Persepsi Rasa Manis dan Penyakit Radang Usus

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Alodokter

Rasa memiliki peran penting dalam pemenuhan asupan gizi yang merupakan komponen vital dalam patogenesis dan pengobatan penyakit radang usus atau inflammatory bowel disease (IBD) baik pada ulcerative colitis (UC) dan Chrons diseases (CD). Penderita CD menunjukkan peningkatan konsumsi glukosa, karena terjadi peningkatan produksi sitokin pro-inflamasi seperti TNF-α baik pada darah maupun mukosa usus, yang dapat menyebabkan perubahan nafsu makan, rasa dan fungsi penciuman. Perubahan fungsi rasa dan sensitivitas penciuman yang lebih tinggi dapat diartikan sebagai respons alami terhadap malnutrisi.

Memakan adalah suatu proses yang dilakukan untuk mengatasi rasa lapar, dengan tujuan utama untuk memperoleh nutrisi yang penting untuk kesehatan. Maka dari itu, sistem pencernaan dan rasa memiliki berbagai reseptor yang berperan untuk mengatur fungsi pencernaan termasuk transpor nutrisi dan metabolisme. Salah satu reseptor yang memiliki peran penting di dalam tubuh adalah G protein coupled receptor (GPCR). Reseptor ini dapat mengenali racun dan nutrisi yang berperan sebagai reseptor rasa pada mukosa mulut dan pencernaan, mengatur keseimbangan glukosa, keseimbangan tubuh, dan regenerasi tulang dengan cara membawa informasi melalui sel menuju ke otak. Rasa manis adalah suatu rasa yang muncul akibat rangsangan molekul seperti monosakarida, disakarida, dan polisakarida. Molekul ini memiliki peran dalam menimbulkan persepsi rasa manis melalui persinyalan pada GPCR yang berada pada lidah dan mukosa saluran pencernaan.

Fungsi fisiologis di saluran pencernaan diatur oleh sel enteroendokrin (EEC). EEC berfungsi sebagai pensinyalan pada lapisan transepitel dengan melepaskan mediator seperti kolesistokinin (CCK) yang berasal dari sel duodenum, GLP-1 dan polipeptida YY (PYY) yang berasal dari sel L pada usus. Pada pasien dengan IBD terjadi kondisi peningkatan ekspresi PYY dan GLP-1 pada sel L yang diakibatkan oleh pelepasan mediator keradangan yaitu sitokin pro-inflamasi seperti TNF-alfa dan IL-6. Peningkatan ekspresi GLP-1 akan menyebabkan peningkatan persepsi rasa manis pada mukosa usus. Hal yang sama akan terjadi peningkatan GLP-1 pada lidah karena GLP-1 dapat masuk ke dalam sirkulasi darah dan memiliki peran endokrin dengan cara mengaktifkan GPCR. Oleh karena itu, penderita IBD, terutama CD mengkonsumsi produk makanan yang manis, seperti puding, madu dan selai, coklat, serta kue 40% lebih banyak dibandingkan orang normal. Proses tersebut menjelaskan mengapa pada pasien dengan penyakit radang usus mengalami perubahan persepsi rasa manis dan peningkatan konsumsi makanan manis.

Penulis: Meircurius Dwi Condro Surboyo, drg., M.Kes

Informasi detail dapat dilihat pada tulisan kami di:

Meircurius Dwi Condro Surboyo, Ida Bagus Pramana Putra Manuaba and Jenny Sunariani (2020). SWEET TASTE PERCEPTION CHANGES DUE TO AN INCREASE GLP-1 IN INFLAMMATORY BOWEL DISEASE. Biochemical and Cellular Archives; 20(Supp 1): 3039-3043

http://www.connectjournals.com/toc2.php?abstract=3184300H_3039A.pdf&&bookmark=CJ-033216&&issue_id=Supp-01%20&&yaer=2020

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).