Cara Tepat Atasi Sindroma Mulut Terbakar

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh IDN Times

Kali ini kita akan mengenal mengenai berbagai macam perawatan pada Sindroma Mulut Terbakar atau yang sering disebut Burning Mouth Syndrome (BMS). Seringkali, keluhan mulut terasa terbakar dan kering dialami oleh beberapa pasien sehingga membuatnya berkunjung ke dokter gigi untuk meredakan gejala tersebut. Kondisi ini memiliki penyebab yang cukup kompleks seperti faktor usia, adanya penyakit sistemik dan atau konsumsi obat. Kondisi ini paling sering terjadi pada pasien – pasien usia 50an sampai 70an tahun, dan kecenderungan terjadi pada perempuan lebih tinggi dibandingkan pada pria.

Beberapa pilihan terapi yang sering diberikan pada pasien – pasien dengan BMS dapat berupa Lidokain Gel 2%. Obat ini digunakan sebagai anastesi lokal di kedokteran gigi. Ketika obat ini digunakan distribusi impuls pada saraf perifer akan dihambat, sehingga dapat efektif menghilangkan rasa nyeri pada pasien – pasien dengan nyeri neuropatik. Selanjutnya, Benzydamine Hydrochloride 0,15%. Obat ini termasuk oat anti inflamasi non steroid yang juga bersifat analgesik dan antimikroba. Obat ini dapat meredakan tanda – tanda ketidaknyamanan atau gejala terbakar pada pasien – pasien BMS dengan menurunkan produksi prostaglandin di daerah nyeri.

Tidak hanya itu, ada Aloe Vera Gel 70%. Gel dari tanaman lidah buaya ini memiliki banyak fungsi farmakologisseperi antimikroba, antijamur, antiinflamasi, antioksidan, antitumor dan menstimulasi kekebalan tubuh. Obat ini secara umum telah digunakan secara topikal untuk mengobati beberapa lesi. Obat ini dapat meredakan nyeri dengan cara mengganggu kaskade asam arakidonat. Kemudian ada Clonazepam yang dikenal sebagai obat antikonvulsan atau obat kejang, namun pada dosis rendah oat ini dapat digunakan untuk terapi nyeri orofasial. Secara tidak langsung obat ini dapat menghambat rasa nyeri pada sistem saraf tepi. Clonazepam memiliki waktu paruh yang lebih lama dan efek samping yang lebih sedikit.  Ada juga Gabapentin yang merupakan obat anti konvulsan atau obat anti kejang yang sering digunakan dalam manajemen nyeri neuropatik. Penggunaan obat ini sesuai resep dokter selama 3 minggu dapat menunjukkan efektivitas perbaikan dari gejala BMS.

Kemudian ada Amitriptyline sebagai obat ini merupakan obat antdepresan. Obat ini bekerja dengan mengaktifkan reseptor opioid dan menghambat beberapa produksi nyeri neuropatik secara kompleks. Tidak hanya itu, ada Vitamin B kompleks, terutamavitamin B12 sangat dibutuhkan dalam proses remyelinisasis saraf. Pada pasien dengan BMS diketahui terjadinya kerusakan saraf perifer, sehingga pengobatan vitamin B12 ini sangat membantu proses perbaikan saraf pasien. Terkahir, ada Alpha Lipoic Acid yang diketahui sebagai obat antioksidan yang kuat, sehingga pemberian obat ini memberikan efektivitas yang baik pada penderita BMS. Obat ini dapat menurunkan kerusakan oksidatif yang terjadi pada saraf.

Pengobatan – pengobatan ini merupakan pengobatan yang dapat diberikan pada pasien – pasien dengan Burning Mouth Syndrome (BMS). Pemilihan dan hasil pengobatan ini dapat bervariasi sesuai dengan kondisi masing – masing pasien karena BMS sendiri merupakan kondisi multifaktorial, sehingga dalam perawatannya dapat dilakukan dengan mengkombinasikan perawatan.

Penulis: Saka Winias

Informasi detail mengenai hal ini dapat dilihat pada tulisan kami di :

http://www.connectjournals.com/toc.php?bookmark=CJ-033216&&%20volume=20&&%20issue_id=Supp-01%20&&%20issue_month=July&&year=2020#

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).