Peluang Bank Umum Syariah dalam Meningkatkan Produktivitas Menghadapi Persaingan dengan Bank Umum Konvensional Indonesia

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh alihamdan

Perkembangan ekonomi keuangan Islam dimulai sejak tahun 1992 dengan berdirinya bank Syariah pertama, yakni Bank Muamalat Indonesia. Saat ini, berdasarkan data statistik perbankan Syariah terbitan Otoritas Jasa Keuangan (2019) per Januari 2019 setidaknya terdapat 14 Bank Umum Syariah, 20 Unit Usaha Syariah, dan 165 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Pada saat ini, kita mengetahui bahwa persaingan antara bank konvensional dan bank Syariah tidak berada pada tingkat yang signifikan, akan tetapi bank Syariah memiliki tempat tersendiri di masyarakat. Oleh karenanya, studi mengenai tingkat produktivitas sektor perbankan Syariah telah menjadi bagian penting didalam literatur perbankan. Dengan adanya peningkatan produktivitas diharapkan juga dapat menjadi sinyal baik dari segi peningkatan kinerja dan kemampuan perbankan mengelola secara efisien sumber daya yang dimiliki, mereduksi harga, dan meningkatkan kualitas pelayanan jasa (Bahrini R, 2015). Menurut Diaz-Chao et al., (2015) produktivitas mengacu pada penggunaan optimal dari sumber daya yang dimiliki perusahaan agar mencapai sasaran yang efektif dan efisien.

Mengutip dari Choudhury, M.A et al., (2015) Indeks Malmquist adalah ukuran unik dari produktivitas dan memungkinkan peneliti untuk menguraikan indeks perubahan produktivitas menjadi komponen-komponen sehingga hasil indeks tersebut akan memunculkan alasan untuk setiap pertumbuhan atau penurunan produktivitas. Malmquist Productivity Index (MPI) adalah metode pengukuran produktivitas berbasis Data Envelopment Analysis (DEA). Caves, Christensen, dan Diewert (CCD) memperkenalkan Malmquist Productivity Index (MPI) pada tahun 1982. Kemudian disusul Fare, Grosskopf, Lindgren, dan Roos pada tahun 1992 serta Fare, Grosskopf, Norris, dan Zhang pada 1994 yang menerapkan Malmquist Productivity Index (MPI) secara empiris. Malmquist Productivity Index merupakan indeks bilateral yang digunakan untuk membandingkan teknologi produksi dua unsur ekonomi (Cooper et al., 1999). MPI berlandaskan pada konsep fungsi produksi (production function) yang mengukur fungsi produksi maksimum dengan batasan input yang sudah ditentukan dan terdiri atas beberapa hasil yaitu: efficiency change,technological change, pure efficiency change, economic scale change dan TFP change.

Raéf Bahrini (2015) meneliti tingkat produktivitas dan determinan dari perbankan Islam sebanyak 33 bank yang beroperasi di 10 negara MENA. Hasil penelitiannya memperlihatkan produktivitas bank Syariah MENA mengalami sedikit pertumbuhan rata-rata selama 2006-2011 dan penurunan produktivitas selama periode krisis keuangan global. Masalah utama bank tersebut karena tidak dapat mengimbangi kemunduran teknis dengan meningkatkan efisiensi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan kinerja produktivitas Bank Umum Syariah dan Bank Umum Konvensional di Indonesia dengan indikator Total Factor Productivity Index (TFPCH). Sampel penelitian sebanyak 14 Bank yang terdiri dari 7 Bank Umum Syariah dan 7 Bank Umum Konvensional dengan rentang periode 2011-2018. Data sekunder diperoleh dari laporan keuangan tahunan masing-masing bank. Penelitian ini memakai metode kuantitatif untuk mengestimasi perubahan total faktor produktivitas (TFPCH) dan komponennya dengan menggunakan Indeks Malmquist, yang diukur dengan DEAP 2.1 (Coelli, 1996). Alexakis et al. (2019) menyatakan bahwa nilai pada Malmquist Productivity Index (MPI) menunjukkan adanya peningkatan pada produktivitas diantara t dan t-1 kecuali jika nilai MPI kurang dari 1 akan menunjukkan hasil sebaliknya atau penurunan produktivitas.

Mengacu pada penelitian Raéf Bahrini (2015) maka pendekatan untuk variabel input dan output  bank pada penelitian ini menggunakan pendekatan intermediasi yaitu pada variabel input yang digunakan terdiri dari Total Aset Tetap (X1), Biaya Tenaga Kerja (X2), dan Dana Pihak Ketiga (X3). Sedangkan untuk variabel output terdiri dari Pembiayaan (Y1), Total Pendapatan Operasional (Y2), dan Investasi Portofolio (Y3). Temuan penelitian didapati bahwa produktivitas Bank Umum Konvensional sedikit lebih unggul dibanding Bank Umum Syariah dengan kontribusi dari Technical / Technological Change (TECHCH) menjadi komponen penyusun TFPCH yang paling berpengaruh terhadap indeks TFPCH. Selama periode penelitian juga ditemukan indikasi Technical increase pada kedua jenis bank. Hasil penelitian ini memberi implikasi  kepada pelaku industri perbankan untuk meningkat efisiensi khususnya dari segi pemanfaatan teknologi dalam mendukung efisiensi pelayananan kepada nasabah. Terdapat perbedaan dengan beberapa penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa produktivitas bank Syariah cenderung mengalami penurunan pada periode penelitian (Alexakis et al., (2019) dan lebih rendah produktivitasnya dibandingkan dengan bank konvensional.

Secara umum, kinerja produktivitas Bank Umum Konvensional sedikit lebih unggul dibandingkan Bank Umum Syariah. Bank Umum Syariah diharapkan terus melakukan perbaikan dalam struktur organisasi, segi manajerial, pelayanan, dan meningkatkan efisiensi dalam proses produksi guna menghadapi persaingan dalam dunia perbankan. Disarankan bagi para praktisi perbankan agar menyediakan alokasi khusus pada bidang teknologi seperti smart kontrak (online kontrak) atau perjanjian perbankan dalam setiap transaksi yang beroperasional secara online. Berdasarkan nilai MPI pada seluruh bank menunjukkan bahwa terdapat peningkatan produktivitas melalui nilai TFPCH disebabkan adanya peningkatan teknologi  (TECH). Hal ini memberikan implikasi bahwa pembuat kebijakan dan manajer perbankan harus terus meningkatkan teknologi agar dapat meningkatkan efisiensi dan keuntungan perusahaan.

Penulis: Marhanum Che Mohd Salleh dan Lina Nugraha Rani

Publikasi ilmiah dari artikel ini dapat dilihat di: https://journal.unesa.ac.id/index.php/jie/article/view/5488

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).