Pencabutan Gigi sebagai Ritual Peralihan Siklus Kehidupan Populasi Austronesia

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh guideku.com

Austronesia merupakan salah satu kelompok dengan latar belakang maritim yang kuat dan mendominasi wilayah kepulauan Asia Tenggara. Sejarah persebaran populasi Austronesia melalui kemaritiman juga merupakan sejarah migrasi terpanjang di dunia. Terdapat dua kelompok besar dalam populasi Austronesia yaitu kelompok Lapita dan Micronesia, yang saling bekerjasama melakukan pertukaran barang dan pangan. Kedua kelompok tersebut berhasil mendominasi seluruh wilayah Asia Tenggara hingga kepulauan Pasifik.

Tidak hanya dikenal karena peninggalan maritim-nya, populasi Austronesia juga memiliki peninggalan lain, seperti sistem religi yang khas, gaya hidup berternak, penggunaan alat batu, pembuatan tembikar, hingga perhiasan yang dibuat dari kerang-kerangan. Selain itu, ciri lain dari populasi Austronesia adalah modifikasi tubuh yang berkaitan dengan sistem kepercayaan mereka. Beberapa aktifitas modifikasi tubuh yang dilakukan antara lain seperti, tato, piercing, merubah bentuk kepala, dan juga modifikasi pada gigi. Ritual pencabutan gigi, merupakan salah satu bentuk modifikasi tubuh dalam kepercayaan kelompok Austronesia yang kerap dilakukan. Ritual tersebut dilakukan untuk menandai adanya perubahan dalam siklus hidup mereka, contohnya seperti kematian, perkawinan, memasuki usia dewasa, dan lain sebagainya.

Ritual pencabutan gigi, merupakan salah satu bentuk modifikasi gigi tertua yang identik dengan keanekaragaman bio-kultur di wilayah Asia. Bentuk modifikasi gigi tersebut dimulai sejak masa Neolitik yang awalnya ditemukan di Cina, Jepang, Taiwan, hingga akhirnya tersebar ke seluruh wilayah Asia, termasuk Indonesia. Modifikasi gigi terus berkembang hingga kini di berbagai belahan dunia. Pada perkembangannya, Indonesia memiliki beberapa bentuk modifikasi gigi, seperti pewarnaan pada gigi, perataan permukaan gigi, hingga penambahan bahan alam pada gigi. 

Analisis modifikasi gigi merupakan bagian dari pendekatan bio-kultur, yang digunakan sebagai instrumen utama untuk menelusuri bukti persebaran atau migrasi kelompok Austronesia di Indonesia dan Vanuatu, pada 3500-2000 tahun yang lalu. Hal tersebut dilakukan dengan diidentifikasinya sisa rangka manusia pra-sejarah yang berasal dari beberapa situs pra-sejarah di Indonesia (Pain Haka, Melolo, Lewoleba, dan Liang Bua) dan Vanuatu (Uripiv).

Metode Identifikasi 

Dua metode digunakan dalam penelitian ini, yaitu identifikasi ATML (Antemortem Tooth Loss) atau tanggalnya gigi sebelum kematian. Terjadinya ATML dapat disebabkan oleh penyakit (seperti karies, abses, dan penyakit periodontal lainnya), selain itu dapat juga disebabkan adanya trauma, gangguan erupsi gigi, dan agenesis. Identifikasi dilakukan pada masing-masing soket gigi, di mana ATML yang terjadi adalah akibat dari pencabutan gigi secara sengaja, dan bukan disebabkan oleh penyakit maupun hal lainnya. Perbedaan tersebut dapat diamati melalui jarak (diastema) yang ada di antara soket dan gigi. Setelah itu, dilakukan pencatatan pola modifikasi gigi pada temuan AMTL sesuai sistem FDI (Federation Dentaire Internationale).

Sample sisa rangka manusia yang dipilih hanya rangka yang memiliki gigi permanen (rangka manusia dewasa), sedangkan sisa rangka yang masih memiliki gigi susu (anak-anak) tidak disertakan. Oleh karena itu, identifikasi estimasi usia juga turut dilakukan. Beberapa metode estimasi usia yang diterapkan adalah dengan melihat titik penyatuan epiphysis, titik menutupnya sutura di cranial, identifikasi pubic symphysis dan permukaan auricular. Selain usia, identifikasi jenis kelamin juga turut dilakukan, dengan metode standar yakni pengamatan pada permukaan tengkorak dan dimorfisme seksual pada pelvis. Namun beberapa sisa rangka tidak memiliki bagian yang lengkap, sehingga tidak seluruh sample diketahui jenis kelaminnya.

Salah Satu Bukti Persebaran Austronesia di Indonesia Timur dan Kepulauan Pasifik

Berdasarkan 36 sample sisa rangka manusia pra-sejarah yang diidentifikasi, ditemukan sebanyak 14 pola pencabutan gigi yang terjadi baik di maxilla dan juga mandible. Terdapat dua pola yang paling sering ditemukan, yaitu pencabutan gigi insisivus kedua (I2) dan seluruh kaninus (C), sedangkan untuk sample yang berasal dari Vanuatu menunjukkan modifikasi gigi pada insisivus pertama (I1 dan I1) saja. Kami berpendapat bahwa ritual pencabutan gigi, merupakan jejak peninggalan penting yang dilakukan oleh kelompok Austronesia. Modifikasi pada bagian tubuh merupakan simbol atau identitas dari suatu kelompok, yang juga dapat diartikan sebagai status sosial, dan tanda perubahan dalam siklus kehidupan seseorang. Pola pencabutan semacam itu dijumpai di wilayah Indonesia Timur serta Vanuatu, yang merupakan bagian dari wilayah Kepulauan Pasifik dan Asia Tenggara. Dengan demikian, berdasarkan interpretasi bio-kultur dari dua pola modifikasi gigi yang ditemukan, menjadi bukti adanya jejak migrasi kelompok Austronesia di wilayah Indonesia Timur dan Vanuatu.

Penulis: Toetik Koesbardiati, Delta Bayu Murti, Rizky Sugianto Putri

Informasi detil dari penelitian ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/15564894.2020.1754971?journalCode=uica20

https://doi.org/10.1080/15564894.2020.1754971 _ Kinaston, R. L., Koesbardiati, T., Suriyanto, R. A., Buckley, H. R., Halcrow, S. E., Foster, A., . . . Galipaud, J.-C. (2020, April 8). Ritual Tooth Ablation and the Austronesian Expansion: Evidence from Eastern Indonesia and the Pasific Islands. The Journal of Island and Coastal Archaeology, pp. 1-33.

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).