Pemberian Ekstrak Buah Okra Terhadap Ekspresi Sel Fibroblas Setelah Pencabutan Gigi

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Halodoc

Buah okra merupakan buah yang banyak terdapat di Indonesia dan digunakan oleh sebagian besar masyarakat sebagai sayuran dalam makanan sehari-hari. Ekstrak buah okra dapat digunakan sebagai pengobatan alternatif karena memiliki berbagai khasiat obat, seperti antidiabetik, antioksidan, antiplasmodial, antibakteri, antikanker, analgesik, antidiare, dan anti inflamasi. Bahan aktif yang terkandung Ekstrak buah okra antara lain saponin, tanin, flavonoid, dan alkaloid, sedangkan kandungan antioksidan dalam buah okra adalah quercetin, yang dapat melindungi tubuh dari jenis penyakit degeneratif tertentu. Saponin berfungsi sebagai antibakteri dan dapat merangsang angiogenesis. Flavonoid juga dapat memodulasi pada sel darah putih yang dapat menyebabkan dapat mempercepat proses penyembuhan luka. Berdasarkan uraian di atas khasiat bahan alami seperti okra, sudah ada banyak penelitian dari akademisi yang mengeksplorasi berbagai strategi baru untuk mempercepat penyembuhan luka, termasuk penggunaan tumbuhan dan produk alami. Dalam penelitian ini kami ingin menganalisis aktivitas penyembuhan luka ekstrak buah okra pada tikus Wistar setelah dilakukan pencabutan gigi.

Tikus wistar yang diperoleh dari Laboratorium Biokimia Unit Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, dengan ciri- ciri tikus wistar jantan umur 2-3 bulan dengan berat 100-150 gram, sedangkan tikus wistar yang tidak menunjukkan gerakan aktif, mengalami penurunan nafsu makan dan diare dikeluarkan dari sampel yang akan di uji. kelompok perlakuan diberi 0,1 mL ekstrak buah okra 30% dalam gel pada soket pencabutan gigi, sedangkan kelompok kontrol diberi gel yang tidak mengandung buah okra. Buah okra dilakukan diekstraksi menggunakan methanol 70% dimateria medica Batu- Malang kemudian dibuat  bentuk gel untuk aplikasi pada lubang bekas pencabutan gigi tikus wistar pasca ekstraksi. 

Setelah dilakukan penyesuaian selama 7 hari, 18 ekor tikus Wistar dibagi menjadi 2 kelompok (kontrol dan perlakuan). Tikus wistar pada masing-masing kelompok dianestesi dengan injeksi peritoneal menggunakan kombinasi ketamin 0,1 mL per ekor. Setelah 1-1,5 jam setelah penyuntikan, kami mengekstraksi gigi seri kiri rahang bawah menggunakan pisau bedah dan penahan jarum, memastikan tidak ada gigi yang tersisa di soket gigi. Soket gigi kemudian diirigasi menggunakan larutan garam. Pada kelompok kontrol setelah ekstraksi soket gigi diberi 0,1 mL CMC Na 3% gel, sedangkan pada kelompok perlakuan setelah ekstraksi tikus Wistar langsung diberi ekstrak buah okra 0,1 mL. satu soket gigi ketiga apikal. Sampel yang diperoleh dari soket gigi tikus Wistar setelah ekstraksi pada hari ke 3, 5 dan 7 dianalisis secara histologis untuk ekspresi sel fibroblas setelah difiksasi dalam formalin 10% pada suhu kamar minimal 24 jam. Setelah fiksasi, dilakukan dehidrasi dalam etanol, dibersihkan dengan xylene, dan dilakukan dalam blok parafin dengan ketebalan 6 mm. Kemudian dilakukan deparafinasi dengan xylene, diwarnai dengan hematoksilin dan eosin (HE) dan kemudian ekspresi sel fibroblas dianalisis di bawah mikroskop dengan perbesaran 400 X.

Pada pemeriksaan histologis hasil yang diperoleh, secara umum didapatkan rerata jumlah sel fibroblas pada kelompok perlakuan yang diberi gel ekstrak buah okra 30% setelah pencabutan gigi meningkat pada hari ke 3, 5 dan 7 dibandingkan dengan kelompok kontrol. . Berdasarkan uji statistik, terdapat perbedaan yang bermakna pada kelompok perlakuan hari ke-3 dibandingkan hari ke-5 dan hari ke-7, sedangkan pada hari ke-5 dibandingkan dengan hari ke-7 tidak terdapat perbedaan yang bermakna. Sedangkan uji statistik antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan pada hari yang sama selalu menunjukkan perbedaan yang bermakna. Dalam penelitian ini, kami mengamati peningkatan sel fibroblast, karena salah satu peran flavonoid yang terkandung dalam okra adalah untuk mengurangi pelepasan prostaglandin dan media proinflamasi dengan cara menghambat enzim siklooksigenase,  selain itu flavonoid juga dapat mengurangi stres oksidatif dengan mengatur aktivitas jalur sinyal, sehingga peningkatan sitokin proinflamator dapat dikurangi. Penurunan tersebut menyebabkan aktivitas Inducible Nitric Oxide Synthase (iNOS) ditekan sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan luka. Penelitian sebelumnya oleh Pang et al. menemukan bahwa flavonoid dosis rendah saja mampu merangsang ekspresi faktor pertumbuhan TGF-β yang mampu meningkatkan kadar TGF-β hingga hari ke-7 dan dalam proses penyembuhan luka yang merupakan daya tarik dari sel fibroblast ke daerah luka. Dari hal itu dapat disimpulkan bahwa pemberian gel ekstrak buah okra 30% pada soket gigi setelah pencabutan dapat meningkatkan proliferasi sel fibroblas.

Penulis: Dr. Muhammad luthfi, drg., M.Kes 

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di: 

https://doi.org/10.4081/idr.2020.8726

Muhammad Luthfi, Wisnu Setyari Juliastuti, Yuniar Aliyah Risky, Elvina Hasna Wijayanti,
Aisyah Ekasari Rachmawati, Nidya Pramesti Olifia Asyhari.  Expression of fibroblast cells after extraction of wistar rat teeth after topical. Infectious Disease Reports 2020; volume 12(s1):8726 

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).