Diversitas Ektoparasit pada Kepiting Bakau dan Udang Vanamei

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh samudranesia.id

Kepiting bakau dan udang vanamei merupakan komoditas perikanan yang berasal dari kelompok decapoda crustacea. Kedua komoditas perikanan tersebut memiliki nilai jual dan minat konsumsi yang tinggi di masyarakat. Selain itu, potensi ekspor bagi komoditas kepiting bakau dan udang vanamei masih terbuka lebar, sehingga produksi komoditas tersebut terus ditingkatkan baik melalui usaha budidaya maupun penangkapan. Di sisi lain, potensi adanya infestasi parasit pada komoditas perairan juga beragam, baik yang bersifat makroskopis maupun mikroskopis. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, pada kepiting bakau ditemukan lebih banyak ektoparasit dibandingkan dengan udang vanamei pada unit budidaya di sepanjang pantai Gresik, Jawa Timur, Indonesia. Ektoparasit dari kelas arthropoda dan protozoa ditemukan menginfestasi komoditas kepiting bakau dan udang vanamei. Octolasmis sp., Zoothamnium sp., dan Epistylis sp. merupakan ektoparasit yang ditemukan pada kepiting bakau, sedangkan pada udang vanamei hanya ditemukan dua jenis ektoparasit, yaitu Zoothamnium sp. dan Epistylis sp. Octolasmis sp. merupakan ektoparasit dari kelas arthropoda, sedangkan Zoothamnium sp. dan Epistylis sp. merupakan ektoparasit dari kelas protozoa. Ketiga jenis ektoparasit tersebut ditemukan pada insang baik kepiting bakau maupun udang vanamei. Infestasi ektoparasit ditemukan dengan jumlah yang bervariasi pada kepiting bakau jantan dan betina.

Octolasmis ditemukan pada insang dengan morfologi terdapat capitulum yang berbentuk oval meruncing pada bagian dorsal, scutum, tergum dan carina. Bentuk scutum, tergum dan carina digunakan untuk membedakan antar spesies Octolasmis, sehinga dimungkinkan pada satu ekor kepiting bakau terdiri dari berbagai variasi spesies Octolasmis. Secara kasat mata, Octolasmis dapat dilihat dengan mata telanjang seperti bentukan kecambah yang menempel pada insang kepiting maupun pada bagian karapas. Octolasmis memiliki peduncle pada bagian posterior yang berfungsi sebagai alat lekat pada bagian tubuh inangnya. Epistylis ditemukan dengan morfologi seperti lonceng oval dengan adanya tangkai yang bercabang, berbentuk tipis dan panjang. Bentukan seperti lonceng pada Epistylis disebut sebagai zooid, ditemukan dengan diameter 10 μm, dan membentuk koloni. Selain itu, pada Epistylis ditemukan adanya vakuola makanan yang dapat dilihat melalui pengamatan mikroskop dengan kamera lucida. Epistylis juga memiliki bentukan tangkai sebagai alat perlekatan pada tubuh inang. Pengamatan ektoparasit ini dilakukan dengan bantuan mikroskop cahaya karena ektoparasit ini bersifat mikroskopis. Di bawah pengamatan mikroskop, ektoparasit ini ditemukan dengan warna putih transparan, memiliki tangkai dan mampu berkontnraksi, berbentuk seperti cangkir atau kelopak bunga tulip.

Zoothamnium ditemukan dengan bentuk adanya zooid berukuran diameter 42-50 μm berbentuk seperti lonceng dengan peristome yang kecil pada bagian anterior. Zoothamnium memiliki single vakuola kontraktil dengan makronukleus pada bagian bawah peristom. Zoothamnium memiliki bentuk yang hampir sama dengan Epistylis, namun dapat dibedakan dengan ukuran perisome lebih kecil dibandingkan dengan zooidnya. Ektoparasit ini ditemukan menempel pada filamen insang kepiting bakau dan udang vanamei. Pengamatan ektoparasit ini dilakukan dengan bantuan mikroskop cahaya karena ektoparasit ini bersifat mikroskopis. Di bawah pengamatan mikroskop cahaya, ektoparasit ini tampak berwarna putih transparan, berkoloni, dan terdapat tangkai yang melekat pada substrat atau organ inang. Ditemukannya ektoparasit pada insang kepiting dan udang vanamei diduga karena insang merupakan sumber nutrisi yang mendukung optimalnya kehidupan ektoparasit tersebut. Selain itu, lokasi insang yang tertutup operkulum dan karapas merupakan salah satu strategi bagi ektoparasit supaya tidak mudah terlepas dari inang akibat adanya arus di perairan. Selain hal tersebut, pada udang vanamei tidak ditemukan infestasi ektoparasit Octolasmis dikarenakan ukuran ektoparasit ini yang relatif besar. Ditemukannya infestasi ektoparasit pada inang juga menyesuaikan proposional antara ukuran parasit dan inangnya. Sedangkan Epistylis dan Zoothamnium merupakan ektoparasit yang umum ditemukan pada hewan air golongan crustacea.

Infestasi ektoparasit pada kepiting bakau maupun udang vaname pada dasarnya tidak menyebabkan kematian jika masih ditemukan dalam level infestasi ringan ataupun sedang. Namun, adanya pelekatan atau infestasi ektoparasit menyebabkan ketidakseimbangan fisiologis inang, antara lain timbulnya stres. Stres dapat terjadi karena inang merasa terganggu dengan adanya penempelan ‘makhluk asing’ pada tubuhnya. Jika infestasi ektoparasit ini tidak dieliminir, maka akan menyebabkan bertambahnya level infestasi ektoparasit dan stres yang berkepanjangan dapat menyebabkan inang mengalami kematian. Oleh karena itulah, cara terbaik untuk tidak terjadinya infestasi ektoparasit pada kepiting bakau dan atau udang vanamei adalah melalui tindakan pencegahan.

Pertambahan ektoparasit juga seiring dengan bertambah panjangnya ukuran tubuh inang. Semakin besar ukuran tubuh inang, akan semakin banyak tempat tersedia bagi ektoparasit untuk melekat. Berbagai faktor yang dapat mendukung adanya infestasi berbagai ektoparasit pada kepiting bakau maupun udang vanamei antara lain karena faktor kualitas air di media pemeliharaan dan metode budidaya yang diterapkan. Pada metode budidaya tradisional, dimana tidak ada aliran atau pergantian air. Adanya interaksi antara kondisi lingkungan yang buruk dan inang dapat menyebabkan lemahnya sistem imun sehingga meningkatkan potensi terinfestasi oleh parasit. Pada umumnya,  ektoparasit juga dapat tumbuh lebih cepat pada kondisi lingkungan yang buruk. Hal ini disebabkan lingkungan yang buruk merupakan media tersedianya bahan organik yang dimanfaatkan ektoparasit sebagai sumber nutrisinya.

Penulis: Putri Desi Wulan Sari, S.Pi., M.Si


Link terkait tulisan tersebut:

Puspitasari, S.D., P.D.W. Sari dan Kismiyati. 2020. Ectoparasites of mangrove crab (Scylla serrata) and white shrimp (Litopenaeus vannamei) from Gresik, Indonesia. Journal of Veterinary Parasitology, 34(1) : 32-36

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).