukkan jarum yang ukurannya jauh lebih kecil (1/10 kali) dari biopsi jarum (needle biopsi). Hasil yang didapatkan adalah berupa cairan aspirat (bukan jaringan paru seperti pada biopsi jarum). Teknik ini bersifat minimally invasive dan bisa mendapatkan hasil yang akurat.

Hasil aspirasi biopsi diperiksa dengan membuat hapusan sitologi atau dapat dilakukan dengan membuat cell block. Teknik hapusan sitologi merupakan teknik yang lebih sederhana dan mudah untuk dikerjakan, serta menjadi salah pilihan utama teknik pemeriksaan histopatologi di RSUD Dr. Soetomo. Hasil pemrosesan sitologi yang dilakukan di RSUD Dr. Soetomo memiliki kualitas yang bagus dan merupakan produk unggulan yang masih digunakan sampai saat ini.

Teknik cell block merupakan teknik yang lebih sulit untuk dikerjakan serta membutuhkan waktu pemeriksaan yang lebih lama. Di Indonesia teknik cell block jarang digunakan walaupun teknik ini seringkali dianggap lebih baik dibandingkan teknik sitologi karena memiliki beberapa kelemahan, yaitu waktu pemrosesan yang lebih lama, membutuhkan ketrampilan khusus dan peralatan yang memadahi sehingga membutuhkan biaya lebih besar untuk peralatan dan tenaga kerja sehingga pada pusat kesehatan yang tidak memiliki tenaga dan peralatan yang memadahi hanya mengandalkan teknik sitologi.

Beberapa peneliti menyatakan bahwa teknik cell block akan menghasilkan diagnosis yang lebih akurat oleh karena sel tumor dapat ter-preservasi dengan baik akan tetapi peneliti yang lain menyatakan bahwa dengan teknik hapusan sitologi, sel yang didapat juga ter-preservasi dengan baik. Setelah ditelaah, ternyata penelitian yang menyatakan bahwa teknik cell block lebih akurat memiliki kelemahan yaitu spesimen hanya dihitung dan dibandingkan pada satu lapang pandang, sementara antara teknik sitologi dan cell block keduanya memiliki perbedaan prinsip sehingga tidak bisa dibandingkan hanya dalam satu lapang pandang. pandang  Atas dasar hal tersebut maka dilakukan penelitian untuk mengetahui apakah teknik sitologi memiliki kualitas preservasi sel yang sebanding dengan teknik cell block pada spesimen aspirasi biopsi paru dengan menggunakan indikator jumlah sel radang dan jumlah artefak.

Sandya dan kawan-kawan telah melakukan penelitian dengan membandingkan preservasi sel yang didapat dari hapusan sitologi dibandingkan dengan cell block. Penelitian dilakukan dengan membandingkan antara jumlah dan jenis sel radang pada hasil biopsi paru yang diproses dengan teknik sitologi dan cell block. Sampel diambil dengan cara Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB), yaitu pengambilan sampel jaringan atau cairan dengan cara aspirasi menggunakan jarum halus (no. 25). Setelah itu, sampel dibagi menjadi dua bagian, salah satu bagian diproses menggunakan teknik sitologi dan bagian lainnya menggunakan cell block.  Jumlah sel radang dan artefak diamati secara mikroskopis kemudian dihitung secara kuantitatif jumlah sel radang dan jumlah artefak. Setelah itu, hasil perhitungan dikonversi ke dalam skor sebelum diolah secara statistik.

Hasil peneltian Sandya mendapatkan bahwa preservasi sel pada hapusan sitologi sama baiknya atau bisa juga lebih baik dibandingkan dengan teknik pemeriksaan cell block. Hal ini dibuktikan dari hasil perbandingan kuantitatif jumlah sel radang dan jumlah artefak pada sitologi dan cell block yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara teknik sitologi dan cell block. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa teknik pemeriksaan sitologi aspiratif dengan metode hapusan sitologi dapat digunakan untuk mendeteksi adanya sel kanker paru dengan akurat, dengan metode invasif minimal serta waktu yang relatif  cepat.

Penulis: Willy Sandhika

Artikel ilmiah populer ini diambil dari artikel jurnal dengan judul: Analisis Preservasi Spesimen Hapusan Sitologi dan Cell Block pada Bahan Biopsi Aspirasi Paru oleh Adinda Sandya P , Willy Sandhika dan Vicky Sumarki B., yang diterbitkan pada Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol. 31, No. 1, Februari 2020, halaman 23-27.

Artikel lengkapnya dapat dilihat pada link berikut ini:

https://jkb.ub.ac.id/index.php/jkb/article/view/2623/753

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).