Penerapan Instrumen Perawatan Perioperatif Berdasarkan Standar Keperawatan di Indonesia

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Gustinerz.com

Bahasa keperawatan standar dalam pelayanan keperawatan saat ini menjadi trend global dalam profesi keperawatan yang muncul untuk menyatukan terminologi yang digunakan dalam praktek keperawatan. Dalam memberikan asuhan keperawatan dibutuhkan standarisasi asuhan yang meliputi standar diagnostik, standar keluaran, standar intervensi dan terminologi yang jelas sehingga asuhan keperawatan dapat seragam, akurat, dan tidak ambigu untuk menjamin kontinuitas dan mutu pelayanan. Di berbagai negara, standar rencana asuhan keperawatan belum banyak dijelaskan secara komprehensif dalam literatur keperawatan. Walaupun sudah ada beberapa standar asuhan keperawatan yang diakui secara internasional, namun standar tersebut belum dikembangkan dengan memperhatikan disparitas budaya dan keunikan pelayanan keperawatan di Indonesia, sehingga standar tersebut dirasa tidak sesuai untuk Indonesia.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai organisasi perawat profesional di Indonesia telah mengembangkan standar asuhan keperawatan di Indonesia dengan menerbitkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dan Standar Hasil Keperawatan Indonesia (SLKI). Penggunaan asuhan keperawatan standar sangat penting dalam meningkatkan kualitas asuhan keperawatan. Beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas dokumentasi keperawatan, antara lain dokumentasi menurut proses keperawatan, penggunaan terminologi standar dan instrumen dokumentasi, dokumentasi elektronik dan instrumen dokumentasi yang bervariasi sesuai dengan praktik keperawatan.

Dokumentasi instrumen sesuai standar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas dan integrasi dokumentasi keperawatan. Penggunaan standardisasi dalam memberikan asuhan keperawatan sangat penting dalam keberhasilan integrasi dokumentasi keperawatan. Instrumen dokumentasi keperawatan juga harus disiapkan berdasarkan standar praktek klinis yang ditetapkan. Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, pada tahun 2015, kasus patah tulang ekstremitas memiliki prevalensi tertinggi di antara patah tulang lainnya, yaitu sekitar 46,2%.

Penerapan asuhan keperawatan yang mencakup judul standar, diagnosis, dan hasil keperawatan dalam instrumen asuhan keperawatan perioperatif hampir sesuai dengan SDKI dan SLKI. Penerapan diagnosa keperawatan yang sesuai dengan SDKI adalah risiko infeksi, nyeri akut dan risiko cedera. Penerapan hasil keperawatan yang sesuai dengan SLKI adalah tingkat infeksi, tingkat nyeri dan keseimbangan cairan.

Penulis: Haris widodo, Nursalam Nursalam, Erna Dwi Wahyuni

Informasi detail dari tulisan ini dapat dilihat pada: https://e-journal.unair.ac.id/JNERS/article/view/18911

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).