“Servisitis Gonore” Penyakit Infeksi Menular Seksual pada Wanita

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Alodokter

Gonore merupakan istilah umum untuk menunjukkan serangkaian kondisi klinis yang melibatkan infeksi oleh bakteri patogenNeisseria gonorrhoeaeyang didapat melalui hubungan seksual. Servisitis menunjukkan organ tubuh yang mengalami infeksi yaitu serviks atau leher rahim yang ada pada wanita. Infeksi yang terjadi pada permukaan selaput lendir leher rahim tersebut, menyebabkan kondisi keradangan yang seringkali tidak disadari/dirasakan oleh penderita, apabila bergejala akan menghasilkan duh tubuh atau cairan kental kekuningan yang tampak pada kemaluan. Sekitar 85% wanita yang mengalami penyakit ini dinyatakan tidak mengeluhkan gejala, sehingga mereka kemungkinan besar tidak akan periksa dan tidak akan mendapat pengobatan. Penyakit ini bila tidak segera ditangani dengan baik, akan menimbulkan akibat yang fatal kedepannya, diantaranya yaitu kemandulan, kehamilan di luar rahim, dan penyakit radang panggul, walaupun sebelumnya tidak dirasakan ada gejala.

Kasus servisitis cukup sering ditemukan dengan angka kejadian sekitar 30 – 45% dari keseluruhan penderita yang berobat pada klinik infeksi menular seksual, dan pada umumnya disebabkan oleh bakteri patogen yang ditularkan melalui hubungan seksual, yaitu terutama bakteri Neisseria gonorrhoeae dan/atau Chlamydia trachomatis. Data dari “Survei Terpadu Biologis dan Perilaku (STPB)” yang diterbitkan oleh Kementrian Kesehatan republik Indonesia tahun 2013 melaporkan bahwa kasus infeksi yang disebabkan oleh kedua jenis bakteri tersebut sebesar 32% di antara populasi wanita pekerja seks, sehingga para pria yang berhubungan dengan mereka akan berisiko tertular serta menularkan kepada istrinya.

Seorang wanita ibu rumah tangga usia 24 tahun, datang dengan keluhan keluar cairan berlebih dari kemaluan sejak 4 hari. Cairan tersebut tidak berbau, kental, dan berwarna kekuningan.Ibu ini sebenarnya tidak menyadari adanya keluhan tersebut. Keluhan lain seperti rasa gatal, demam, nyeri panggul dan perut, serta nyeri saat buang air kecil juga tidak didapatkan. Dia mendapatkan pemeriksaan di poli kulit dan kelamin karena saat itu sedang menemani suami yang periksa karena keluhan kencing nanah dan didiagnosis uretritis gonore. Suaminya memiliki riwayat berhubungan seksual dengan wanita pekerja seks 8 hari sebelumnya.

Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya cairan kental kekuningan pada kemaluan pasien, baik pada bagian luar maupun bagian dalam pada leher rahim. Pemeriksaan dengan cara goresan dengan alat semacam cutton budpada leher rahim tidak menunjukkan adanya perdarahan. Pemeriksaan dengan mikroskop yang dilakukan terhadap spesimen yang didapatkan dari swab pada leher rahim menemukan adanya kuman gonore berupa bentukan seperti biji kopi disertai dengan jumlah sel darah putih yang sangat banyak yang menunjukkan adanya suatu infeksi pada area yang diperiksa tersebut. Pemeriksaan biakan juga menunjukkan pertumbuhan kuman gonore. Pemeriksaan lain yang dilakukan seperti pemeriksaan pH, tes bau, dan tes PCR untuk mencari kemungkinan penyebab lainnya hasilnya negatif.

Pasien akhirnya didiagnosis dengan servisitis gonore, berdasarkan hasil temuan pemeriksaan tersebut. Pasien hanya diobati dengan obat antibiotik cefiksim 400 mg yang diminum sekali saja dan dievaluasi setelah 1 minggu. Pemeriksaan setelah 1 minggu kemudian menunjukkan masih adanya gejala keluar cairan dari kemaluan berlebihan walaupun sudah berkurang dan tidak berwarna kekuningan, tetapi berwarna bening. Pemeriksaan mikroskop sudah tidak menemukan bakteri gonore, tetapi masih ada banyak sel darah putih, sehingga pasien didiagnosis dengan servisitis non gonore dan non klamidia, karena gonorenya sudah sembuh dan pada pemeriksaan PCR sebelumnya tidak ditemukan bakteri klamidia. Pengobatan yang diberikan yaitu antibiotik doksisiklin 100 mg yang dikonsumsi 2 kali sehari selama 7 hari. Evaluasi berikutnya menunjukkan hasil yang baik, tidak didapatkan keluhan dan gejala lagi dan pemeriksaan fisik maupun laboratorium dalam batas normal.    

Kasus ini menunjukkan bahwa pemeriksaan terhadap pasangan dari pasien yang menderita uretritis gonore adalah suatu keharusan, walaupun pasangan tersebut tidak menyadari adanya keluhan maupun gejala apapun. Pemeriksaan penunjang juga harus dilakukan tidak hanya terkait dengan gonore tetapi juga terhadap kemungkinan patogen penyebab lainnya. Pengobatan empiris dengan dua jenis antibiotik seperti dengan cefiksim dan doksisiklin ataupun alternatif keduanya, sangat penting untuk selalu diaplikasikan pada kasus servisitis untuk mencegah kemungkinan terjadinya komplikasi.

Penulis: dr. Diah Mira Indramaya, Sp.KK(K)

Informasi detail dariartikelinidapatdilihat pada tulisan kami di: https://e-journal.unair.ac.id/BIKK/article/view/12429

A Case Report of Cervicitis Gonorrhea Diah Mira Indramaya, Zahruddin Ahmad, SeptianaWidyantari
Department of Dermatology and Venereology, Faculty of Medicine, UniversitasAirlangga/Dr.Soetomo General Academic Teaching Hospital, Surabaya, Indonesia

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).