Kejadian Salmonellosis dari Peternakan Ayam

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Selular.id

Salmonella sp. adalah agen bakteri yang dapat menyebabkan salmonellosis pada manusia dan hewan. Dalam hal kesehatan masyarakat, salmonellosis dianggap sebagai penyakit zoonosis yang signifikan. Salmonellosis adalah penyakit enterik dan penyakit diare kronis dan bahkan kematian pada manusia dan hewan. Sebanyak 16 juta kasus demam inflamasi termasuk 1,3 miliar kasus gastroenteritis dan tiga juta kematian akibat Salmonella. Di seluruh dunia setiap tahun. Ada 1,2 juta kasus salmonellosis non-tipe, 19.000 di rumah sakit, dan 370 kematian tahun lalu. Dikenal sebagai salah satu penyebab utama penyakit bawaan makanan, 11% disebabkan oleh kontak hewan. Kontak langsung dan kontak tidak langsung dengan hewan dapat digunakan untuk menularkan infeksi. Penularan tidak langsung dapat terjadi melalui interaksi dengan lingkungan hewan atau barang yang terkontaminasi di peternakan. Unggas yang terinfeksi Salmonella sp., tapi bisa mencemari lingkungan sekitar dan hewan. Salmonellose adalah salah satu penyakit patogen enterik Salmonella sp. yang paling umum. Memiliki tingkat morbiditas dan masalah pencegahan yang tinggi.

Unggas merupakan reservoir agen bakteri yang penting. Unggas yang terinfeksi dapat menjadi sumber penularan penyakit. Mikroorganisme patogen dapat menyebabkan penyakit infeksi yang merupakan penyakit utama dan penyebab kematian tertinggi pada hewan dan manusia. Meningkatnya kejadian penyakit infeksi menyebabkan penggunaan antibiotik menjadi yang paling dominan di pelayanan kesehatan.

Penggunaan antibiotik yang tinggi dapat menyebabkan peningkatan resistensi antibiotik. Antibiotik sebagai pencegahan digunakan secara rutin dalam banyak kasus. Sediaan kombinasi amoksisilin dan kolistin (60,8%) merupakan sediaan yang paling banyak digunakan di beberapa peternakan. Peternak bahkan tidak menyadari tujuan penggunaan antibiotik. Tingginya penggunaan antibiotik tanpa resep disebabkan karena adanya persepsi peternak bahwa penggunaan antibiotik tidak memiliki efek samping dan dengan biaya yang murah sebagai upaya pencegahan penyakit. Selama dua dekade terakhir, terjadi peningkatan kesadaran tentang faktor-faktor penyebab timbulnya resistensi antibiotik pada ternak sebagai pangan asal hewan bagi kesehatan.

Kebutuhan akan protein hewani yang aman dan berkualitas merupakan tuntutan konsumen. Insiden Salmonella sp pada itik, sapi, ayam pedaging, dan ikan. Mikroorganisme patogen dalam rantai makanan ditularkan ke manusia melalui berbagai makanan termasuk daging sapi, unggas dan telur. Kontaminasi bakteri pada makanan dapat terjadi pada semua tahapan produksi sehingga dapat mempengaruhi kualitas produk unggas. Terlepas dari kesadaran akan risiko Salmonellosis dari penanganan unggas mentah, masyarakat umumnya tidak menyadari bahwa Salmonella juga dapat menyebar antara unggas hidup dan manusia. Hal ini menekankan perlunya inisiatif global dengan sistem kontrol dan pemantauan untuk pengendalian resistensi antibiotik guna melindungi kesehatan masyarakat terkait Salmonella sp. dari peternakan unggas. Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan pentingnya Salmonella yang tumbuh dari peternakan unggas dalam hal kesehatan masyarakat.

Salmonellosis merupakan perhatian utama dalam keamanan pangan. Uni Eropa telah memberlakukan peraturan sejak Januari 2006 yang mencakup langkah-langkah pengendalian yang diterapkan di seluruh rantai produksi unggas, termasuk tingkat produksi, tindakan biosekuriti, dan larangan penggunaan antibiotik sebagai pemacu pertumbuhan. Unggas dan produk unggas sering dikaitkan dengan wabah Salmonellosis dan oleh karena itu, umumnya diakui sebagai sumber utama penyebaran penyakit. Pencegahan dan pengendalian Salmonella dapat dilakukan dengan mengadopsi prinsip HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point).

Kebersihan dan biosekuriti harus menjadi bagian dari keseluruhan manajemen tambak. Langkah-langkah ini sangat penting dalam pengendalian infeksi. Unggas yang masuk harus memiliki status kesehatan yang tinggi dan harus dibeli dari pemasok terpercaya yang memiliki fasilitas pembiakan dan pembenihan yang terjamin kualitasnya. Lebih lanjut, Salmonella dapat ditularkan di peternakan ayam melalui kendaraan, pekerja, pakaian, alas kaki, peralatan, air, makanan, sampah, serangga, hewan pengerat, burung liar, hewan peliharaan, peralatan, dan banyak faktor lainnya. Untuk mencegah masuknya Salmonella ke dalam peternakan dapat dilakukan dengan membatasi orang yang masuk ke dalam peternakan, memakai pakaian pelindung, dan memakai sepatu bot yang telah didesinfeksi. Selain itu, pekerja harus mengetahui prinsip higienis dasar, seperti menjaga kebersihan tangan dan kaki. Dalam merencanakan pengelolaan seluruh tambak, pembersihan dan desinfeksi harus dilakukan secara teratur. Keberhasilan desinfeksi peternakan ayam perlu diuji dengan pengambilan sampel di lantai, dinding, air minum, tempat makan, dan lingkungan, diharapkan kesadaran masyarakat akan bahaya antimirobial resisten jika pendekatan penggunaan antibiotik digunakan.

Surveilans terintegrasi dengan kolaborasi antara kesehatan manusia, keamanan pangan dan kesehatan hewan serta pendekatan One Health dan strategi kontaminasi termasuk ternak, ritel, katering dan konsumen untuk meminimalkan kontaminasi dan mengurangi penularan Salmonella. Selain itu, pemantauan tingkat resistensi Salmonella secara global sangat penting bagi klinisi untuk mendukung pilihan pengobatan terbaik untuk Salmonellosis, terutama untuk pasien yang menerima terapi antibiotik.

Salmonella sp. selalu menjadi masalah kesehatan masyarakat utama yang terjadi di seluruh dunia. Penyebaran Salmonella sangat luas dan persisten di lingkungan, hal ini meningkatkan kesulitan dalam mengurangi penyebaran Salmonella sp. bahkan bisa menyebabkan kematian pada manusia dan hewan. Selain itu, munculnya resistensi antibiotik pada Salmonella merupakan tantangan utama dalam hal pengobatan infeksi Salmonella yang efektif. Pembatasan penggunaan antibiotik dalam pakan merupakan langkah efektif untuk menghentikan penyebaran resistensi antibiotik pada produksi unggas.

Penulis: Dr. Mustofa Helmi Effendi, drh., DTAPH

Informasi detail dari kajian ini dapat dilihat pada tulisan kami di: http://www.sysrevpharm.org//fulltext/196-1602497689.pdf?1602717324

Wibisono, F.M., Wibisono, F.J., Effendi, M.H., Plumeriastuti, H., Hidayatullah, A.R., Hartadi, E.B., Sofiana, E.D. A Review of Salmonellosis on Poultry Farms: Public Health Importance. Sys Rev Pharm 2020;11(9):481-486

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).