Pengaruh Board Gender, Board Activity, Political Connection dan Military Experience Terhadap Reputasi Perusahaan

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh news okezone

Penelitian ini mengembangkan penelitian Brammer et al. (2009); Bravo et al. (2015); Kaur dan Singh (2017) dengan memasukkan variabel political connection sebagai variabel independen yang akan diteliti. Hal ini dikarenakan dalam beberapa penelitian ada yang memasukkan unsur atau aspek koneksi politik (political connection) yang dapat berpengaruh terhadap GCG maupun nilai perusahaan. Karena terdapat keterkaitan antara nilai perusahaan dan reputasi perusahaan, maka penelitian ini mencoba menghubungkan antara koneksi politik terhadap reputasi perusahaan. Berdasarkan penelitian sebelumnya, ditemukan bahwa perusahaan yang memiliki hubungan politik dengan partai penguasa cenderung memiliki nilai perusahaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang tidak memiliki koneksi politik. Sehingga dengan adanya pengaruh positif terhadap nilai perusahaan diharapkan pada penelitian ini koneksi politik juga dapat memberikan dampak positif terhadap reputasi perusahaan. Namun untuk memastikan keterkaitan hubungan tersebut, maka penelitian ini akan melakukan kajian atau studi secara empirisnya.

Kedua, penelitian ini tidak hanya melakukan pengembangan penelitian dengan memasukkan variabel political connection namun juga memasukkan variabel military experience yang ada pada anggota dewan perusahaan karena apabila melihat struktur pemerintahan di Indonesia, seseorang dengan latar belakang militer memiliki jabatan-jabatan yang strategis di dalam pemerintahan. Dengan melihat pentingnya peran militer yang dapat menduduki jabatan-jabatan strategis dalam pemerintahan diharapkan bahwa militer juga memiliki dampak terhadap reputasi perusahaan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui lebih lanjut mengenai peran dari board gender dalam penelitian ini, yaitu direktur utama wanita dan dewan komisaris wanita, frekuensi board meeting, political connection, dan military experience yang ada pada dewan komisaris dan direksi terhadap reputasi perusahaan sebagai aset tak berwujud yang dapat mempengaruhi keputusan investor. Penelitian ini menggunakan Resource dependence theory. Resource dependence theory atau teori ketergantungan terhadap sumber daya adalah teori yang membahas mengenai bagaimana sumber daya eksternal dapat mempengaruhi perilaku organisasi. Teori ini memiliki pendapat bahwa agar organisasi dapat bertahan, organisasi tersebut harus memperoleh sumber daya (resources). Dalam hal ini organisasi menurut Pfeffer dan Salancik (1978) bergantung secara eksternal terhadap sumber daya sehingga untuk mengatur hubungan saling ketergantungan ini organisasi dapat melakukan hubungan inter-organisasional.

Populasi dalam penelitian ini yaitu perusahaan-perusahaan go public yang termasuk dalam daftar peringkat Indonesia’s Top 100 Most Valuable Brand tahun 2014, 2015 dan 2016 yang diterbitkan oleh Majalah SWA. Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut diperoleh total sampel sebanyak 223 firm-year observations. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan board gender yang diproyeksikan pada variabel direktur utama wanita dan variabel dewan komisaris wanita tidak berpengaruh signifikan terhadap reputasi perusahaan, variabel political connection berpengaruh positif terhadap reputasi perusahaan, variabel military experience berpengaruh negatif terhadap reputasi perusahaan, dan board activity yang diproyeksikan pada variabel board meeting berpengaruh positif terhadap reputasi perusahaan.

Adapun keterbatasan dan saran berdasarkan hasil dan analisis penelitian yang telah dibahas sebelumnya adalah: Pertama, perusahaan dapat meningkatkan reputasi perusahaannya dengan cara meningkatkan frekuensi rapat dewan dan merekrut politisi sebagai dewan ke dalam perusahaannya. Namun, peningkatan atas jumlah rapat dewan juga harus disertai dengan kualitas dari rapat itu sendiri, seperti mengadakan rapat tidak lama ketika permasalahan muncul di perusahaan sehingga dampak dari peningkatan frekuensi rapat ini dapat langsung dirasakan oleh perusahaan itu sendiri, misalnya permasalahan-permasalahan didalam perusahaan dapat terselesaikan dengan lebih cepat. Kedua, masih belum banyak ditemukannya penelitian-penelitian yang membahas mengenai reputasi perusahaan itu sendiri. Hal ini menyebabkan terbatasnya penelitian terdahulu yang dapat menopang secara kuat hasil penelitian ini meskipun sudah didasari dengan teori-teori yang ada. Hal ini menyebabkan pada penelitian ini hasil analisis beberapa variabel hanya menggunakan logika teori yang ada pada penelitian-penelitian yang berkaitan erat dengan reputasi perusahaan. Selain itu, pada beberapa negara lain juga sudah ada lembaga tersendiri untuk menghitung dan melakukan pemeringkatan atas reputasi perusahaan di negara mereka namun, di Indonesia sendiri masih belum ditemukan adanya lembaga seperti itu. Sehingga fenomena-fenomena diatas mengindikasikan bahwa kesadaran masyarakat mengenai pentingnya reputasi perusahaan masih kurang.

Penulis: Zaenal Fanani dan Linda Suci Alfiyanti

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di: http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jrak/article/view/12314/8168

Zaenal Fanani dan Linda Suci Alfiyanti. (2020). Effect of Board Gender, Political Connection, Military Experience, and Board Activity Toward Company Reputation. Jurnal Reviu Akuntansi dan Keuangan. vol 10 no 2, p. 271-284. DOI: https://doi.org/10.22219/jrak.v10i2.12314

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).