Lilin Aromaterapi Berbahan Minyak Jelantah dari UNAIR Banyuwangi Tembus PIMNAS

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Poster modul pembuatan lilin jelantah. (Foto: Ilustrasi )

UNAIR NEWS Kebanyakan masyarakat, akan membuang minyak jelantah karena dinilai tidak menyehatkan dan tidak dapat lagi dimanfaatkan. Hal tersebut  dapat berdampak buruk bagi lingkungan. Karena seselain bersifat karsinogenik, minyak jelantah juga merupakan kategori limbah B3 yang berbahaya apabila dibuang ke lingkungan. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah inovasi untuk memanfaatkan limbah minyak jelantah sehingga tidak lagi dibuang dan mencemari lingkungan serta memiliki manfaat atau nilai ekonomis.

Menanggapi hal tersebut, Tim Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat (PKM-M) PSDKU Universitas Airlangga di Banyuwangi membuat pelatihan pembuatan LINTAH (Lilin Aromaterapi yang Terbuat dari Minyak Jelantah) untuk masyarakat Desa Pendarungan. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh banyaknya masyarakat pendarungan yang berprofesi sebagai penjual gorengan dan mampu menghasilkan 3 liter minyak jelantah perorang perbulan yang dibuang ke selokan rumah. Selain itu, didesa pendarungan juga memiliki potensi yang belum termanfaatkan untuk mendukung program ini salah satunya BUMDES.

“Pada tahun 2019 BUMDES di desa pendarungan mengalami pergantian pengurus dan masih belum ada program yang dapat dijalankan sehingga tidak ada pemasukan dana, ditambah lagi dengan adanya Pandemi Covid-19 yang menyebabkan BUMDES tidak mendapat anggaran,” ungkap Vinona Alvio selaku ketua tim saat diwawancarai tim UNAIR NEWS Minggu (31/10/2020).

Pembuatan lilin jelantah dinilai cukup mudah dan aplikatif karena alat dan bahan yang digunakan bisa ditemukan dirumah masing-masing. Selain itu, lilin ini juga lebih awet dari lilin pada umumnya. Tahap pembuatanya hanya tinggal melakukan penyaringan terhadap minyak jelantah, penyeduhan dengan bahan tambahan serta pencetakan lilin.

“Selain pembuatanya mudah, bahan yang digunakan juga dapat memakai alternatif yang bisa didaperoleh dari rumah masing-masing,” ungkap mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat tersebut. 

Sebagai contoh, sambung vinona, alternatif pewarna dapat menggunakan krayon bekas yang dimiliki oleh anak2 mereka, untuk aroma esential oil dapat menggunakan minyak telon, minyak kayu putih dan minyak sereh wangi.

Tim PKM-M yang tediri dari 4 mahasiswa tersebut juga terpilih bersama dengan 9 tim dari UNAIR yang lain untuk mengikuti kompetisi ilmiah tahunan antar universitas di seluruh Indonesia yakni PIMNAS (Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional).  Vinona dan tim berharap dapat memberikan yang terbaik bagi UNAIR.

“Di PIMNAS 33 ini kami berharap bisa memberikan yang terbaik, apalagi membawa nama baik UNAIRbukanlah hal yang mudah dan ini pengalaman pertama bagi kami , tentunya ini akan memotivasi kita untuk bekerja lebih keras supaya bisa mempersembahkan medali bagi UNAIR,” pungkas Vinona.

Penulis : Ivan Syahrial Abidin

Editor    : Nuri Hermawan

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).