Ekstrak Capsaicin sebagai Kandidat Bahan Aktif Herbal terhadap Resistensi Biofilm Bakteri Aerococcus Viridans

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Ulya Days

Aerococcus viridans adalah spesies bakteri berbentuk coccus yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit pada manusia. Bakteri tersebut merupakan bakteri flora normal di dalam rongga mulut yang pertama kali ditemukan pada tahun 1953, namun karena sedikit literatur yang mencatat adanya bakteri tersebut maka manifestasi dan penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri Aerococcus viridans jarang dibahas dan dikupas di dalam literatur dan jurnal ilmiah. Aerococcus viridans memiliki hubungan yang kuat dalam bidang kedokteran gigi, yaitu pada gigi yang berlubang, plaque pada bagian supragingival, dan dapat dengan mudah diisolasi dari sikat gigi yang telah dipakai dan bersentuhan dengan rongga mulut.

Infeksi oleh Aerococcus viridans dirawat oleh obat antibiotika golongan trimethoprim, sulphametoxazole, and penicillin yang saat ini telah terjadi penurunan kemampuan antibiotik. Aerococcus viridans dapat ditemui dalam dua bentuk dasar, yaitu: bentuk planktonik (single cell) dan bentuk biofilm. Obat antibiotika lebih mudah berpenetrasi dan menimbulkan efek pada bakteri dalam bentuk planktonik dibandingkan dengan biofilm.Biofilm adalah matriks ikatan antara satu bakteri dengan bakteri lainnya dan berhubungan erat dengan resistensi bakteri yang diakibatkan oleh di dalam kondisi lingkungan biofilm terdapat nor efflux pump yang dapat mengeluarkan antibiotik dari lingkungan bakteri sehingga meminimalisasi efek antibiotik. Capsaicin adalah bahan aktif herbal yang berasal dari cabai dengan rumus kimia C18H27NO3 yang banyak digunakan dan dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia di dalam kehidupan sehari-hari. Ekstrak Capsaicin yang digunakan pada penelitian ini didapatkan dari Laboratorium Materia Medica di Kota Batu.

Penelitian ini menggunakan metode serial dilution atau metode pengenceran yang dilakukan dengan melakukan pengenceran ekstrak capsaicin setengah kali konsentrasi sebelumnya. Konsentrasi yang digunakan adalah konsentrasi 100%, 50%, 25%, 12,5%, 6,25%, 3,125%, 1,5625%, dan 0,78125% dan disertai dengan kontrol positif dan negatif untuk menentukan efektivitas ekstrak capsaicin. Metode isolasi bakteri Aerococcus viridans dengan menggunakan sikat gigi yang telah dipakai selama 10 hari oleh responden dan dari sampel makanan yang dijual di pinggir jalan. Ekstrak capsaicin memiliki daya hambat terhadap bakteri Aerococcus viridans pada konsentrasi 12,5%, yang berarti bahwa konsentrasi ekstrak capsaisin di atas 12,5% bersifat menghambat pertumbuhan biofilm bakteri Aerococcus viridans dan di bawah 12,5% tidak menimbulkan efek terhadap pertumbuhan biofilm bakteri Aerococcus viridans. Hal tersebut didukung dengan analisis statistik dengan nilai p<0,05 antara kelompok kontrol positif, negatif, konsentrasi 100%, 50%, 25% sampai dengan 0,78125%. Bahan-bahan aktif yang terdapat di dalam Ekstrak Capsaicin adalah fenol, flavonoid, karotenoid, alkaloid, dan vitamin C.

Flavonoid adalah kelompok fenol dengan gugus yang terbesar sehingga mampu menembus lapisan bakteri Aerococcus viridans dengan mudah sehingga terjadi kerusakan pada dinding sel. Fenol merupakan salah satu komponen bahan aktif ekstrak Capsaicin yang bekerja dengan cara merusak aktivitas membran sel bakteri dan merusak protein bakteri sehingga menurunkan permeabilitas membran sel bakteri. Karotenoid berikatan dengan porin yang merupakan protein transmembran yang ditemukan pada bagian membran terluar dinding sel bakteri. Ikatan antara capsaicin dengan porin akan menyebabkan kerusakan pada porin dan menurunkan permeabilitas membran sel bakteri. Alkaloid akan menghambat sintesis membran sel bakteri sehingga sel bakteri menjadi lebih permabel sehingga kandungan komponen sitoplasmik bakteri akan dengan mudah keluar.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka ekstrak capsaicin dapat digunakan sebagai kandidat bahan aktif herbal di dalam merawat resistensi yang ditimbulkan oleh bakteri Aerococcus viridans. Perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam (secara in vivo) karena penelitian yang saat ini dilakukan bersifat penelitian pendahuluan yang dilakukan secara in vitro sehingga tidak dapat diketahui efek ekstrak capsaisin pada model hewan coba yang sebelumnya telah diinduksi dengan bakteri Aerococcus viridans.

Penulis: Prof. Dr. Jenny Sunariani, drg., MS., AIFM., PBO

Informasi lebih detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di: http://medicopublication.com/index.php/ijfmt

Fery Setiawan, Jenny Sunariani, Ahmad Yudianto, Latief Mooduto, Eta Radhianto [2020] CAPSAICIN’S INHIBITION EFFECTS ON BIOFILM AEROCOCCUS VIRIDANS. Journal of Forensic Medicine and Toxicology Forensic (IJFMT) Vol. 14 No. 3, pp: 1906-1912

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).