Kebisingan Mesin Praktikum SMK Sebabkan Terjadinya Gangguan Pendengaran

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

Proses pembelajaran siswa di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Jurusan Teknik Mesin tidak hanya dilakukan di dalam kelas. Namun, juga membutuhkan proses pembelajaran berupa praktikum dengan menggunakan peralatan mesin ataupun bahan tertentu. Tentunya, hal ini sesuai mengingat keterampilan pada siswa SMK memang lebih ditonjolkan disbanding siswa SMA. Namun, Mesin atau alat di ruang laboratorium SMK seringkali mengeluarkan suara melebihi nilai ambang yang tercantum pada Peraturan Menteri Tenaga Kerja nomor KEP-51 / MEN / 1999, tentang nilai ambang bising di tempat kerja, yaitu ditetapkan sebesar 85 dB dan durasi paparan kebisingan, paling lama 8 jam.

Keadaan ini membuat Panitia Nasional Tanggap Tuli dan Pendengaran tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh kebisingan terhadap gangguan pendengaran akibat paparan bising mesin yang terus menerus diterima siswa saat melakukan praktikum di laboratorium. Tujuan dari penelitian ini, diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi pengambil kebijakan dalam pencegahan gangguan pendengaran siswa SMK jurusan teknik yang menggunakan mesin secara nasional.

Penelitian ini dilakukan oleh, Dr. Indra Zachreini, dr., THT -KL (K), Prof. Dr. Jenny Bashiruddin, dr., Sp.THT -KL (K), dr. Damayanti Soetjipto, Sp.THT -KL (K), dan Dr. Nyilo Purnami, dr., Sp.THT-KL(K), FICS, FISCM. Setidaknya 638 siswa menjadi subjek yang diteliti. Mereka merupakan siswa SMK dari berbagai jurusan, diantaranya; Fabrikasi logam, Konstruksi kayu, Listrik, Otomotif, Produksi, Rekayasa perangkat lunak, Peralatan berat teknik, Teknik pengelasan, Teknik pemesinan, Teknik sepeda motor, Kendaraan ringan teknis, Teknik pemintalan serat buatan, dan Teknik pertukangan.

Tim peneliti melakukan pemeriksaan sound level meter dan pemeriksaan audiometri. Sound level meter berfungsi untuk menilai nilai paparan kebisingan dari mesin di laboratorium SMK. Lalu, pemeriksaan audiometri berfungsi untuk menilai fungsi pendengaran siswa SMK. Hasil sound level meter ditemukan 71,8 % atau 458 paparan akibat mesin di laboratorium termasuk dalam ambang batas aman. Namun 180 paparan akibat mesin di laboratorium termasuk dalam ambang batas tidak aman. Nilai tersebut sangat besar dan mengingat potensinya dalam merusak sistem pendengaran tentunya perlu dilakukan pencegahan. Hasil dalam batas aman pun juga perlu dilakukan tindakan pencegahan untuk lebih meminimalir kasus gangguan pendengaran pada siswa SMK akibat paparan kebisingan mesin. Menurut studi yang sebelumnya dilakuan oleh Zachreni I dan Putri DB (2015), Tingkat kebisingan pada mesin yang berada diambang batas tidak aman dapat disebabkan oleh hal-hal berikut:

  1. Penggunaan mesin praktikum seperti mesin potong besi, mesin las dan lain-lain secara bersamaan. Hal ini biasa terjadi karena setiap siswa dibagi menjadi beberapa kelompok latihan dengan menggunakan alat atau mesin yang berbeda. Sehingga kondisi ini dapat menyebabkan peningkatan dari kebisingan.
  2. Mesin-mesin yang digunakan untuk praktikum adalah mesin-mesin lama, tidak standar (mesin rakitan), menggunakan bagian-bagian yang tidak sesuai dengan spesifikasi, atau mesin yang kurang perawatan .
  3. Ruang praktikum yang digunakan tidak memenuhi standar, ruangan terlalu kecil atau dalam satu ruangan terdapat mesin yang besar sehingga kebisingan semakin meningkat. Tingkat kebisingan juga meningkat di ruang praktikum dengan ventilasi yang kurang memadai .
  4. Jumlah siswa yang masuk ke ruang praktik terlalu banyak, demikian juga akibat kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin praktikum sehingga siswa sering harus berbicara dengan suara yang keras sehingga dapat menambah kebisingan di dalam ruangan

Padan hasil pemeriksaan audiometri ditemukan bahwa 234 siswa mengalami gangguan pendengaran. Hal ini sesuai dengan dugaaan awal kita bahwa lingkungan yang bising dapat memicu terjadinya gangguan pendengaran. Selain itu, juga ditemukan pada penelitian ini bahwa tingkat kebisingan dan gangguan pendengaran yang dialami siswa SMK tingkat XII Jurusan Teknik Mesin memiliki pengaruh yang signifikan.

Perhatian maupun penanganan terkait masalah ini tentunya diperlukan, agar tidak menjadi masalah besar di masa mendatang. Jangan sampai siswa SMK (terutama Jurusan Teknik Mesin) yang dibekali dengan peralatan dan alokasi waktu yang besar untuk mengembangkan kemampuan mereka malah mengalami gangguan pada sistem pendengaran. Padahal, hal tersebut dapat dicegah dengan penggunaan alat pelindung telinga sebelum masuk ke laboratorium ataupun mengatur durasi lamanya siswa boleh masuk ke laboratorium. Dengan demikian, tujuan SMK untuk menonjolkan kemampuan siswanya tidak harus mengorbankan kesehatan siswa.

Penulis: Dr. Nyilo Purnami, dr., Sp.THT-KL(K), FICS, FISCM

Detail tulisan ini dapat dilihat di:

https://www.scopus.com/record/display.uri?eid=2-s2.0-85086147104&origin=inward&txGid=361d5705185a20f2ae7103e12e92c15c

Zachreini, I., Bashiruddin, J., Soetjipto, D., & Purnami, N. (2020). Noise Impact to Hearing Disorder at Vocational School Students Using Machinery in Indonesia. Annals of Biology, 36(2), 276-280.

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).