Prof Widi Hidayat Sebut Pembelajaran Vokasi UNAIR akan Berorientasi pada Kemampuan dan Praktik

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

UNAIR NEWS – Menghadapi era Revolusi Industri 4.0 serta adaptasi kebiasaan baru dalam pandemi Covid-19, Fakultas Vokasi (FV) Universitas Airlangga (UNAIR) menggelar webinar pendidikan bagi tenaga pengajarnya. Diselenggarakan secara daring, gelaran pada Kamis (3/9/2020) tersebut menghadirkan Best Practices PENS Surabaya Dr. Ir. Era Purwanto, M.Eng sebagai pembicara utama.

Dekan FV UNAIR Prof. Widi Hidayat, Dr.H., SE., M.Si., Ak dalam sambutannya menuturkan bahwa fakultasnya kini tengah berbenah dan mengubah fokus pengajaran untuk lebih berorientasi pada skill dan praktik. “Dari webinar ini harapannya akan ada transfer ilmu dan perbaikan sistem pembelajaran yang semakin adaptif dan menyesuaikan tren pendidikan praktis seperti yang diharapkan oleh industri,” paparnya.

Sementara itu pada acara inti, Dr. Era mengawali materinya dengan menegaskan nilai strategis pendidikan vokasi. Sejak dibawahi oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi (Dirjen Diksi), pemerintah memang memproyeksikan vokasi sebagai ladang pengembangan sumber daya manusia (SDM) Indonesia. Sehingga, deregulasi, reformasi, dan debirokrasi telah dan akan segera dilakukan untuk tahun-tahun mendatang.

“Kita tengah bersiap. Rencananya kita akan meniru sistem vokasi di Jepang. SMK 5 tahun dengan lulusan berpredikat D3. Sementara di pendidikan tinggi vokasi nanti tinggal menempuh D4 atau vokasi terapan,” ungkapnya.

Best Practices PENS Surabaya Dr. Ir. Era Purwanto, M.Eng saat memberikan pandangannya terkait teaching learning pada Kamis (3/9/2020). (Foto: Intang Arifia)

Maka dari itu, kunci untuk membentuk kualitas pendidikan vokasi sejatinya terletak pada pemahaman akan konsep vokasi itu sendiri. Pendidikan vokasi Indonesia akan semakin diarahkan pada kebutuhan dan jalinan relasional dengan industri. Maka dari itu, vokasi kini harus mulai memangkas setiap sistem birokrasi yang terlalu akademis dan berbelit dan mengubahnya menjadi lebih skill-oriented yang berfokus pada praktik.

“Dalam pengajaran praktikum, harusnya dilakukan guru besar atau dosen-dosen senior dengan pengalaman kerja setidaknya 10 tahun. Untuk aspek teori dan lain-lain baru boleh dosen junior atau asisten dosen. Karena praktik adalah aspek terpenting vokasi yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan inovasi dan penguasaan sains terapan,” kata Dr. Eri.

Selain itu, tenaga pendidik juga memiliki tantangan dalam membangun lulusan yang berkompetensi. Kompetensi tersebut gabungan dari hardskill, softskill, serta karakter yang tentunya tidak dapat ditumbuhkan dengan mudah dan dalam waktu sekejap.

Oleh karenanya, terdapat lima racikan untuk meraihnya. Pertama adalah kolaborasi penyusunan kurikulum yang melibatkan user ataupun industri. Kedua, dosen pengajar tidak hanya dari kampus, akan tetapi juga dosen tamu kalangan praktisi, birokrasi, dan industri. Selanjutnya, mahasiswa harus difasilitasi program praktik dan magang di pemerintahan maupun industri.

Keempat, lulusan harusnya mendapatkan ijazah dari kampus serta sertifikasi dari industri atau asosiasi profesi saat menyelesaikan studinya. Terakhir, adanya pembiayaan bersama di mana industri memberikan beasiswa sementara praktik dan laboratorium difasilitasi oleh pemerintah bersama industri. Sehingga skema tersebut nantinya membuat lulusan vokasi dapat langsung terjun dalam industri dan masyarakat tanpa perlu pelatihan lebih lanjut.

Urgensi reformasi tersebut oleh Dr. Eri disebutkan sebagai efek dari evolusi ketenagakerjaan yang semakin mendekati konsep pasar bebas. Maka dari itu lulusan yang adaptif dan berkompetensi dibutuhkan melalui penyusunan pendidikan vokasi yang sistematis.

Dalam acara yang digelar via Zoom tersebut, turut hadir berbagai pihak akademis dari politeknik, ITN, poltek, maupun tenaga vokasional lain dari banyak daerah di Indonesia.

Penulis: Intang Arifia

Editor: Khefti Al Mawalia

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).