Meningkatkan Daya Saing Green Campus

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh hijauku.com

Di era globalisasi saat ini, perguruan tinggi dituntut untuk menghasilkan inovasi yang berkualitas dan relevan. Kebutuhan tersebut merupakan konsekuensi dari persaingan global di dunia pendidikan tinggi. Lahirnya inovasi dalam suatu organisasi tidak lepas dari peran manusia di dalamnya. Kualitas manusia dalam organisasi sangat menentukan daya saing organisasi. Inovasi yang lahir dapat mencakup banyak aspek, salah satunya adalah bagaimana mengelola organisasi ramah lingkungan (Green Campus). Peneliti menyatakan bahwa dalam proses melahirkan inovasi-inovasi baru diperlukan Organizational Citizenship Behavior (OCB) yang kuat di setiap anggota organisasi.

Pendidikan tinggi sebagai organisasi memiliki karakteristik yang agak berbeda dengan organisasi lain. Struktur organisasi tradisional pendidikan tinggi menunjukkan kekuasaan dan kewenangan yang berpusat pada departemen atau fakultas. Ciri lain yang menandai penyelenggaraan pendidikan tinggi adalah praktik manajemen yang tidak terstruktur dan kendali yang longgar sebagai anarki yang terorganisir. Dengan karakteristik perguruan tinggi seperti itu, tentunya diperlukan kepemimpinan yang berbeda dengan kepemimpinan di organisasi lain. Green campus dapat diartikan sebagai desain gedung, kebijakan pendidikan, aturan hidup di kampus, dan budaya ramah lingkungan. Penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa pembentukan OCB sangat dipengaruhi oleh Servant. Namun penelitian tentang Servant Leadership dalam pembentukan OCB di perguruan tinggi yang menganut green campus spirit masih sangat jarang ditemukan,

Servant leadership sebagai filosofi altruistik praktis yang mendukung orang-orang yang memilih untuk melayani terlebih dahulu, dan kemudian memimpin sebagai cara untuk memperluas layanan kepada individu dan institusi. Servant leadership mendorong kolaborasi, kepercayaan, pandangan ke depan, mendengarkan, dan penggunaan etis dari kekuasaan dan pemberdayaan, dan salah satu bentuk terbesar dari kepemimpinan karismatik dipengaruhi oleh moral, yang ditunjukkan dengan karakteristik terpentingnya berupa kerendahan hati, kekuatan relasional, kemandirian, perkembangan moral pengikut, dan peniruan terhadap orientasi pelayanan pemimpin.

Organisasi membutuhkan pekerja yang memiliki komitmen organisasi yang tinggi agar organisasi dapat terus bertahan dan meningkatkan pelayanan dan produk yang dihasilkannya. Pekerja yang memiliki komitmen organisasi tinggi adalah pekerja yang lebih stabil dan produktif sehingga pada akhirnya juga lebih menguntungkan bagi organisasi. Perasaan keterikatan pada filosofi dan unit kerja yang cenderung bertahan di unit kerja akan lebih tinggi dibandingkan pekerja yang tidak memiliki rasa keterikatan pada unit kerja. Komitmen organisasi adalah keinginan atau motif yang kuat untuk tetap menjadi anggota organisasi; keinginan untuk menunjukkan upaya tingkat tinggi atas nama organisasi; dan keyakinan yang kuat dalam menerima nilai dan tujuan organisasi. OCB adalah perilaku individu yang bebas, tidak secara langsung atau eksplisit diakui dalam sistem penghargaan dan dalam mempromosikan fungsi organisasi yang efektif. Atau dengan kata lain OCB adalah perilaku karyawan yang melebihi peran yang disyaratkan, yang tidak secara langsung atau eksplisit diakui oleh sistem penghargaan formal. Bebas dalam artian perilaku bukanlah persyaratan yang harus dijalankan dalam peran tertentu atau uraian tugas tertentu, atau perilaku yang merupakan pilihan pribadi. OCB juga sering diartikan sebagai perilaku yang melebihi kewajiban formal (peran ekstra) yang tidak terkait dengan kompensasi langsung. Artinya, seseorang yang memiliki OCB tinggi tidak akan dibayar dalam bentuk uang atau bonus tertentu, namun OCB lebih pada perilaku sosial setiap individu untuk bekerja melebihi apa yang diharapkan, seperti membantu rekan kerja saat istirahat sukarela adalah salah satu contohnya.

Penelitian yang mengambil subjek pada salah satu green campus di Surabaya ini menunjukkan bahwa Perilaku servant leadership antara pimpinan dan bawahan akan mendorong komitmen organisasional karyawan. Kepedulian pimpinan terhadap karyawan selain menjadikan karyawan loyal kepada organisasi, akan membuat karyawan terus berusaha memberikan hasil yang terbaik dari usahanya untuk meningkatkan kesuksesan organisasi. Individu yang memiliki komitmen tinggi mampu menunjukkan perilaku OCB sebagai hasil dari sikap yang ditularkan dalam bentuk perilaku. Dengan komitmen organisasi karyawan yang tinggi dapat memunculkan perilaku OCB karyawan, sehingga karyawan akan menunjukkan perilaku sukarela yang tidak termasuk dalam uraian tugas dan tanpa perintah atasan.

Jika organisasi menginginkan karyawan untuk menunjukkan perilaku peran ekstra yang dapat menjadi keuntungan dan nilai tambah bagi organisasi, maka organisasi harus memberikan dukungan positif kepada karyawan agar persepsi karyawan terhadap servant leadership menjadi tinggi, maka komitmen terhadap organisasi akan dibentuk. akan diikuti oleh OCB.Perilaku servant leadership yang harus benar-benar diperlihatkan adalah bagaimana pemimpin mengedepankan kepentingan karyawan. Hal ini akan membentuk persepsi yang baik dari karyawan terhadap pemimpin, sehingga karyawan akan berkomitmen yang kemudian membentuk OCB. Hal ini jelas menunjukkan bahwa karyawan yang telah lama bekerja di organisasi menunjukkan OCB, sehingga dapat menjadi pembelajaran bagi peran manajerial karyawan.Selain itu, dengan mempertahankan OCB, organisasi dapat terus meningkatkan penanaman nilai yang baik, dan terus membangun budaya organisasi yang sesuai dengan nilai organisasi. Ini bisa dimulai dari teladan pemimpin untuk menunjukkan komitmennya pada nilai yang baik. Dengan demikian karyawan akan selalu melahirkan ide-ide baru.

Penulis:Anis Eliyana

Artikel selengkapnya dapat diunduh pada:

http://jssidoi.org/jssi/papers/papers/view/537

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).