Pemberdayaan Perempuan dan Kontributor Inisiasi Menyusui Dini

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh KP3A

Meskipun secara global angka kematian bayi baru lahir (AKB) telah menurun ke angka 18 per 1.000 kelahiran hidup dan diproyeksikan akan terus membaik ke angka 12 per 1.000 kelahiran hidup, Inisiasi menyusui dini (IMD)tetap dianggap sebagai upaya percepatan penurunan angka kematian bayi baru lahir. Secara definitif, IMD dimaknai sebagai upaya pemberian Air Susu Ibu (ASI) dalam periode 1 jam pertama kelahiran. IMD diketahui mampu menurunkan kemungkinan AKB tiga kali lipat dibandingkan dengan bayi baru lahir yang tidak mendapatkan IMD. Meski telah mendapat perhatian, kenyataannya IMD tidak selalu dipraktikkan dengan baik. Secara global, IMD hanya dipraktikkan kepada sekitar 42% bayi baru lahir. Sementara di negara-negara berkembang, termasuk di antaranya negara kawasan Asia, IMD hanya diimplementasikan kepada sekitar 37% bayi baru lahir. 

Angka ini dipercaya turut dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya sikap ibu terhadap IMD, budaya lokal, partisipasi perempuan dalam pengambilan keputusan di rumah tangga, dan demografi lokal. Angka implementasi IMD bahkan jauh lebih rendah lagi di negara dengan tingkat pendidikan dan pemberdayaan perempuan yang lebih rendah. Pemberdayaan perempuan dipengaruhi kondisi yang multifactorial, kompleks dan memiliki makna yang berbeda-beda. Namun secara mudahnya, perempuan yang berdaya dimaknai sebagai mereka yang menguasai dirinya, hak untuk menentukan pilihan dalam hidup, hak terhadap akses kepada peluang dan sumber daya pendukung dalam kehidupannya. Sementara upaya pemberdayaan perempuan yang kami angkat dibatasi pada upaya untuk meningkatkan otonomi kepada kaum perempuan untuk berkontribusi terhadap kesetaraan gender dan partisipasi perempuan dalam pengambilan keputusan untuk berpartisipasi dalam promosi kesehatan.

Studi terdahulu yang dilakukan di 31 negara berkembang menunjukkan bahwa upaya pemberdayaan dimaksud terbukti meningkatkan partisipasi perempuan untuk hadir di fasilitas kesehatan, mendapatkan pelayanan kehamilan (antenatal care) dengan baik, melahirkan dengan aman, dan turut berpartisipasi aktif dalam program keluarga berencana. Namun, kami tertarik untuk menelisik lebih jauh tentang upaya apa saja yang telah dilakukan secara saintifik untuk memberdayakan perempuan dan apa saja kontributor terhadap upaya dimaksud, khususnya dalam upaya peningkatan IMD. Karenanya, kami meneliti topik tersebut melalui penelitian sekunder menggunakan teknik scoping review untuk mengidentifikasi keberadaan literatur saintifik yang dapat memberikan informasi terhadap pertanyaan yang kami kembangkan. Kami mengkaji literatur akademik yang dipublikasikan dalam kurun 20 tahun terakhir, menggunakan langkah kerja yang diinisiasi oleh Arksey & O’Malley (2005). Pada akhirnya, kami mengekstraksi informasi dari 28 artikel yang tersaring dari 1.381 judul yang tersebar di lima database utama kesehatan (Web of Science, CINAHL, ProQuest, Scopus, dan MedLine). 

Hasil investigasi kami menghasilkan temuan upaya-upaya yang dilakukan untuk memberdayakan perempuan dan kontributor penentu IMD. Secara umum, pendidikan kepada ibu dilaporkan sebagai upaya utama untuk memberdayakan ibu untuk meningkatkan partisipasinya terhadap pengambilan keputusan untuk mempraktikkan IMD. Upaya pendidikan dimaksud dilaporkan sebagai pendekatan efektif yang dapat dilakukan melalui dua pendekatan, semasa kehamilan dan sesaat dalam persalinan (in-partu). Upaya pendidikan dalam masa kehamilan dapat diberikan langsung oleh tenaga kesehatan ataupun didelegasikan kepada kelompok sebaya (peer), anggota keluarga, orangtua ibu (nenek), suami ataupun pekerja sosial dan kader yang terlatih.

Penelusuran kami lebih jauh, upaya pendidikan yang dilakukan dihadapkan pada beberapa penghambat IMD. Salah satunya adalah latar pendidikan ibu yang rendah yang menyebabkan rendahnya partisipasi terhadap IMD dan kesadaran terhadap kebutuhan ASI bayi yang dilahirkan. Kedua, persepi ibu terhadap jenis kelamin bayi dan ukuran bayi baru lahir yang turut dipengaruhi budaya lokal. Seperti halnya di Asia tengah, bayi yang kecil, dan anggapan kolostrum sebagai air dan kotor menyebabkan rendahnya partisipasi terhadap IMD. Kedua, Ibu yang bekerja dan hidup di keluarga yang berkecukupan turut mempengaruhi partisipasinya dalam IMD. Hal ini turut disebabkan oleh batas durasi cuti melahirkan, akses terhadap pendidikan kesehatan, dan pilihan melahirkan secara operasi Caesar. Ketiga, status sosial dan ekonomi, yang menjadi kontributor ibu terhadap pendidikan dan pendapatan. Kontributor ini tidak dapat diabaikan, khususnya di konteks yang menganut sistem sosial berjenjang (kasta). Keempat, ketersediaan pelayanan kesehatan dan tenaga pembantu persalinan yang berkualitas. Meskipun melahirkan di rumah sakit, tidak serta merta meningkatkan IMD, utamanya pada kasus di mana bayi baru lahir yang membutuhkan pertolongan medis karena kegawatan dan komplikasi. Kelima, kondisi ibu pasca salin dan bayi baru lahir yang tidak memungkinkan untuk menyusui. Hal ini seperti pada kondisi post-sectio caesaria, ASI tidak keluar, radang pada puting susu, dan kegagalan menyusui pada bayi seperti cleft-lip and palate, dan bayi malas menyusu.

Meskipun penelitian jenis scoping review ini tidak memberikan informasi yang baru, tetapi kekuatannya terletak pada kemampuannya mensintesis ekstraksi penelitian dalam skala besar yang mencakup penelitian-penelitian yang berasal dari negara yang paling maju sampai ke negara paling miskin. Karenanya, hasil penelitian jenis ini dapat memberikan arahan yang valid dan teruji terhadap penelitian baru maupun informasi untuk perancangan kebijakan dan peningkatan praktik di tatanan kesehatan

Penulis: Setho Hadisuyatmana

Informasi lebih lengkap tentang riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:  https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0882596320305601

Hadisuyatmana, S., Has, E. M. M., Sebayang, S. K., Efendi, F., Astutik, E., Kuswanto, H., & Arizona, I. K. L. T. (2020). Women’s empowerment and determinants of early initiation of breastfeeding: A scoping review. Journal of Pediatric Nursing.

Berita Terkait

Achmad Chasina Aula

Achmad Chasina Aula

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi