Kesiapan Remaja sebagai Peer Educator dalam Upaya Pencegahan Penyalahgunaan NAPZA

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh jektv

Angka peyalahgunaan NAPZA pada remaja semakin meningkat dan membutuhkan upaya inovatif. Sudah saatnya upaya pencegahan penyalahgunaan NAPZA diarahkan pada pemberdayaan remaja sebagai agent of change bagi remaja lainnya. Remaja merupakan kelompok yang unik dan sedang dalam masa pencaran jati diri karena mengalami banyak hal baru terutama dalam lingkungan sosialnya. Hal ini yang mendasari perlunya melibatkan remaja dalam setiap upaya promosi kesehatan bagi remaja untuk membantu mereka menyalurkan bakat dan potensinya kearah yang lebih positif, dimana disaat yang bersamaan memberikan kontribusi yang positif juga bagi remaja lain disekitarnya.

Program Peer educator secara teori mampu untuk merubah perilaku remaja karena menggunakan pendekatan pertemanan. Remaja saat ini sudah jenuh dengan berbagai nasehat yang diberikan oleh orang dewasa disekitarnya. Hal ini yang membuat remaja menjadi enggan untuk terbuka dengan guru dan orang tua. Remaja akan merasa lebih nyaman untuk terbuka pada teman sebayanya terutama yang mereka anggap mampu memberi solusi tanpa judgement. Hal ini yang mendasari hipotesis bahwa peer education program akan effektif merubah perilaku remaja menjadi kearah yang lebih baik. Jadi amat disayangkan jika saat ini program tersebut tidak lagi menjadi program pemerintah di level Sekolah Menengah Atas (SMA). 

Artikel yang berjudulPeer-to-peer education to prevent drug use: A qualitative analysis of the perspectives of student peer educators from Surabaya, Indonesiamembahas bagaimana siswa yang menjadi peer educator (baik saat ini maupun di level pendidikan sebelumnya) menyatakan pendapatnya tentang kesiapan mereka dalam memberikan konseling pada teman sebayanya jika program peer education diaktifkan kembali untuk level SMA.Para siswa dalam penelitian ini merupakan perwakilan dari 10 sekolah negeri maupun swasta di 5 wilayah di Surabaya (utara, timur, barat, selatan, dan tengah). Artikel ini juga mengulas pendapat para guru tentang kesiapan para siswa dan sekolah mereka jika program peer educator ini diaktifkan kembali. Terdapat lima tema yang didapatkan dari hasil wawancara dan Focus Group Discussion (FGD) dengan para siswa dan guru di 10 sekolah SMA di Surabaya. Lima tema tersebut mewakili faktor eksternal dan internal yang menunjukkan kesiapan para siswa dalam melakukan konseling dengan teman sebayanya. Kelima tema tersebut menunjukkan ketrampilan yang dimiliki siswa terkait perannya sebagai peer educator

Informasi dalam artikel ini dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi para stakeholder terkait untuk menghidupkan kembali program peer educator yang diawali dengan pemberian ketrampilan yang belum dimiliki oleh para siswa dan memperkuat kemampuan yang sudah ada. Hal ini diperkuat dengan adanya dukungan para guru disekolah yang menjadi informan dalam penelitian ini yang menyatakan harapan mereka agar peer education program kembali diselenggarakan secara sistematis di semua SMA di Surabaya. Para guru percaya pada kesiapan siswa mereka dan menyatakan bahwa program peer education akan mampu menjadi upaya efektif untuk mencegah penyalahgunaan NAPZA.

Penulis: Ira Nurmala

Informasi detail dari studi artikel ini dapat dilihat pada Jurnal Health Promotion Journal of Australia, 2020. Artikel dapat diakses melalui link berikut: https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1002/hpja.400

Nurmala I, Pertiwi ED, Muthmainnah M, et al. Peer-to-peer education to prevent drug use: A qualitative analysis of the perspectives of student peer educators from Surabaya, Indonesia. Health Promot J Austral. 2020;00:1–6. https://doi.org/10.1002/hpja.400

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).