Ekstrak Teh Hijau untuk Membantu Penyembuhan Borok pada Telapak Kaki Pasien Kusta

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh sains.kompas.com

Morbus Hansen atau lepra atau kusta adalah salah satu penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae. Bakteri ini menyerang saraf tepi sehingga mengakibatkan kerusakan saraf tepi yang berupa gangguan sensitivitas, motoris, dan otonom pada saraf tepi yang terinfeksi. Oleh karena kerusakan ini dapat menyebabkan kerusakan lebih besar lagi yang diakibatkan oleh trauma, tekanan, dan infeksi lain sehingga menyebabkan kehilangan jaringan. Kehilangan jaringan ini disebut ulkus neuropatik (borok) karena terjadi neuropati atau mati rasa pada bagian yang terserang bakteri ini. Ulkus (borok) neuropatik pada pasien kusta termasuk kecacatan tingkat 2 menurut World Health Organization (WHO). Borok ini biasanya mengenai bagian kaki (plantar) karena kaki memperoleh tekanan yang besar untuk menahan bobot tubuh selain itu akan diperburuk dengan adanya gangguan neuropati yang membuat pasien tidak mengistirahatkan area tersebut atau mengubah posisi. Peningkatan kejadian borok pada telapak kaki pasien kusta dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan.

Terapi konvensional yang diberikan untuk pasien borok pada telapak kaki pasien kusta yaitu debridement, dressing (kompres NaCl 0,9%, framycetin gauze dressing, sodium facidate 2% oilment), dan antibiotic namun hasil pengobatan selama ini masih kurang memuaskan dan keluhan borok tidak sembuh.

Salah satu faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka adalah usia. Semakin tua usia seseorang maka akan semakin besar terjadi gangguan penyembuhan luka. Hal ini disebabkan karena pada usia tua terjadi peningkatan agregasi platelet, peningkatan sekresi mediator inflmasi, infiltrasi makrog dan limfosit yang terlambat, gangguan fungsi makrofag, penurunan sekresi faktor pertumbuhan yang dibutuhan untuk penyembuhan luka, re-epitelisasi yang terlambat, angiogenesis dan deposisi kolagen yang terlambat, penurunan kekuatan luka, kadar anti-oksidan yang rendah, serta terjadi peningkatan kadar reactive oxygen species yang dapat menghambat proses penyembuhan luka.

Epigallocatechin gallate (EGCG) yang berasal dari ekstrak teh hijau mungkin dapat membantu proses penyembuhan borok pada telapak kaki pasien kusta. Bahan ini mengandung antioksidan yang lebih kuat dibanding vitamin C, memiliki efek anti-inflamasi, anti-mikroba, dan sebagai imunomodulator sehingga EGCG dapat membantu re-epithelialization atau epitelisasi ulang untuk mempercepat proses penyembuhan luka. Epigallocatechin gallate juga terbukti dapat membantu menurunkan ROS dengan menghambat enzim untuk pembentukan ROS dan menghambat produksi nitric oxide, yang merupakan salah satu oksidan,melalui interaksi nitric oxide synthase (NOS). Epigallocatechin gallate juga dapat mengaktifkan SOD yang merupakan enzim detoksifikasi radikal bebas sehingga secara keseluruhan EGCG dapat membantu proses penyembuhan luka. Efek ini telah terbukti pada penelitian di tikus yaitu untuk mengurangi pertumbuhan beberapa bakteri dan meningkatkan proses penyembuhan luka pada kulit tikus.

Penelitian yang dilakukan pada pasien borok pada telapak kaki pasien kusta di divisi Morbus Hansen Unit Rawat Jalan (URJ) Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr.Soetomo untuk menguji keuntungan penggunaan topikal ECGC memberikan hasil yang memuaskan. Subjek penelitian yang dipilih yaitu usia dewasa (di atas 21 tahun), lama ulkus >6 minggu, luas ulkus maksimal 9 cm2, kedalaman ulkus ≤0,5 cm, keadaan umum penderita baik, dan bersedia untuk menandatanganisurat persetujuan mengikuti penelitian. Didapatkan 22 subjek penelitian yang memenuhi kriteria untuk penelitian ini. Kemudian dilakukan debridement (pembersihan luka dan membuang jaringan mati), pengukuran kedalaman dan luas ulkus, diberikan EGCG 1% topikal dan ditutup dengan dressing film transparan. Borok dibuka setiap 3 hari sekali untuk diberi perawatan dan diberikan EGCG oleh tim peneliti. Setiap satu minggu dilakukan evaluasi luas dan kedalaman ulkus serta efek samping dan komplikasi yang terjadi. Pemberian EGCG ini dilakukan selama 2 bulan dan dapat dihentikan apabila ulkus pasien sudah sembuh sebelum 2 bulan.

Ulkus dikatakan sembuh apabila ulkus menutup, membaik apabila ukuran luas dan dalam ulkus berkurang dari awal hingga akhir, tetap apabila ukuran luas dan dalam ulkus tidak berubah dari awal hingga akhir, dan memburuk apabila ukuran luas dan dalam ulkus bertambah dari awal hingga akhir. Hasil dari penelitian ini yaitu 14 ulkus pasien sembuh, 7 ulkus pasien membaik, 1 ulkus pasien tetap, dan tidak ada ulkus yang memburuk. Oleh karena itu pemakain epigallocatechin gallate (EGCG) dapat menjadi kandidat untuk mempercepat penyembuhan ulkus plantar pada pasien lepra.

Penulis: Prof. Dr. Cita Rosita Sigit Prakoeswa, dr.Sp.KK (K)

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di: https://e-journal.unair.ac.id/BIKK/article/view/16319
(Topical Epigallocatechin Gallate (EGCG) 1% for Chronic Plantar Ulcers in Leprosy)

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).